Like and Comment Juseyo 😃
Tolonglah author abal abal ini dengan like sebanyak banyaknya biar author semangat nulis cerita.
*****
"Aku mencintaimu, tapi aku tak bisa menikahimu, karena aku tidak ingin meyakitimu karena sikaplu, gaya hidupku, dan aku akan sangat sulit untuk berubah" kata kata laki laki egois, laki laki yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil, laki laki yang selalu berbagi cerita dengannya.
Tatapan mata Dita kosong, terlalu shock. Namun sedetik kemudian dia meracau.
"Cinta??? Heh...bukankah laki laki akan berusaha sampe gila untuk mendapatkan apa yang dia suka dan dia cinta. Cinta mu hanya omong kosong. Kau hanya ingin memenjara diriku dengan kata cinta kosong mu itu"
"Tak bisa menikahi??? Hah...ternyata sepengecut itu dirimu. Kau tak ingin kehilangan ku namun kau tak mampu juga untuk setia di sisiku. Kau menghampiriku saat kau perlu. Apakah aku pemain cadangan buatmu???"
"Tak bisa berubah??? Ternyata se egois itu dirimu, sehingga kau tak mau dan tak mampu untuk berubah. Kau ingin aku yang terus menunggu dan bersabar hingga kau puas memberi makan ego mu"
"Setan alas....fuck!!!!"
Dita berteriak mengeluarkan sumpah serapah nya di tengah taman yang mulai sepi pengunjung. Dan kemudian menangis. "Hiks....." Hatinya perih, kenapa harus bertemu manusia egois yang tidak sadar bahwa sikapnya menyakiti orang yang menurutnya dia cintai. "Lucu....." gumamnya sambil mengusap air mata yang tidak berhenti mengalir dari kedua matanya.
Sejam berlalu, dan dia masih terisak
*****
Dita menatap es americano nya demgan lesu. Semenjak malam.itu, hari hari nya menjadi suram, tak ada semangat hidup. Tak ingin memikirkan tapi terpikirlan juga. Dita merasa muak tapi otaknya tak berhenti mengingat kejadian malam itu, dan matanya begitu bodoh, memgeluarlan airmata dengan sendirinya.
"Dita....."
"Hmmm...." Dita menoleh tak semangat
"Kenapa???"
Dita memandang bingung senior yang dengan santainya duduk di depannya.
"Kenapa????" Ulangnya
"Eeee......"
"Patah hati????"
Dita meringis mendengar isapan seniornya. "Kenapa dia bisa tahu" batinnya.
"Ayo cerita."
"Hah?????" Dita melongo karena heran
"Ayo...aku siap mendengarkan."
Dita menatap seniornya dalam dalam. Menjari kesungguhan di dalam ucapannya.
Dita menghela nafas, berpikir tak ada salahnya bercerita kepada orang asing. Toh Seokjin adalah senior di kampusnya, teman satu pengurus BEM. Anggap saja sedang konsul ke psikiater. Jarang jarang Seokjin perhatian, biasanya dia kaku dan irit bicara. Seringnya interaksi mereka adalah rapat, perintah, koordinasi, perintah dan perintah lagi. Sebagai junior memang harus siap sedia apabila senior memerintah a.ka. meminta bantuan.
Dita tersenyum tipis dan meluncur lah semua yang terjadi di malam itu dari bibir mungil nya.
"Kau percaya dengan apa yang dia katalan padamu?" Seokjin menggebrak meja dan menatap Dita serius.
Dita kaget.
"Mmm....entahlah...." Dita mengangkat kedua bahunya tanda tak mau menjawb jujur. Dia ingin percaya dengan perkataan laki laki yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil itu, namun dia juga tak menampik bahwa ada keraguan di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JinDita (Oneshoot)
Short StoryCinta tidak dapat didefinisikan Tapi bisa dibuktikan dengan kesetiaan