Part 4. -

3.2K 254 0
                                    

Pagi itu seperti biasa. Para pelayan nampak sibuk membersihkan lingkungan kerajaan dan menyiapkan kebutuhan Ratu Emillia dan para tamu istana. Namun berbeda dengan Elaine yang saat itu hanya duduk di taman istana sambil melamun. Ia bahkan tidak mendengar saat Ratu Emillia memanggilnya beberapa kali.

"Ella! hei, Ella!! Ya ampun... Sebenarnya apa yang dia pikirkan sih." teriak Ratu Emillia frustasi. Tak sabar menunggu kesadaran Elaine, Ratu Emillia memilih menepuk pundak kanan Elan dengan cukup keras hingga Elaine terperanjat kaget dan langsung berdiri membungkuk di hadapan Ratu Emillia.

"M-maaf Yang Mulia, saya melamun." ucap Elaine dengan masih menundukkan kepalanya. Melihat hal itu Ratu Emillia hanya menghela napas dan duduk di kursi taman yang tadi diduduki Elaine.

"Haahh... ya sudahlah. Elaine, sini duduk. aku ingin mengatakan sesuatu padamu." pinta Ratu Emillia pada Elaine. Elaine yang mendengar itu langsung duduk di samping Ratu Emillia sambil menatap bingung.

"Mengatakan tentang apa Yang Mulia? Apa ada yang mengganggu anda akhir-akhir ini?"

"Tidak juga sih, ini tentang Duke Sean. Kemarin dia memberiku hadiah kalung. Dan apa kau tahu? Dia bilang dia akan memberimu hadiah juga. Apa dia sudah memberikan hadiah untukmu?"

"Belum. dan mungkin juga tidak, Yang Mulia. Hal ini sering terjadi kan." jawab Elaine dengan santainya sambil tersenyum ke arah Ratu Emillia. yah, kejadian ini sering terjadi saat Ratu belum di kabarkan memiliki kekasih.

"Begitu ya? kalau begitu ini untukmu saja." ucap Ratu Emillia memberikan kotak kalung pemberian Duke Sean kepada Elaine. "Aku tak mau menerima Hadiah dari seseorang yang tak dapat menepati janjinya." lanjut Ratu Emillia.

"Jangan Yang Mulia, Duke Sean akan merasa tersinggung nanti. Aku takut ini berpengaruh pada kerjasama kerajaan." tolak Elaine dengan sopan. Ratu Emillia menatap Elaine lalu kembali menghela napas.

"Ya sudah, kalau begitu aku akan membelikan yang lebih bagus dari ini." tukas Ratu Emillia sambil memeluk sahabatnya itu. Ia tak mau sahabatnya sedih karna kejadian ini walau sebenarnya Elaine merasa biasa saja sekarang menghadapi situasi seperti ini. Elaine tersenyum sambil membalas pelukan Ratu Emillia. Dia bersyukur dapat bertemah dengan Ratu Emillia. Bukan karna posisinya yang seorang Ratu dari sebuah kerajaan, melainkan karna sifatnya yang tak mau melihat temannya sedih.

"Ah ya, bagaimana persiapan pertunangan anda dengan Pangeran Harold? penentuan tanggal pertunangannya?"

"Ya ampun! Aku lupa bilang kalau Harold sudah menentukan tanggalnya. Dia bilang pesta pertunangan akan diadakan di Kerajaan Sapphire minggu depan."

"S-seminggu lagi? Yang Mulia, anda bahkan belum menyiapkan gaun untuk itu." Elaine panik mendengar acara pertunangan Ratu di Kerajaan Sapphire akan diadakan dalam waktu dekat. Semua yang berhubungan dengan pesta itu belum disiapkan.

"Tenang saja, Elaine. Semuanya sudah disiapkan oleh keluarga Harold. Aku hanya tinggal datang ke Kerajaan Sapphire dua hari sebelum acara dimulai."

Mendengar itu Elaine menghela napas lega dan mengelus dadanya. Sambil tersenyum Elaine memegang tangan Ratu Emillia dan memberi selamat atas pertunangannya dengan Pangeran Harold. Namun tersirat wajah sedih di wajah Elaine yang ia coba tutupi dari sahabatnya itu. Ia merasa sedikit iri karna tak dapat atau tak boleh merasakan rasanya dicintai dan mencintai seseorang seperti yang sahabatnya itu rasakan karna statusnya yang merupakan seorang pelayan. Apa kalian tahu kenapa Ema (ibu Elaine) sampai di perkosa? Karna aturan kerajaan seorang pelayan dan prajurit kerajaan dilarang menikah hingga beberapa prajurit “Melakukan”-nya baik dengan suka sama suka maupun dengan paksaan. Kerajaan yang tak dapat menyalahkan hal itu memutuskan membangun pondok pelayan untuk para pelayan yang hamil dan memiliki anak.

Disisi lain kerajaan, nampak Duke Sean sedang memantau Ratu yang sedang berbincang dengan pelayan pribadinya itu. Senyum tersungging di bibirnya hingga membuat para pelayan wanita yang lewat terpukau oleh ketampanan bangsawan satu ini. Tak lama ia tersentak kaget saat seseorang menepuk bahunya.

“Richard, kau mengagetkanku saja. Apa kapal pengangkut barangnya sudah selesai?” tanya Duke Sean pada Richard, pelayan pribadinya.

“Kapal pengangkut barangnya sudah selesai tuan. Besok kapal itu sudah bisa mengambil barang dagangan dari Kerajaan Selatan.” Terang Richard dengan nada datar. Kemudian ia melihat kearah Ratu Emillia dan Elaine yang sedang mengobrol sejenak lalu kembali melihat kearah Duke Sean.

“Tuan menyukai Ratu Emillia?” tanya Richard blak-blakan hingga membuat Duke Sean sedikit salah tingkah.

“K-kau bicara apa sih! Sudahlah, aku mau kembali ke kamar.” Ucap Duke Sean lalu berjalan meninggalkan Richard sendirian.

‘Kalau benar Duke Sean menyukai Ratu Emillia, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau dia tahu Ratu Emillia sudah memiliki kekasih.’ucap Richard dalam hati lalu mengejar Duke Sean ke kamarnya.

Sesampainya di kamar Duke Sean, Richard menghampiri Duke Sean yang sedang melihat berkas kerjasama kerajaan. Richard duduk di depan Duke Sean dengan tatapan serius.

“Ratu Emillia sudah memiliki kekasih.” Tukas Richard langsung pada inti bahasannya. Ia ingin memastikan Duke Sean benar-benar mencintai Ratu Emillia atau tidak. Dan benar saja, Duke Sean menghentikan yang dia lakukan dan langsung menunjukkan ekspresi shock.

Suasana hening berlangsung cukup lama hingga Duke Sean mulai menatap Richard yang masih duduk di depannya.

“Bagaimana bisa kau tahu hal ini?” ucap Duke Sean dan menatap Richard dengan tatapan tajam. Aura Duke Sean yang tadinya baik-baik saja seketika berubah suram.

“Aku tahu dari semua orang di istana ini tuan. Semua orang disini sudah tahu kalau Ratu akan segera bertunangan dengan anak kedua dari kerajaan Sapphire.”

Mendengar hal itu, Duke Sean menggebrak mejanya dan mendengus kesal. Baru saja dia merasakan cinta tapi malah berakhir begini?

Duke's Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang