keesokan harinya para pelayan tampak mondar mandir di aula pernikahan Elaine dan Richard. mereka tampak sibuk menyiapkan dan melayani pada bangsawan yang turut hadir dan sudah tampak menikmati suasana aula acara yang sudah disiapkan sedemikian indah dan teliti. para pelayan nampak dengan senang hati menyiapkan pernikahan untuk Elaine yang merupakan rekan mereka dulu. ditambah perintah Ratu Emillia yang meminta pelayan menyiapkannya dengan teliti dan tulus untuk acara hari ini. hari pun mendukung dengan cuaca yang cerah berawan sehingga tidak terlalu membuat orang-orang disana kepanasan. sementara itu di suatu ruangan, tampak Elaine berbalut gaun putih buatan salah satu pembuat gaun terkenal di kerajaan sedang duduk menunggu waktu acara di dampingi teman-temannya yang dulu selalu menemaninya kala menjadi pelayan. ia hanya tersenyum sesekali kala temannya mengajaknya bicara untuk menenangkan dirinya yang nampak tidak bersemangat di hari pernikahannya sendiri, sementara itu Will tampak baru masuk dengan digendong oleh Ratu Emillia.
"Ada apa, Elaine?" tanya Ratu Emillia dengan tatapan lembutnya pada Elaine yang tampak terkejut mendengar suara sahabat karibnya sekaligus wanita yang membuatnya harus menikah hari ini.
"Ah, tidak apa-apa, Yang Mulia. Will, kau lucu sekali dengan setelan ini." ucap Elaine berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dan berusaha mengambil baby Will dari Ratu Emillia yang tentu saja Ratu Kerajaan Barat itu tidak akan memberikan Will pada Elaine sampai acara selesai. bersyukur Will tidak rewel jika digendong orang lain yang memang sudah ia kenal dan sering bermain dengannya.
"Tolong keluarlah." titah Ratu Emillia pada pelayan disana. "Aku tahu apa yang saat ini kau rasakan. kau pasti kesal padaku karena aku meminta Richard bertanggung jawab atas kehamilanmu kan? Aku melakukannya agar kelak Will tidak merasakan bagaimana rasanya hidup tanpa ayah dan tidak diremehkan oleh bangsawan lain." ucap Ratu lagi saat para pelayan pergi. Elaine menghembuskan napas panjang dan kembali berusaha menggapai Will yang kali ini diberikan oleh Ratu Emillia.
"Aku tahu tujuanmu pun demi kebaikan Will, tapi aku tidak bisa jika harus mengorbankan kebahagiaan orang lain demi aku dan Will." Jawab Elaine sembari menatap Will dengan tatapan kasih sayang khas seorang ibu pada anaknya. Ratu melihat itu dan tersenyum sambil memegang bahu kanan Elaine yang membuat Elaine mengalihkan pandangan Elaine padanya.
"Kau tenang saja dan percayakan padaku. Semua akan bahagia walau kebahagiaan itu butuh pengorbanan." Ucap Ratu Emillia sambil kembali mengambil Will dari Elaine. Elaine tak dapat tersenyum walau sudah berusaha ia paksakan.
Kemudian Ratu Emillia kembali menyuruh pelayan masuk sambil memberikan Will pada pengasuh yang memang sudah biasa mengurus Will saat Elaine sibuk. Hal itu tentu karena Ratu harus duduk bersama Raja di aula dan tidak baik jika ia sembari menggendong Will terlalu lama mengingat Ratu juga tengah mengandung. Acara hampir dimulai dan Elaine tengah berdiri mempersiapkan diri walau berat rasanya ia melangkah keluar dari ruangan itu. Namun mau bagaimana lagi? Ia tak bisa lagi mempermalukan diri sendiri jika tiba-tiba kabur dari ruangan itu. Salah satu pelayan tersenyum sambil mulai menutupi wajah Elaine dengan Wedding Veil.
"Kau cantik sekali, Elaine. Aku tak menyangka kau akan segera menikah. Kau yang pelayan kini nampak sangat cantik dengan gaun ini. Aku berharap kau selalu bahagia dimanapun kamu berada." Ucapnya dengan tulus. Elaine membalas senyumannya dan memeluknya dengan lembut. Andai saja yang ia nikahi benar-benar ayah dari Will mungkin perasaannya tak akan seberat ini. Tapi tentu saja Elaine segera menepis pikiran itu karena bagaimanapun ayah Will adalah seorang Duke yang tidak mungkin mau menikahi mantan pelayan sepertinya. Andai kata dia bersedia pun belum tentu keluarganya mengijinkan.
Waktu telah tiba dan Elaine dengan perlahan berjalan menuju aula. Ia menundukkan kepalanya menatap bunga yang tengah ia genggam dengan kedua tangannya tanpa melihat kedepan. Pintu aula dibuka dan Elaine tengah berdiri di ambang pintu. Tak lama ia kembali berjalan menuju altar pernikahan dengan tatapan yang masih menunduk. Ia benar-benar tak ingin melihat Richard karena malu padanya yang harus berkorban untuknya, Will dan tentu Duke sendiri.
"Belum terlambat jika ingin membatalkannya, Tuan Richard." Gumam Elaine dengan sangat pelan saat berada tepat di altar pernikahannya. Ia hanya melihat sepatu dari Pria yang akan menikahinya itu tanpa berani mendongak.
Pria itu malah tersenyum dan mengulurkan tangannya dengan lembut pada Elaine. Ia menatap Elaine yang menunduk itu dengan harapan ia akan segera menatap kearahnya.
"Apa yang harus dibatalkan, Elaine? Ah iya, dan aku bukan Richard jadi maaf saja kalau kau ingin menikah dengannya karena hari ini aku yang akan menikahimu." Ucapnya menggoda Elaine yang berhasil membuat Elaine mendongak kaget. Ia menatap sosok pria yang akan dinikahinya, walau terhalang Veil ia dapat melihat dengan jelas sosok tampan itu tersenyum hangat padanya. Elaine yang melihat Duke tengah mengulurkan tangannya itu berusaha sekuat tenaga untuk tidak jatuh karena kakinya yang gemetar.
"Elaine? Kau baik baik saja kan? Waktu yang baik akan segera habis jika kita tidak segera menikah." Ucap Duke Sean lagi.Walaupun terkejut, Elaine berusaha untuk menggapai tangan yang terulur itu dan menaiki altar pernikahan. Ia masih tak percaya dengan hal yang baru saja terjadi hingga membuatnya melamun. Pendeta beberapa kali memanggil Elaine untuk janji setia pernikahan (CMIIW) Hingga Duke Sean menyentuh lengannya.
"Elaine.... " Ucap Duke Sean dengan lembut hingga Elaine tersadar dari lamunannya dan langsung menatap kearah pendeta.
Pendera hanya tersenyum dan kembali membacakan janji pernikahan Elaine yang kemudian ia ulangi hingga akhir. Pendeta pun mempersilahkan kedua pengantin untuk berciuman sebagai proses terakhir upacara pernikahan. Perlahan Duke Sean mulai membuka Veil Elaine dan yah, Elaine tidak bermimpi! Ia benar-benar melihat dengan jelas sosok pria di depannya dengan tatapan tak percaya. Setitik air mata jatuh membasahi pipi Elaine. Perlahan Duke Sean mulai mendekatkan wajahnya pada Elaine dan mulai mencium bibirnya dengan lembut. Para bangsawan yang hadir bertepuk tangan merayakan pernikahan Elaine dan Duke Sean. Beberapa terharu dengan hubungan keduanya dan beberapa hanya bertepuk tangan untuk formalitas saja. Namun hal itu tidak ada bedanya bagi Elaine karena saat ini ia masih menganggap ini semua mimpi. Beberapa saat ciuman itu di lepas hingga keduanya saling menatap.
"Maaf kalau aku sudah membuatmu menunggu terlalu lama, maaf karena aku sempat mengabaikanmu dan maaf karena aku baru menyadari bahwa aku mencintaimu dan selama ini aku membuatmu sedih. Tapi sekarang aku akan menjadi suamimu, ayah untuk Will dan juga pendamping yang akan selalu menjagamu. Aku akan terus mencintaim-..." Ucapan Duke Sean ditahan oleh Elaine dengan satu jari telunjuknya. Elaine memeluk tubuh Pria itu dengan erat sembari menangis haru. Ia kini percaya bahwa semua ini bukanlah mimpi dan keduanya kini saling berpelukan dengan erat selama beberapa saat.
To be continued ~

KAMU SEDANG MEMBACA
Duke's Baby
FantasyWajahnya panik seakan hidupnya akan hancur karena perkataan pelayan Ratu itu. Kepalanya serasa akan pecah saat itu juga saat mendengar pelayan itu hamil. Anak itu, anak dari kesalahan satu malam saat pernikahan yang mulia Ratu Emilia yang sangat ia...