Keesokan harinya Bulan bangun dari tidurnya ia menguap kecil sambil meret-takan tulang-tulang punggung nya.
Ia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. 30 menit kemudian ia selesai dengan acara mandi paginya. Ia pergi mendekati lemari memilih baju sekolah hari ini.
Selesai dengan bajunya ia mengeringkan rambutnya dan berdiri didepan cermin. Sembari melihat kedua kelopak mata yang hitam. Bibir melengkung yang pucat dan wajah putih pucat seperti mayat hidup.
Bulan berusaha menutupi semua itu dengan bedak fondation agar tidak terlihat seperti itu.
Saat berada dibawah ia melihat Rini, Candra dan Alexa tengah makan bersama, tampak raut kebahagian terpancar diwajah mereka tanpa adanya Bulan disana.
Tak mau berlama-lama, Bulan hanya melewati mereka tanpa menoleh sama sekali. Ia berusaha berjalan mendekati pintu bewarna cat putih itu untuk segera keluar dari sana.
"Dasar anak tidak tahu adab, masih saja keras kepala, entah apa yang ada dipikirannya sekarang".ucap Rini dengan kesal melihat tindakan Bulan yang kurang ajar baginya.
"Sudahlah sayang, anak itu jangan terlalu dipikirkan, lagipula itu bukan anak kita".jawab Candra sambil memakan makanannya.
"Haha benar sayang, sudah lanjutkan saja".tertawa renyah keluar dari mulut Rini mendengar jawaban dari sang suami.
"Tunggu, Alexa bingung deh, Bulan memang anak kalian tapi enggak dianggap, apa beneran bukan anak kalian kandung?".tanya Alexa kebingungan.
Rini dan Candra saling menatap, lalu mereka berdua pun tertawa.
"Alexa putri kesanyangan mama, sebenernya Bulan bukan kakak kandung kamu, dia anak Bibi kamu yaitu Kakak mama, dia meninggal saat melahirkan Bulan".jawab Rini sambil menyuap makanannya.
"Ya terus kalo gitu ayahnya kemana".sungguh alexa masih sangat bingung.
"Ayahnya juga udah meninggal waktu Ranti mengandung diusia 7 bulan".jelas Candra.
"Oh, pantasan mama sama papa memperlakukan Bulan kayak gitu, aku bahagia banget, karna cuma aku anak satu satunya mama sama papa yang kalian sayangi".ucap Bulan dengan sangat senang mendengar penjelasan dari kedua orangtuanya itu.
"Iya sayang, kamu juga boleh kok melakukan apapun yang kamu sukai terhadap dia, bahkan sampai membuatnya sengsara haha".balas Rini dengan senang.
"Sudah, lanjutkan makan kalian. Alexa, selesai kita berangkat".ucap Candra dengan datar.
Diluar sana ada seseorang yang sedang membekap mulutnya dengan kedua tangan mungilnya, menangis tanpa bersuara. Ya itu Bulan, ia sedang mencoba untuk tetap tegar mendengar semua percakapan didalam.
Sebuah kebenaran tentang dirinya yang ditutupi membuat Bulan sangat syok hampir ingin lenyap dari dunia ini karena merasa tidak mempunyai siapa-siapa selain Bintang dan berharap Bintang tidak meninggalkannya.
"Jadi, jadi aku beneran bukan anak kandung ibu sama ayah". Batinnya seakan tak terima.
"Kenapa, kenapa tuhan, kenapa memberi aku ujia seberat ini, aku, aku gak nyangka, apa aku bisa mempertahankan semuanya, arghhh".Bulan sangat frustasi, ia menumpahkan seluruh air matanya dalam kesunyian. Mencoba untuk tetap tenang dan menerima semua itu.
Tin...
Tin...Suara motor Bintang telah sampai didepan pagar rumah itu, Bintang takut terjadi apa-apa saat ia masih menunggu Bulan didekat gang karna Bulan tak kunjung datang, Jadi ia terburu-buru menghidupkan motornya untuk lebih dekat dengan rumah Bulan.
Bintang melambai-lambaikan tangannya, ia melihat ada Bulan didepan pinru rumah itu berharap Bulan melihatnya disana.
Dengan kaki yang bergetar Bulan mencoba mendekati Bintang yabg tengah menunggu diluar.
Bulan membuka pagar rumah itu lalu menutupnya kembali.
"Hei, Bulan enggak apa-apa, kenapa ha, kenapa nangis".ucap Bintang panik didalam helm nya.
