Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu.
Galenio Skyler hanyalah iblis yang berlindung dibalik wajah malaikatnya.
"Kalau ada laki-laki gila yang rela mati demi wanitanya, it...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sesuai permintaan Cleo, akad nikah Galen dan Cleo diselenggarakan di rumah Cleo. Tidak ada tamu yang diundang. Hanya penghulu dan para wali nikah yang datang.
Cleo diwalikan oleh Pamannya yang bernama Pak Gunawan. Beliau adalah kakak pertama dari Almarhum Papa Cleo yang kaya raya. Pemilik real estate mewah yang sedang dibangun belakangan ini. Beliau juga baik, selalu menyumbang sembako setiap bulan untuk Mama Cleo.
"Selamat atas pernikahan kalian, ya. Semoga jadi keluarga yang samawa," ucap istri Pak Gunawan seraya tersenyum pada Galen dan Cleo. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan elegan itu juga diajak ke sini.
Kini giliran Pak Gunawan yang menepuk pundak Galen. "Saya percayakan Cleo sama kamu, ya, Galen. Jika butuh bantuan hubungi saja kami. Jangan sungkan-sungkan."
"Terima kasih, Pak. Apabila Tuhan menghendaki saya akan melakukan yang terbaik untuk istri saya," jawab Galen mantap. Pembawaan Galen yang tenang dan berwibawa benar-benar dapat membuat semua orang menaruh kepercayaan padanya dengan mudah. Bahkan orang yang baru dikenalnya sekalipun.
***
Hari sakral yang seharusnya diiringi dengan kebahagiaan malah terasa suram. Seusai akad nikah dan melayat ke makam ibunya, Cleo hanya menangisi almarhumah saja. Gamis serba hitam bahkan masih melekat dia pakai begitu sampai di rumah Galen. Tidak ganti baju, tidak membersihkan makeup, apalagi makan.
Ini berbanding terbalik dengan ekspektasi Galen. Padahal dia sudah membayangkan indahnya malam pertama yang sejak dulu dia impikan. Sial sekali.
"Habis ini ganti baju, terus istirahat ya?" Suara Galen di depan pintu ruang tamu memecah keheningan.
Cleo mengangguk. Ia sedang duduk dengan satu kaki terangkat di sofa sembari membuka sepatu stilettonya, membuat rok panjangnya tersingkap sampai paha mulusnya terlihat.
Sontak Galen menelan ludah. Mulai sekarang merasakan tubuh Cleo tanpa harus mengelabui Cleo lagi. Sial! Dia tidak sabar ingin segera menerkam gadis itu.
Tahan, Galen. Tahan.
Terkam, Galen. Terkam!
Iblis dan malaikat di hati Galen seolah sedang berperang.
Jangan, Galen. Tahan. Dia lagi berduka.
Kali ini malaikat yang menang. Mungkin Galen memang harus menahannya. Kalau memikirkan dirinya sendiri di saat seperti ini, yang ada Cleo malah benci padanya.
Maka Galen menghampiri Cleo yang masih melepas sepatu di sofa sambil menangis dan duduk di sampingnya.
"Clee, udahan ya nangisnya?" tegur Galen lembut, berharap Cleo akan mendengarkannya.