Setelah merasa sedikit tenang, akhirnya Jaehan mau sedikit bercerita kepada Yechan, membagi sedikit masalahnya kepada orang tidak masalah bukan?
Toh Yechan sendiri nampaknya juga tidak keberatan dengan cerita dari Jaehan.Ayam yang semalam Yechan beli, telah ia hangatkan dan kini mereka nikmati bersama. Sekarang Yechan bingung, harus merasa kasihan atau gemas dengan roomate nya ini. Lihat, mata nya berlinang air mata, hidung memerah dan bibir yang mencebik sambil bercerita, namun di tangannya ada dua potong ayam goreng sambil terus mengunyah.
"Mm... Huks.. jadi sekarang, Appa belum sadar juga, huks.." ujar Jaehan sambil sesekali terisak, namun juga tidak menghentikan kunyahan nya.
Di seberang meja, Yechan menahan pipinya agar tidak naik, tidak sopan bukan menertawakan seseorang yang sedang bercerita sedih. Tangan Yechan meraih tissue yang berada di sebelahnya, kemudian mengusapkan nya ke pipi Jaehan, membersihkan sisa linangan air matanya.
Terhenyak dengan apa yang dilakukan Yechan, sontak Jaehan menoleh kearah pria tampan didepannya itu.
Jaehan tertegun sejenak, kunyahan nya sempat berhenti, namun ia segera menyadarkan dirinya, meraih tissue di tangan Yechan dan membersihkan wajahnya sendiri.
"Ah terimakasih Yechan-ssi.""Jadi Jaehan-ssi, apa yang akan kau lakukan setelah ini? Tidak mungkin jika kau mengambil pekerjaan lain bukan?"
Mendengar ucapan Yechan, Jaehan kembali memandang kosong. Tabungannya sudah menipis, kalau ia pinjam ke temannya ia belum tentu akan bisa mengembalikannya secara cepat. Namun, kalau ia ambil kerja yang lain, jujur saja satu pekerjaan saja sudah membuat tubuhnya lelah.Menggeleng pelan adalah jawaban yang Jaehan berikan untuk merespon pertanyaan dari Yechan. Memahami perasaan Jaehan, Yechan pun memilih untuk diam dan tidak mengungkit hal tersebut.
*
*
*
Ke esokan harinya Jaehan tetap masuk bekerja seperti biasa, setelah tadi pagi menjenguk Appa nya yang belum juga menunjukkan perkembangan apapun.
Dalam bekerja pun Jaehan kebanyakan merenung dan melamun, nampak kebingungan akan keputusan yang akan ia ambil nantinya.Menghela nafas kasar, hingga mengagetkan Song-Biseonim yang tidak sengaja melintas di sampingnya.
"Ada masalah Jaehan-ssi?" Ujar Song-Biseonim membuat Jaehan tersentak dari lamunannya.
"Ah.. tidak Biseonim, saya hanya sedikit melamun tadi."
"Hmm.. selesaikan pekerjaan mu dengan cepat, rapat akan segera dilaksanakan. Jangan sampai waktu rapat nanti aku masih melihat kotoran di ruangannya."
"Baik Biseonim." Ujar Jaehan sambil membungkuk dalam.
Setelah Song-Biseonim pergi, Jaehan melanjutkan pekerjaannya. Berusaha menyelesaikan tugas nya tanpa ada yang terlewat, bisa-bisa ia nanti dipecat kalau tidak beres dengan pekerjaannya.
Di sisi yang lain, Yechan yang juga sedang bekerja kini sibuk mengutak-atik ponselnya. Keadaan cafe yang sedang sepi ia manfaatkan untuk melakukan sesuatu.Xen yang kebetulan lewat dibelakang nya curiga, apa yang terjadi pada kawannya ini, sehingga dia mencoba mengintip dari arah belakang. Siapa tau Yechan sedang menonton film biru, saking fokusnya dengan ponselnya itu.
Namun bukannya film biru seperti tebakannya, ternyata yang ia lihat di ponsel rekan kerjanya itu adalah angka-angka dengan nol yang begitu banyak.
"WAAHHHHH? Kau transfer kepada siapa? 60 juta won? Wahhhh." Teriak Xen yang sontak saja mengejutkan Yechan.
![](https://img.wattpad.com/cover/359746060-288-k511949.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Iris
FanfictionKata mereka, setelah badai akan terbit pelangi. Tapi bukankah pelangi hanya keindahan sementara? -Kim Jaehan Pelangi memang sementara, memang didunia ini apa yang abadi? Bukankah semua di dunia ini juga hanya sementara? -Shin Yechan Iris "🌈"