Bulan hanya diam dengan tatapan kosong, tak mau membuat Bulan pusing, Bintang menyuruh Bulan untuk naik dan mencoba pergi dari depan rumah Bulan, takut orang tuanya melihatnya bisa gawat.
Bulan pun naik seusai telah dipakaikan helm oleh Bintang. Bulan memeluk erat Bintang dan menyandarkan dirinya di belakang Bintang hingga membuat Bintang terkejut. Tak pikir lama Bintang langsung melajukan motornya dan pergi kedepan jalan raya.
15 menit mereka berkendara, Bintang memberhentikan motornya di trotoar, ingin bertanya kepada Bulan ada apa sebenarnya.
Ia turun dari motornya begitupun dengan Bulan, Mereka berdua membuka helmnya.
"Bulan, Bulan kenapa kayaknya dari tadi ada yang gak beres, Bulan sakit?, atau ada masalah, sini cerita?".banyak pertanyaan keluar bertubi-tubi dari mulut Bintang karena sangat khawatir dengan Bulan.
Bulan memeluk erat menumpahkan tangisannya dalam pelukan Bintang. Bintang sangat terkejut, karena baru kali ini ia merasakan pelukan dari Bulan karena sebelumnya mereka tidak pernah berpelukan. Bintang pun membalas pelukan dari Bulan.
"Bulan kenapa, ayo cerita, kita gak usah sekolah gimana, kita duduk dirumah pohon dulu mau?".
Bulan hanya mengangguk, Bintang yang mengerti pun membawa Bulan keruma pohon untuk menenangkan diri.
Mereka berdua pun duduk diteras depan pintu rumah itu.
"Bulan kenapa ayo cerita".
"Bulan sedih, soalnya Bulan bukan anak kandung dari orang tua Bulan sekarang, orangtua Bulan yang asli udah meninggal, hal sebesar ini mereka merahasiakannya dari Bulan, haha".
"Bulan pikir orang tua Bulan sekarang mendidik keras Bulan supaya jadi anak yang kuat, tapi nyatanya cuma buat senang-senang, tapi Bulan tetap bersyukur karena mereka masih mau menampung Bulan dirumah mereka, walau kadang ngerepotin".
"Tapi yang buat Bulan kecewa, karena mereka merahasiakannya dari Bulan, Hati Bulan sakit pagi tadi saat tidak sengaja mendengar ucapan mereka, tapi i't okey, karena Bulan anak yang kuat, Bulan akan tetap berusaha menjadi sosok yang tegar setelah mengetahui semua ini".
Bintang mendengarkan semua isi hati Bulan dengan tulus, ada rasa sedih juga dihatinya karena melihat Bulan bersedih.
"Udah Bulan enggak usah sedih gini, kan masih ada Bintang disini temenin Bulan ya, udah enggak usah sedih gini, Bintang ikut sedih loh".
"Makasih ya bintang selalu ada buat Bulan, Bulan bersyukur sekali dipertemukan sama Bintang, Bulan harap kedepannya cuma Bintang sosok seseorang yang enggak pernah bohong sama Bulan, dan selalu tepatin janji Bintang".
Bintang tertegun mendengar ucapan dari Bulan, apakah ia nantinya juga akan jadi bagian orang-orang yang menyakitinya. Apa ia bisa menepati semua janji yang ia berikan kepada Bulan, apa ia juga akan menyakiti Bulan nantinya.
"Iyakan Bintang".tanya Bulan menatap sayu kearah Bintang.
"Eh iya Bulan, Bintang selalu ada buat Bulan, udah jangan sedih lagi ya".
"Makasih banyak Bintang".
"Sama-sama, Bulan".
***
Haii mimin kemabli, maaf kalo gak jelas atau gimana aku cuma ngetik sesuai yang ada diotak aku.
Kasih semangat yaa
Jangan lupa vote, komen juga share.
Bantu follow ig
@penghalu_wpTiktok juga ya
@sayaputriSekalian sama wattpad nya dah
@putrienjelia9Sekian terima gaji
Eh salah terima kasihSee you next time
Love you babe
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Each Other (On Going)
Roman pour Adolescents"Bulan, Bintang selamanya, enggak akan pernah berpisah kan".tanya Bulan kepada Bintang. "Iya.., Bulan, Bintang selamanya akan bersama, jika takdir mempertahankan kita".jawab Bintang. "Jika takdir memisahkan kita?". "Kita terima". "Tapi, aku enggak...