Seminggu setelah kejadian penodongan Dea, tanggal menunjukkan 10 Januari 2024 pukul 06.20. Ah, ke perpustakaan lagi aja lah!
Di perpustakaan, aku ingin membaca novel Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta Toer. Novel ini pertama kali diterbitkan oleh Hasta Mitra pada tahun 1980. Katanya, yang di perpustakaan ini adalah cetakan terbaru 2022 bekas penggunaan alumni sekolahku. Novel ini mengisahkan tentang seorang bernama Minke, anak pribumi yang bersekolah di HBS. Ia sangat pandai dan hobi menulis. Aku suka sekali dengan kepribadian Minke yang sangat revolusioner dalam novel ini. Tak hanya itu, novel bergenre fiksi sejarah ini menggambarkan keadaan pemerintahan kolonialisme Belanda secara hidup dan menunjukkan betapa pentingnya belajar.
Aku sendiri tahu novel ini justru dari filmnya yang tayang pada 2019 silam. Waktu itu, aku masih kelas 7 SMP. Saat itu, aku pergi menonton film ini tanpa sepengetahuan orang tua, alias colud pada saat pelajaran. Ya, aku memohon izin kepada guru karena akan melakukan penelitian di luar bersama teman-temanku. Sebenarnya, tujuan awalku memang penelitian bersama Husna yang saat itu masih satu SMP. Penelitian ini akan kami gunakan untuk lomba karya tulis ilmiah di salah satu universitas ternama di Indonesia. Namun, kepribadian Husna yang agak malas belajar itu membuatku tertarik untuk menikmati masa "kenakalan" anak SMP. Hahahaha, masa lalu yang suram memang!
Saat aku asyik membaca novel itu, aku mencoba mengalihkan pandangan ke meja resepsionis perpustakaan. Aku melihat di sana ada dua anak kembar yang tak pernah kulihat sebelumnya. Dua anak kembar itu semuanya perempuan, berbadan tinggi kurus, dan berbaju OSIS karena belum memiliki seragam batik. Mereka berdua ternyata pergi ke perpustakaan untuk sekedar berorientasi dengan lingkungan sekolah. Aha! Pasti mereka anak baru sini, nih!
Jam menunjukkan pukul 06.45. Saatnya aku kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Namun sebelumnya, aku membeli tahu bakso kesukaanku di kantin IPA agar ketika pelajaran tidak mengantuk. Ya, aku memang suka ngemil saat pelajaran, hahahaha.
***
Sesampainya di kelas, ternyata salah satu anak kembar tadi duduk di bangku Dea. Oalah, ternyata dia menggantikan posisi Dea yang saat ini sudah dikeluarkan dari sekolah. "Nah, terus kembaran satunya di mana dong?" gumamku.
Aku memang tertarik untuk berkenalan dengan orang baru. Termasuk salah satu gadis kembar yang tadi kutemui di perpustakaan yang kini menjadi teman sekelasku. "Halo!" sapaku sambil menyodorkan tangan. Dia ramah sekali dan bersalaman denganku. Dengan senyum merekah, ia menyambutku, "Hai! Nama kamu siapa?" kata anak itu. "Kenalin, namaku Nayla Almeera Nur Budiyanto. Kamu bisa panggil aku Nayla, Nay, atau Almeera juga gak apa-apa kok." Tak lama, ia menjawab, "Salam kenal, Nay. Namaku Fatimah Almas Cahyaningrum. Kamu bisa panggil aku Almas. Btw, kan aku juga punya kembaran di sini. Jangan salah panggil, ya. Aku yang punya tahi lalat deket mulut." Oh, ternyata ada ciri khusus yang membedakan Almas dari kembarannya.
Setelah itu, Husna, Haris, dan Farida bergabung denganku. "Kamu ngapain, Nay?" tanya Haris. "Nih, kenalin temen baru kita. Namanya Almas." "Oh, jadi ini penggantinya Si Dea," kata Husna, "kamu pindahan mana?" Almas menjawab, "Aku dulu pindahan dari Semarang. Ayahku pindah ke sini karena dia punya kontrak kerja sama klien bisnisnya." Kami mengerti. "Mmmm, sebentar, ya. Aku mau nyatet materi olimpiade dulu," kata Almas. Widih, satu server nih! Aku semakin tertarik, lalu aku bertanya, "Mmmm kamu olimpiade apa?" Almas menjawab, "Aku prefer ke Fisika, sih. Kasusnya seru! Bikin aku berkelana pake rumus." Lalu, aku mencoba menawarkan, "Eh, Mas, gimana kalo kamu nanti malem ke rumahku buat belajar bareng?" Dia sepertinya ragu, "Mmm, aku belum pasti, sih. Soalnya rumahku deket Stasiun Purwosari. Agak jauh emang."
"Wah, malah deket rumahku dong! Aku cuma di deket Manahan. Kalo kamu bisa, visit ke rumahku, ya!" kataku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYLA
Short StoryKetika seorang anak SMA kelas 11 yang harus hidup di tengah keluarga berantakan, ditinggal ke dunia lain oleh sang pacar, hingga dijebak oleh teman sendiri, membuat Nayla tak patah arang untuk menjalani kewajibannya sebagai pelajar