Keesokan paginya, dengan perasaan berbunga Jaehan menuju ke rumah sakit sebelum ia pergi bekerja. Niatnya ia ingin menyicil biaya rumah sakit Appa nya, kebetulan setelah mendapatkan uang sewa dari Yechan kemarin, ia juga mendapatkan bonus dari atasannya karena telah rajin di bulan itu.
Kakinya melangkah ringan menuju tempat administrasi dan segera mengurus pembayaran nya. Pikirnya tak apa kali ini dia akan berhemat, yang penting Appa nya bisa terawat dengan baik. Persetan dengan kedua Nuna-nya, ia sedang tidak mau mengandalkan mereka, yang penting Appa nya sembuh.
"Terimakasih atas pembayarannya, semoga Tuan Kim lekas sembuh." Ujar salah satu kasir di rumah sakit itu.
"Terimakasih." Jawab Jaehan dengan senyum mengembang dan badan sedikit membungkuk. Setelah membayar administrasi, dan Jaehan rasa masih terlalu pagi untuk berangkat bekerja, maka ia putuskan untuk menengok Appa nya sejenak. Dengan tangan yang masih memegang berkas pembayaran, dia segera menuju ruangan tempat Appa nya dirawat.
CKLEKKK..
Suara pintu dibuka, membuat semua orang yang di dalam ruangan menolehkan kepalanya ke arah pintu."Selamat Pagi," sapa Jaehan kepada orang-orang didalam. Senyumnya merekah, melihat Eomma, Appa dan kedua Nuna nya ternyata sedang berkumpul didalam juga.
Dia melangkahkan kakinya mendekati bangsal milik Appa Kim.
"Bagaimana kondisi Appa?" Tanya Jaehan.Appa Kim tersenyum melihat anak bungsunya yang juga sedang tersenyum itu.
"Kondisi Appa jauh lebih baik, apalagi setelah melihat semua anak Appa berkumpul." Ujar pria baya itu dengan di iringi senyuman. Suaranya terdengar lirih, namun nampak lebih baik dari sebelumnya.Seolah mengingat ada sesuatu yang ingin di sampaikan, Jaehan menggeret pelan tangan Eomma nya untuk keluar ruangan. Awalnya Appa Kim menahan tangan Jaehan, berharap anak laki-lakinya itu tidak pergi dahulu. Namun Jaehan dengan cepat berbisik sambil melempar senyuman menenangkan.
"Sebentar." Bisik Jaehan.
Setelah berada di luar ruangan, Jaehan mengajak Eomma nya untuk duduk di kursi yang tersedia. Ia memegang tangan Eomma nya yang ia rasa semakin kurus dari yang ia tahu terakhir kali.
"Eomma, aku sudah membayar sebagian biaya rumah sakit Appa. Setelah ini Appa akan mendapatkan perawatan yang lebih intensif lagi, semoga saja setelah ini Appa akan sembuh." Bisik Jaehan pelan sambil menyerahkan dokumen pembayaran kepada Eomma nya.
Lidah Eomma Kim kelu, tidak bisa berkata apapun. Sejak masih di sekolah menengah atas, Jaehan sudah banyak berkorban bagi keluarga, entah membantu biaya kebutuhan rumah sehari-hari, entah membantu usaha mereka dulu.
Anak laki-laki nya ini selalu menjadi tulang yang menguatkan keluarga Kim. Disaat anak laki-laki yang lain memiliki pendidikan tinggi agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, anaknya ini rela banting tulang sejak usia belia.
Mungkin ini kesalahan nya juga yang belum bisa membagi rata kasih sayang nya kepada semua anaknya, atau mungkin ini karena dia yang kurang melihat betapa besar pengorbanan anaknya ini.
Tiba-tiba saja jantung nya berdenyut sakit mengingat seluruh pengorbanan yang Jaehan lakukan. Mata tua itu mengembun, dan siap meneteskan air matanya.
Jaehan yang melihat itu terkesiap, kaget kenapa eomma nya justru menangis.
"Eomma... Kenapa Eomma malah menangis?" Ujar nya sambil mengelap air mata yang turun di pipi wanita tua itu."Jaehanie.." lirih Eomma nya.
"Jaehanie.... Hiks."
Isakan tangisnya tak dapat ia tahan lagi, air matanya jatuh bercucuran. Jaehan yang tidak tidak tega melihat Eomma nya menangis, memilih untuk segera memeluk wanita yang telah melahirkannya itu. Tangannya mengusap hangat punggung tua itu sembari menenangkan nya di sela-sela Isak tangis Eomma nya.
CKLEKK...
Pintu terbuka, kedua Nuna-nya keluar sebab mendengar isakan tangis Eomma nya yang tiba-tiba.
"Eomma ada apa?" Tanya Jiyoung, Nuna tertua Jaehan. Jaehan yang melihat Nuna nya khawatir, dia juga bingung ingin membalas apa, karena dia sendiri juga tidak tau apa penyebab kenapa Eomma nya menangis sesenggukan seperti ini.Karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan hatinya, Jiyoung perlahan menarik tubuh Eomma nya dari pelukan Jaehan.
"Eomma, ada apa? Kenapa Eomma menangis?" Tanya Jiyoung sekali lagi dengan nada penuh kelembutan.
Eomma kim tersenyum seraya menggeleng pelan, di usapnya air mata di wajah tua nya itu. Tangannya mengelus tangan kedua anaknya yang sama-sama duduk disampingnya itu.Jika Jaehan dan Jiyoung duduk di kursi bersama Eomma nya, lain hal dengan Jaein yang berdiri dia melihat ini semua. Pandangannya jatuh ke map yang dibawa oleh Eomma nya.
Dengan pelan ia meraih map itu dan membaca tulisan yang tertera di dalamnya.
Matanya bergulir dengan cepat membaca informasi yang terdapat dalam lembar-lembar kertas berlogo rumah sakit itu.
"Jaehan-ah, ini semua kau yang membayar?" Tanya Jaein pada adik bungsunya itu."Eum, aku membayar sebagian biaya rumah sakit terlebih dahulu agar appa bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik." Jawab Jaehan.
Melihat jumlah total nominal yang tidak sedikit, membuat Jaein tidak percaya jika Jaehan mampu membayar sebagian biaya rumah sakit ini. Bukannya apa, pekerjaan adiknya ini hanyalah seorang office boy di sebuah kantor ternama, namun meskipun begitu tentu ia tahu jika bayaran yang diterima adiknya tidak sebesar itu. Terlebih sebelumnya adiknya telah mengeluarkan uang tabungan untuk biaya pernikahan Jiyoung sebelumnya.
Rasa curiga entah kenapa semakin bergelayut di benak Jaein, diiringi rasa iri, kenapa adiknya yang notabene pekerjaan nya tidak jauh lebih baik darinya justru bisa membayar kan uang rumah sakit yang cukup besar ini.
"Jaehan-ah... Kau.."
"Tidak jual diri kan?" Telisik Jaein penuh curiga.
Sontak saja membuat yang lain terperanjat dan tertegun karena tuduhan tidak masuk akal dari Jaein.***
IRIS IS BACKKKKKKKKK~
Wah ternyata menulis kalau sedikit-sedikit itu tidak menjadi beban ya, hehehe...
Mungkin kedepannya aku akan update agak lama karena kesibukan ku, tapi kalau hari libur seperti hari ini bisa melanjutkan cerita nya walaupun hanya sedikit-sedikit..Enjoy your reading 💞

KAMU SEDANG MEMBACA
Iris
FanfictionKata mereka, setelah badai akan terbit pelangi. Tapi bukankah pelangi hanya keindahan sementara? -Kim Jaehan Pelangi memang sementara, memang didunia ini apa yang abadi? Bukankah semua di dunia ini juga hanya sementara? -Shin Yechan Iris "🌈"