Meninggalnya Evan

3 0 0
                                    

Pukul 09.30, aku memulai pelajaran kembali. Kali ini pelajaran Biologi. Wah, pelajaran kesukaanku ini. Ternyata hari itu, Bu Ghina selaku PPL yang saat itu memberikan batasan materi untuk PAS semester ini. Asyik, nih. Lumayan, bisa buat acuan belajar besok hehe...

Setelah pembelajaran Biologi selesai pada pukul 11.45, bel istirahat kedua berbunyi. Saat keluar kelas, ternyata kulihat Evan yang sedang menelepon seseorang. Setelah selesai, aku bertanya padanya. "Evan, kamu lagi telepon sama siapa?" tanyaku. "Ibuku. Ini aku disuruh balik nanti malam. Soalnya seminggu lagi aku disuruh ngebantu acara pernikahannya sepupu," jawabnya. "Lha, kamu balik pake apa?" kutanyai kembali. "Pake Hiace lah," jawabnya. Aku mengangguk paham.

Nah, dari sinilah Evan memulai pembicaraan seriusnya. "Hmmm, Nayla. Nanti malem kan aku balik ke Jepara lagi. Sedangkan kamu yang kemarin-kemarin kan sering kepikiran buat bundir. Aku minta tolong banget," lanjut Evan, "hargai hidupmu dan prestasimu selama ini. Jangan sampai kalau kamu mati, itu membuat orang-orang di sekitarmu sedih dan kecewa." Aku mengangguk. "Dan aku berangan-angan, suatu saat kalau kita memang ditakdirkan bersama dalam satu rumah," kata Evan, "kalau aku meninggal dunia terlebih dahulu, aku harap kamu ikhlas, ya. Aku tunggu kamu di surga," lanjutnya. Aku merasa terharu dengan kata-kata Evan. "Terima kasih atas dukunganmu, ya, Evan. I hope I can pass all of it. Doakan aku, ya. Semoga aku juga bisa berprestasi dan membanggakan orang-orang di sekitarku. Aku juga titip hehe, semoga ayahku bisa menjadi ayah yang baik di kemudian hari," kataku. "Yaudah, shalat dulu, yuk!" kata Evan. Aku mengangguk.

***

Hari ini hari Kamis. Tidak terasa sekitar seminggu lagi aku akan mengadakan PAS. Duh, takut banget. Apalagi Ayah sudah memberikan ancaman kalau PAS kali ini tidak berhasil menembus Top 3 di Smansa, dipastikan aku bisa dicoret dari KK, nih. Hikss...

Sore itu, aku pergi les olimpiade kimia sepulang sekolah. Tempat lesku ada di Colomadu, Karanganyar. Biasanya ada Mas Yanto yang siap mengantarku dan menjemputku di tempat lesku. But, hari ini, Mas Yanto udah pulang kampung, jadi mau tidak mau, sepertinya aku harus naik bus Batik Solo Trans Koridor 4. Meski itu adalah satu-satunya cara ke Colomadu, tetapi akan memakan waktu yang sangat banyak ke sana. Belum nanti jalan kaki, duh capek banget!

Tiba-tiba, di saat aku melangkah menuju halte, Evan datang menghampiriku. "Eh, Nay. Kamu mau les olim kimia ke Colomadu kan?" tanya Evan di gerbang pintu keluar. "Iya i, kenapa?" kutanya balik. "Mau join aku gak naik Hiace?" kata Evan menawarkan dengan senyuman manisnya. Tak menunggu lama, aku menyanggupi permintaan starboy-ku itu. Hahaha... Agak freak, sih, tapi yaaa... yang namanya cowok. Pasti ada aja hobi yang aneh.

But honestly, meskipun hobinya cukup freak dan agak lain dibandingkan anak Smansa yang lain, tapi berkat Hiace-nya lah ia bisa bermanfaat buat anak-anak Smansa. Pernah suatu ketika anak-anak Pasukan Pramuka mengikuti lomba di daerah Sukoharjo, Evan dengan senang hati mengantarkan anak-anak itu ke medan lomba. Mereka juga tidak menanggung biaya kepada Evan alias ia menawarkan dengan gratis. Selain anak Pasprama, anak Paski juga turut merasakan dampak baiknya. Hiace Evan-lah yang mengantarkan pasukan-pasukan hebat di Smansa itu menuju ke medan lomba.

Balik lagi ke les olimpiadeku. Alhamdulillah, akhirnya aku gak perlu repot-repot lagi buat pindah halte dan segala macem, nih. Berkat Evan, aku bisa sampai di tempat les lebih cepat. Di perjalanan, Evan bercerita, "Jadi ceritanya itu, aku pengen nganter kamu itu sekalian lewat Tol Klodran. Soalnya satu-satunya gerbang tol di Solo, yaa cuma GT Klodran. Gak cuma itu sebenarnya, aku juga mau mampir ke rumah Haris di Tugu Boto. Mau nganterin buku Fisikanya dia yang kemarin kebawa di tempatku." Aku mengangguk paham. Karena lokasi lesku terletak di dekat SPBU Bolon, Evan mengambil rute dari SMAN 1 Solo, kemudian mengarah ke barat menuju Terminal Tirtonadi. Setelah itu, ia mengambil arah ke kanan di Tugu Panahan menuju Fajar Indah, tempat tinggalku. Evan tetap lurus di Jalan Adi Sucipto hingga bertemu SPBU Bolon, masuk ke gang-gang kecil, dan sampailah di tempat lesku pada pukul 16.00.

NAYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang