Pelaku Kecurangan yang Sebenarnya

1 0 0
                                    

Keesokan harinya, aku merasa ngantuk sekali. Ah, mungkin efek belajar olimpiade sampai malam di hari interogasi itu, hahaha. Karena mengantuk, aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebelum bel jam pertama berbunyi. Aku berjalan dari kelasku di XI 4 menuju ke ruang kelas X 9, kelasku dulu. Lalu, aku lurus menuju kantin IPS dan Ruang Multimedia. Nah, di sinilah keanehan mulai terjadi.

Sesampainya di depan Lab Komputer, aku melihat Dea membawa buku banyak sekali. Tak sengaja, buku itu jatuh. "Aduh, jatuh lagi!" kata Dea. Aku yang melihatnya langsung membantu membereskan buku-buku itu. "Sini, aku bantu!" kataku. Lalu, Dea menyahut tanganku dan berkata dengan sinis, "Minggir minggir, gak usah kamu bantu! Aku baru tergesa-gesa, Nay. Biarin aku beresin sendiri!" Aku hanya mengangguk, "Owh oke."

"Dah minggir sono! Hus hus!" kata Dea. Setelah ia pergi, aku melanjutkan perjalananku. KLOTAK! Terdengar aku seperti menginjak sesuatu. "Hah, aku nginjek apaan ini?" gumamku. Setelah, aku melihat ke bawah, kulihat ada flashdisk 16 GB. "Duh, ini pasti punya Dea ketinggalan. Aku bawa dulu aja lah," kataku.

***

Setelah aku turun ke bawah, tak sengaja aku bertemu dengan Haris. "Halo, Ris! Apa kabar?" tanyaku. Dia lalu berbisik, "Baik kok. But, aku curiga kalo pelakunya itu Dea." Aku heran, "Buktinya apa, Ris?" Lalu, dia menjawab, "Kamu tau gak, kalo sebelum kamu mau bunuh diri, Dea selalu di kelas saat istirahat. Tapi, setelah kamu hidup lagi, dia selalu ada di luar saat istirahat. Ada kecurigaan kalo dia pergi buat merencanakan sesuatu. Gak cuma itu sih, saat kejadian kamu tertuduh itu, kan Dea minta kamu ninggalin papan di dalem kelas. Sedangkan kemarin, ada orang yang nyuruh Thania buat ngasih contekan ke papan ujian kamu. Ini bukan kebetulan, Nay. Ini udah direncanakan sama Dea. Ya, gampangnya, Dea nyuruh kamu buat naruh papan di kelas supaya Thania bisa ngasih contekan di papan kamu." Aku bertanya, "Nah, tadi waktu aku jalan-jalan, aku ketemu Dea terus bukunya jatuh. Dia gak mau ditolongin. Eh, gak sengaja aku nemuin flashdisk-nya dia. Ini flashdisk­-nya aku bawa. Nah, apa kejudesan Dea tadi juga jadi indikasi kalo dia gak mau kasus ini terungkap, yaa dari flashdisk ini?" Haris mengangguk. Dia lalu berkata, "Mending kita langsung ke perpus sekarang. Panggil Husna sama Farida ke perpus, Nay!"

Di perpustakaan, Haris membuka laptopnya. "Sini flashdisk-nya!" kata Haris. Lalu, ia memasukkan flashdisk Dea ke laptopnya. Lalu, Haris berkata, "Astaghfirullah, sumpah? Ini Dea juga agak noob ngasih nama foldernya sih. Masak dinamain "REKAMAN CCTV"? Ya langsung tau lah!" Lalu, Haris membuka folder itu dan ada satu video bertuliskan "20-11-2023.mp4". Tak perlu basa-basi, ia membuka video itu. Hasilnya, terbukti bahwa memang Thania yang memasukkan contekan ke dalam papan Nayla. Tak lama, Husna dan Farida datang ke perpustakaan. "Eh, gais, aku barusan dapet fakta baru dari kasusnya Nayla!" kata Husna. "Jadi, tadi pagi kan Thania nyuruh aku ngajarin cara pake Canva di HP-nya kan, eh gak sengaja kebuka tuh notifikasi WA-nya Dea. Di situ, Thania diancem-ancem terus sama Dea. Dan aku jadi tahu juga, kalo Dea yang nyuruh dia buat naruh contekan di papannya Nayla," kata Husna. "Ini bukti screenshot-nya!" kata Husna sambil menunjukkan screenshot WA Dea. "Btw, saat itu dia baru ke kamar mandi bentar. Makanya langsung kubuka deh," katanya.

***

Pagi itu, mood-ku yang awalnya senang karena berjalan-jalan, berubah menjadi sebuah rasa amarah yang melebihi rasa marah Ayah kepadaku. "Oh, jadi gitu, ya, Dea! Awas habis ini kamu yang ngerasain dampaknya! Ris, sini flashdisk-nya!" kataku sedikit marah. Sesampainya di kelas, aku menghampiri bangku Dea didampingi Husna, Farida, dan Haris. Kebetulan, dia saat itu sedang mengerjakan tugas di laptopnya. Lalu, PLAKKK!!! Kutampar pipinya yang merah merona karena make up. "Maksud lu apa bikin hidup aku hancur sekarang??!! Ha??!!!" kataku marah. "Hah, hancur? Hancur apaan?" kata Dea yang masih mengelak. Lalu, kutarik bajunya di pundak, kubawa ke belakang, lalu kubanting tubuhnya yang kecil itu. "Gak nyangka, ya! Kamu bakal setega ini sama aku!!!" kataku, "Sekarang, lu bisa jelasin ini gak???" tanyaku sambil menunjukkan flashdisk Dea yang jatuh tadi pagi. Setelah itu, ia merebut flashdisk yang aku bawa. "Dan sekarang, lu bisa jelasin semua chat ini gak??? Hah???!!! Sampai mau bunuh orang! Gak kasihan apa??!!!" Tak lama kemudian, "Dasar gak tahu diri!" kataku sambil kutampar dia.

NAYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang