9. A&Z • Mimpi buruk

75 8 5
                                    

•••••••

“Brahim... nak, tangi... Ibu kangen swaramu” ucap Ibu Brahim dengan hisam tangis sambil memeluk jasad Brahim yang terbaring kaku

"Ibu... Wis sabar... Ayo padha ndedonga supaya Brahim tenang ing kono" Rayu Sang Ayah Brahim agar Sang Ibu-Nya Brahim dapat mengikhlaskan Brahim, dan dapat duduk tenang disamping jasad Sang Anak. Di pagi hari itu Rumah Brahim dipenuhi oleh warga" Dikampung itu, semuanya turut berduka atas kepergiaan Brahim, tampak juga di sana terlihat Athar, Satria, Nidar, dan juga Zulaifah yang ikut berduka, tatapan mata Nidar terlihat kosong, sepertinya Nidar sangat amat terpukul atas kehilangan sosok yang dia cintai, namun Zulaifah hadir untuk menenangkan Nidar disana, Zulaifah tidak pernah melepas pelukannya dari Nidar

"Ni.. Yang sabar yah, mungkin Allah punya rencana yang jauh lebih baik, dan Allah telah siap kan tempat untuk orang sebaik Brahim.. Kamu ikhlas kan kepergian nya yah? " Ucap Zulaifah dengan lembut sambil mengusap air mata Nidar yang mengalir, walaupun ekspresi Nidar terlihat datar dengan tatapan kosong, namun mata Nidar terus mengeluarkan air mata, tanpa terdengar hisak tangis

"Ni.. Istighfar, doa kan Brahim supaya dapat ditempatkan di sisiNya Allah Subhana Wa Ta'ala" Ucap Athar kepada Nidar, walaupun hati Athar juga sangat hancur saat itu, namun dia masih saja ingin menenangkan Nidar, karena dia tau bahwa Nidar juga sangat hancur saat itu

Beberapa menit Nidar tak menjawab, dan tak bersuara, akhirnya Nidar membuka suara walaupun masih dengan tatapan kosong
"Fa.. Haruskah hidupku sehancur ini? " Tanya Nidar dengan nada yang bergetar

"Ni.. Jangan ngomong seperti itu, ini adalah ujian yang Allah berikan agar kamu tetap kuat, Allah tau kamu kuat, kamu sabar" Jawab Zulaifah yang masih mengelus pundak Nidar

"Ibu aku diambil Allah, Brahim juga di Ambil Allah.. Apakah sudah giliranku? " Ucap Nidar yang masih dengan nada bergetar

"Istighfar Ni.. Kamu jangan putus asa, kamu gak pernah sendirian, aku masih ada disini, Allah juga masih ada di sisi kamu, kamu harus tetap kuat, sabar" Jelas Zulaifah, Nidar hanya terdiam membisu dan masih dengan tatapan kosongnya..

Beberapa jam telah berlalu, dan Brahim juga telah dikuburkan dengan proses yang lancar. Dan masih terlihat disamping kuburan Brahim ada Athar, Satria, Nidar, dan juga Zulaifah, tidak lupa dengan kedua orang tua Brahim

Disaat Nidar menangis sambil mengelus papan nama Brahim, Ibu Brahim langsung mendekat kearah Nidar sambil mengelus lembut pundak Nidar lalu memeluknya
"Nak.. Ibu tau kamu hancur sama seperti ibu, tapi kita harus bisa sama-sama ikhlas yah? Agar Brahim bisa istirahat disana dengan tenang" Ucap Ibu Brahim dengan lembut lalu mencium kening Nidar

"Iyaa Bu.. Nidar akan berusaha Ikhlas atas kepergian Brahim" Ucap Nidar lalu memeluk Ibu Brahim

"Makasih yah nak, sudah sempat mencintai Brahim, semoga kamu menemukan jodoh yang jauh lebih baik dari Brahim" Ucap Ibu Brahim yang ikut memeluk Nidar, Nidar hanya membalas dengan anggukan, lalu Ibu Brahim melepaskan pelukan dan memegang pipi Nidar dengan lembut
"Ibu pulang dulu yah Nak? Kamu sehat-sehat yah dipesantren.." Ucap Ibu Brahim yng lalu kembali mencium kening Nidar setelah itu Ibu Brahim berdiri dari duduknya dan berjalan pulang bersama Ayah Brahim

"Him.... " Ucapan Nidar terhenti karena tak kuasa menahan hisak tangis
"Maafin saya, saya belum bisa jadi takdir mu" Tangis Nidar semakin kencang sambil memeluk batu nisan Brahim
"BRAHIM.. Ya Allah, saya belum ikhlas"

Zulaifah yang sedari duduk disamping Nidar lalu menenangkan Nidar dan mengajak nya untuk kembali ke pondok
"Ni.. Sabar yah, do'a in Brahim agar Brahim ditempatkan disisi Allah, ikhlas walaupun sulit" Ucapan Zulaifah terhenti lalu memeluk Nidar dengan sungguh tulus layaknya seorang sahabat
"Kita pulang yuk" Ucap Zulaifah dengan lembut, tidak lama kemudian mereka berempat pun pulang kembali ke pondok

CINTA GUS ATHARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang