Beberapa hari kemudian, Ratu dan Elaine serta beberapa pelayan dan prajurit mulai bersiap untuk berangkat ke Kerajaan Sapphire. Tapi sebelum itu, para pelayan memberikan undangan untuk setiap bangsawan yang ada di istana maupun diluar istana. Tak luput Duke Sean pun mendapat undangan itu dan hanya menatap undangan yang terletak di depannya dengan tatapan kosong.
“Lebih baik anda relakan saja Ratu Emillia. Dari pada anda terus murung begini.” Ucap Richard yang senantiasa duduk di belakangnya.
“Tidak, aku akan tetap memperjuangkan cintaku pada Ratu. Dia itu cinta pertamaku.”
“Lalu apa yang akan anda lakukan? Hari pertunangan akan dilangsungkan besok. Anda tak memiliki kesempatan lagi.”
Ucapan Richard berhasil membuat emosi Duke Sean tersulut dan berbalik lalu menarik kerah baju Richard. Ia menatap Richard dengan sangat tajam karena menahan amarahnya.
“Aku akan terus berjuang! Tak ada yang bisa menghalangiku! Akan ku pastikan Ratu Emillia menjadi milikku!” Kata Duke Sean dengan nada marah lalu mendorong tubuh Richard hingga mundur beberapa langkah. Iapun mengambil undangan itu lalu tersenyum sinis.
“Kau milikku, Ratu Emillia.” Gumamnya lalu melihat Richard sekilas lalu pergi keluar kamar.
Segera ia berjalan keluar istana sambil membawa sekantung penuh uang di pinggangnya. Ia berjalan terus hingga sampai di sebuah pasar yang ramai.
“Dimana aku bisa menemukan beberapa kacung pasar?” Tanyanya pada seorang penjual pernak pernik dengan nada dingin.
“Para preman biasanya berkumpul di gang sebelah sana.” Jawab penjual itu sambil menunjuk sebuah gang kotor nan cukup gelap karna berada di bawah naungan pohon besar. Segera Duke Sean menghampiri gang tersebut lalu menemukan seorang pria berotot dengan luka jahitan di rahangnya.
“Aku butuh bantuan.” Ucap Duke Sean singkat dan langsung melempar sekantung penuh uang kearah preman itu.
“Bantuan? Seorang bangsawan butuh bantuan preman sepertiku? Hahaha… bukankah kau harusnya bisa melakukannya sendiri?”
“Aku bisa, tapi aku tak ingin mengotori tanganku sendiri dan membuat imageku buruk. Jika kau mau, senentar lagi kau harus…..” bisik Duke Sean pada preman itu kemudian preman itupun mengangguk.
“Bagaimana dengan upahnya? Aku dan teman-temanku nanti akan menjalani misi yang sangat sulit.” Tukasnya sambil tersenyum licik.
“Jika kalian berhasil, akan kuberi 3 kantung penuh koin emas untukmu dan teman-temanmu.”
“Baiklah, semua urusan akan beres nanti. Tunggu saja kabar baik dariku.”
Duke Sean tersenyum senang lalu kembali ke istana. Sesampainya disana ia bertemu dengan Ratu Emillia yang sedang memetik bunga mawar merah sendirian. Segera ia hampiri Ratu Emillia.
“Yang Mulia, apa yang anda lakukan? Kenapa tak menyuruh pelayan saja untuk memetik bunga? Mari sini biar aku bantu memetiknya. Bunga mawar itu berduri dan bisa melukai jarimu.”
“Tidak perlu, Duke. Mawar ini pemberian Pangeran Harold saat pertama kali kemari. Mawar ini tak berduri jadi aman untuk kupetik sendiri.”
Mendengar jawaban Ratu, rasanya ingin sekali Duke Sean mencabut tanaman mawar tak bersalah itu hanya karna itu pemberian Pangeran Harold.
“Dari dulu aku sangat suka bunga mawar dan dia membawakan tanaman ini untukku. Berbeda dengan pria lain yang memberiku perhiasan yang bisa kapan saja aku dapatkan sendiri, dia memberikan bibir mawar tanpa duri agar aku bisa memetiknya sendiri tanpa khawatir.” Lanjut ratu sambil tersenyum. Dapat terlihat pula matanya berbinar menatap bunga-bunga mawar yang mekar dihadapannya.
“Begitu ya, tapi bukankah anda harus pergi ke Kerajaan Sapphire?”
“Aku sengaja memetik bunga ini dulu sebelum berangkat. Aku bersyukur kau mengingatkanku bahwa aku harus pergi. Jika tidak, aku pasti akan terlambat. Aku permisi dulu.” Ucap Ratu Emillia lalu berlari kecil meninggalkan Duke Sean sendirian.
Ratu Emillia segera mendekati kereta kuda yang akan membawanya menuju Kerajaan Sapphire. Dengan penuh semangat ia memasuki kereta kudanya lalu di susul oleh Elaine yang sudah menunggu Ratu Emillia.
Perjalanan segera dimulai karna hari telah siang. Ratu Emillia terus memegang keranjang berisi bunga mawar merah kesukaannya itu sepanjang perjalanan. Sesekali ia melihat keluar kereta kuda lalu bercanda dengan Elaine. Hingga tak lama kereta kuda yang ia tumpangi berhenti lalu bergoyang. Suara kuda yang menarik kereta kuda itu terdengar sangat keras hingga membuat Ratu Emillia dan Elaine teriak panik. Merekapun langsung keluar saat kereta kuda yang ditumpangi mulai berhenti bergoyang.
“Ada apa?” tanya Ratu Emillia panik. Dilihatnya kuda yang menarik kereta kuda itu terbaring dengan sebuah panah di kaki kanan depannya. Melihat hal itu Ratu semakin panik.
“Yang Mulia, tenanglah.” Ucap Elaine mencoba menenangkan Ratu dengan mengelus bahunya. Tiga prajurit yang ikut langsung mengelilingi Ratu bersiap jika Ada serangan susulan.
“Yang Mulia, lebih baik anda di dalam kereta saja. Saya sudah mengirim surat ke kerajaan agar beberapa kesatria datang.” Ucap salah seorang prajurit yang baru saja bergabung untuk melindungi Ratu.
Segera ratu dan Elaine masuk kembali kedalam kereta kudanya. Elaine terus mencoba menenangkan Ratu Emillia dan cukup ketakutan sementara prajurit terus bersiap siaga jika ada serangan lain datang.
Tak lama terdengar suara salah satu prajurit teriak kesakitan saat sebuah panah berhasil menggores lengannya.
“Aarrgghh!”
Teriakan itu sontak membuat satu dari prajurit yang berjaga berlari menuju arah panah itu berasal dan prajurit lain menghampiri temannya yang terluka. Tak ada tanda-tanda keracunan, hanya luka goreng biasa yang cukup lebar di lengan kanannya.
“Aku masih bisa bertugas. Jangan terlalu khawatir dan tetap siaga sampai bantuan datang.” Tukasnya sambil memegangi luka di lengan kanannya menggunakan telapak tangan kirinya. Ia berusaha menahan sakit dan kembali berdiri.
Kemudian dari arah panah itu berasal terdengar suara gaduh suara pedang saling menyerang. Karna khawatir Ratu Emillia menyuruh prajurit lain untuk menyusul prajurit itu.
“Cepat bantu dia! Jangan sampai ad korban nyawa!” Titah Ratu tegas. Ia tak ingin sampai mengorbankan nyawa orang lain untuknya.
“Emma, aku punya rencana. Mereka pasti mengincarmu jadi mari bertukar gaun. Aku akan lari dari sini agar mereka mengejarku dan kau tunggulah disini hingga kereta baru dan bantuan datang.”
“Tidak! Aku tak mau kau dalam bahaya! Kita tunggu sampai bantuan datang.” Tolak Ratu Emillia tegas. Ia tak rela jika Elaine, sahabatnya sekaligus saudara tak sedarahnya dalam bahaya.
“Tak ada waktu lagi! Ini demi dirimu dan demi prajurit lain. Emma, aku janji akan pulang ke istana dengan selamat. Atau begini saja, aku akan membawa kembang api bersamaku. Jika aku dalam bahaya akan langsung ku nyalakan dan kau bisa menemukan keberadaanku.” Ucap Elaine berbohong karna ia bahkan tak punya petasan ataupun kembang api. Ratu Emillia setuju dan mereka langsung berganti pakaian.
Segera Elaine lari keluar kereta kuda dan berlari kearah Kerajaan Sapphire dengan cepat tanpa sepengetahuan prajurit yang sedang sibuk bertarung. Melihat seseorang dengan gaun Ratu para perampok suruhan Duke Sean sebagian mengejar Elaine dan sebagian meneruskan pertarungan.To be continued
Maaf sebelumnya jika cerita ini bertele tele... Saya harap kalian para readers tetap menyukai novel ini... Jangan lupa pula komen dan vote ya... Happy reading and have a nice day
![](https://img.wattpad.com/cover/240540821-288-k551568.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke's Baby
FantasiWajahnya panik seakan hidupnya akan hancur karena perkataan pelayan Ratu itu. Kepalanya serasa akan pecah saat itu juga saat mendengar pelayan itu hamil. Anak itu, anak dari kesalahan satu malam saat pernikahan yang mulia Ratu Emilia yang sangat ia...