"Terimakasih sudah menunggu. Maaf saya terlambat" ucap sosok yang baru datang dan duduk dengan santai tanpa rasa bersalah. "Anda ingin memesan apa?" Sosok pria tampan membuka buku menu dan menelusuri satu persatu menu yang ada di dalamnya.Dita menatap lurus sosok yang duduk di depannya, datar cenderung tanpa emosi. Ingin rasanya menampar wajah sosok tampan di depannya kemudian pergi, namun itu tak mungkin dia lakukan karena makan malam ini adalah hal yang sudah orang tuanya atur.
"Saya tidak perlu memesan apapu. Saya sudah kenyang." Dita tersenyum tipis. "Kenyang dengan 3 gelas air yang sudah saya minum tadi"
Pria di depan Dita membulatkan matanya. "Maaf...maafkan saya." Sang pria menangkupkan kedua tangannya. "Maaf...namun saya punya alasan untuk keterlambatan saya. Alasan yang klise, namun benar adanya, saya ada urusan pekerjaan yang mendadak."
"Tidak apa apa Tuan Kim." Dita menyunggingkan senyumnya. "Daripada makan, lebih baik kita mengobrol untuk mengenal satu sama lain lebih dalam."
Kim taehyung mengangkat satu alisnya. "Anda tipe yanh to the point ya..."
"Lebih baik to the point daripada bertele tele tapi akhirnya memperoleh hal yang sama. Saya tidak punya cukup waktu dan tenaga untuk itu." Dita sekali lagi menatap sosok didepannya datar.
Taehyung menyeringai "Baiklah...."
"Jadi anda menerima perjodohan ini?"tanya Dita tanpa basi basi.
Taehyung menatap Dita dengan teliti. "Tentu saja. Anda cantik, berpendidikan, kaya, anak pengusaha, dari keluarga baik baik. Apa yang kurang? Anda calon istri yang sempurna."
"Anda sangat logis sekali." Dita menaikkan satu alisnya.
"Bagaimana dengan anda? Apa anda menerima perjodohan ini?"
"Tidak ada salahnya. Mari kita coba." Dita menatap Taehyung dengan wajah serius "Namun berjanjilah satu hal. Mungkin tidak ada cinta diantara kita. Kita menikah karena perjodohan. Namun, walaupun tidak ada cinta jangan ada pengkhianatan"
Taehyung balik menatap Dita serius. Tak menyangka dengan kalimat yang Dita ucapkan.
"Kalau memang ada orang yang anda cintai, lebih baik berhenti sekarang dan tidak usah kita teruskan. Karena saya tidak akan memaafkan pengkhianatan. Lebih baik tidak dimulai daripada berakhir menyakitkan untuk saya maupun anda"
Taehyung merasakan sudut bibirnya berkedut. Ada rasa gelisah yang mulai melingkupi.
"Jadi????" Dita menatap Taehyung semakin tajam.
"Ah...." Taehyung menyugar rambutnya.."saya juga tidak suka pengkhianatan" jawab Taehyung lugas dan membalas tatapan Dita dalam.
"Baiklah...Kita sudah sepakat."Dita menyunggingkan senyum termanisnya. "Saya rasa kita tidak perlu acara pertunangan. Kita hanya perlu bertemu lebih sering untuk berkencan sehingga kita bisa saling mengenal dan lebih dekat. Bisa dibilang kita adalah sepasang kekasih....mulai hari ini....dan..." Dita menjeda kalimatnya, menatap Taehyung untuk melihat responnya.
"3 bulan? 6 bulan? Atau mungkin 1 tahun ke depan kita akan menikah."
Taehyung terkekeh geli "Anda sangat matematis dan terencana sekali."
"Begitulah saya..." jawab Dita santai tanpa beban.
"Deal...." Taehyung mengulurkan tangannya sebagai tanda kesepakatan.
Dita menatap tangan Taehyung yang terulur, sedetik kemudian Dita menyambut uluran tangan itu, memggenggamnya dengan erat.
"Deal....." Dita tersenyum manis kemudian beranjak dari duduknya. " karena kita sudah sepakat, sebaiknya saya undur diri. Ini sudah malam fan besok kita harus bekerja."
"Ah...betul sekali." Taehyung tersenyum simpul, mencoba mempesona Dita dengan senyum andalannya.
"Baiklah..selamat malam Taehyung ssi..." Dita membungkuk sopan.
"Selamat malam Dita ssi" Taehyung berdiri dari duduknya dan membalas dengan sopan. "Titip salam buat Bos mu"
"Bos???" Dita memiringkan kepalanya menandakan dia bingung.
"Kim Seokjin...Titip salam ku buat Jin Hyung..."
"Ohhhh...." mulut Dita membulat. "Baiklah...." Dita tersadar bahwa Taehyung dan Bos nya mempunyai nama keluarga yang sama, tersadar bahwa mereka keluarga.
Dita berjalan keluar restoran dan langsung memberhentikan taksi yang melintas. Dan setengah jam kemudian dia sudah sampai di apartemennya. Tak menyianyuakan waktu Dita langsung mandi dan bersiap tidur.
Dari jendela kamarnya, Dita memandang langit malam Seoul yang mendung. "Semoga keputusan yang aku ambil benar". desahnya.
Dita ingin menjadi anak yang baik hati dan tidak sombong dengan menuruti keinginan orang tuanya. Pertemuan ini adalah niat baik orang tuanya mencarikan pendamping hidup buat Dita, anak perempuan mereka satu satunya. Kata orang tuanya, jodoh tidak jauh dari teman, kenalan, teman dari teman, saudaranya teman, temennya saudara, dan sebagainya dan sebagainya.
Entahlah, antara mau dan tidak. Perjodohan ini terlalu mendadak. Padahal Dita baru berumur 25 tahun, umur dimana lagi seneng senengnya bekerja, mendapatkan uang dari hasil keringat sendiri, nerfoya foya drmgan uang hasil kerja, dan membahagiakan diri sendiri. Apalagi ditambah dengan punya Bos yang ganteng sedunia. Menikmati wajahnya saja sudah bahagia. Tapi orang tuanya merecokinya terus menerus. Takut anaknya terlena dengan pekerjaan dan akhirnya lupa untuk menikah. Tentu saja terlena karena bosnya ganteng dan baik.
Dita sudah tidak percaya dengan kata cinta. Sekarang cinta besok sering kali lupa. Apa arti cinta jika mendua dan yang mereka butuhkan hanya sex, dan demgan tanpa raaa bersalah membenarkan tinsakannya dengan berbagai alasan. Ya....sejak kejadian tahun itu, tahun kedua Dita kuliah, Dita menjadi sangsi dengan cinta. Kejadian itu meninggalkan luka yang sangat dalam, terrlalu dalam hingga Dita memutuskan untuk sendiri. Tiap afeksi lawan jenis yang ditujukan padanya selalu dia tanggapi dengan biasa.
*****
"Kau akan menikah?"
Dita menoleh mendengar ucapan bosnya. Dita mengernyit penuh tanya. Bagaimana bisa Bos nya tahu dengan perjodohannya. Namun sedetik kemudian dia teringat pesan Taehyung padanya.
"Betul pak." Dita menjawab singkat dan sopan. "Ada salam dari Taehyung ssi untuk anda."
"Terimakasih..." Seokjin menatap Dita datar namun meneliti setiap sisi wajah Dita. "Sepupuku beruntung dijodohkan denganmu."
"Benarkah?" Mata Dita membulat."Saya tidak seistimewa itu." Dita tersenyum malu.
"Kuharap hubungan kalian lancar sampai kalian menikah."
"Terimakasih Tuan Kim." Dita tersenyum sumringah
"Kalau perlu bantuan, jangan sungkan padaku." Seokjin menatap Dita penuh arti.
"Bantuan???" Alis Dita tertekuk tajam, bingung dengan kalimat yang Seokjin ucapkan. Dita menatap Seokjin penuh tanya. Dita tertegun sesaat masih mencerna ucapan Seokjin.
"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" Seokjin menatap Dita tampa emosi dan mencoba mengalihkan perhatian Dita.
Dita masih termangu.
"Dita ssi...." Seokjin menepuk bahu Dita pelan.
"Ya...." Dita tersadar
"Pekerjaan...." Seokjin mengucapkan kalimatnya penuh penekanan.
"Ya...sudah selesai...ini." Dita menyerahkan tumpukan berkas dari tangannya.
"Terimakasih...kau boleh kembali ke ruanganmu." Seokjin mencermati satu demi satu dokumen yang Dita serahkan.
Dita melangkah keluar ruangan demgan sesekali menoleh ke arah Seokjin. Otaknya sedang berpikir keras dengan kalimat yang Seokjin ucapkan. Terasa ambigu. Tak paham dengan apa yang terjadi, Dita menepuk kepalanya pelan. "Pak Bos aneh...."
Begitu pintu ruangannya tertutup, Seokjin mendesah lega. "Hampir kelepasan.....sabar..sabar....belum waktunya."
*****
DONT FORGET TO VOTE AND COMMENTS
JinDita Forever 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
JinDita (Oneshoot)
Short StoryCinta tidak dapat didefinisikan Tapi bisa dibuktikan dengan kesetiaan