DISCLAIMER
Hanya cerita fiksi, terdapat banyak kata tidak baku dan kasar di dalamnya. Bukan untuk ditirukan. Cerita ini murni karya sendiri. Tolong bijak dalam membaca. Terimakasih.
Sudah hampir pukul sebelas malam. Raquinn berjalan menuju unit apartementnya. Jujur saja, akhir-akhir ini dia merasa semakin sering kelelahan. Entah itu dari fisiknya, atau berasal dari isi kepalanya.Pikirannya mengembara. Mengingat bagaimana pertemuan canggungnya bersama Alpha pada pesta hari itu. Lelaki itu memang memiliki aura yang bisa membuatnya bungkam. Caranya menatap, gesturnya ketika berjalan. Semua yang ada pada Alpha masa kini, benar-benar membuat Raquinn ingin menjauh dari jangkauan lelaki itu. Dia tidak ingin berkaitan apapun dengan Alpha.
Belum usai ia membuyarkan angan dalam pikirnya, kaki Raquinn harus berhenti melangkah mendapati Alpha nyatanya sudah berdiri di depan unit kamarnya sambil melipat tangan.
"Kamu ngapain malem-malem ke sini?." Seolah berusaha tidak mempedulikan tatapan Alpha kepadanya. Raquinn terus berjalan mendekati pintu kamarnya.
"Nunggu calon istri gue."
"Siapa calon istri kamu?. Aku udah bilang aku gak nerima ya."
Alpha kini justru melangkah mendekati Raquinn. Menunggu gadis itu membuka pintu unit kamarnya.
"Gue gak nolak juga."
"Kak Alpha, jangan gini deh...." Tubuh Raquinn terdiam kaku. Dia tidak tahu jika Alpha sudah berada tepat di belakangnya. Sedikit saja dia bergerak tidak seimbang, mungkin ia bisa saja terjungkal menabrak pintu.
Dari jarak sedekat ini, Raquinn bisa merasakan aroma parfum Alpha mendadak berputar-putar di sekeliling tubuhnya. Lebih dari sepuluh tahun dia mengenal Alpha, baru kali ini Raquinn mendapati lelaki itu berada sangat dekat dengannya.
Alpha hanya diam, menikmati bagaimana Raquinn menjadi gugup berada begitu dekat dengannya. Mata itu bergerak gelisah, mencoba mencari cara untuk menghindar darinya.
"Lain kali, jangan pulang malem apalagi sama cowok lain." Alpha kemudian mundur beberapa langkah sebelum membalikan badan meninggalkan Raquinn yang masih terdiam di depan pintu kamarnya.
Ada benarnya memang, kalimat yang berisi 'kau baru tahu seberapa penting kehadiran seseorang setelah dia memilih pergi.' Ya dan Alpha menyadari itu. Tentang bagaimana begitu banyak kata-kata kasar dulu yang sering ia lontarkan hanya karena merasa terganggu dengan tingkah aktif gadis belasan tahun itu.
Rasa iri yang kadang menyelimuti dirinya ketika melihat bagaimana gadis kecil itu bisa melakukan semua sesuai dengan kemauannya, sedangkan Alpha harus belajar mati-matian demi pendidikan yang ia sendiri tidak menginginkannya.
Tapi lihat sekarang, dengan tanpa malu dia mendatangi gadis itu mengeklaim seolah ia-lah pemiliknya. Tidak boleh ada seorang pun yang boleh mengambil hati gadis itu kecuali hanya dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha : Just Mine
RomanceAlphaleo Shawn Dirgantara menyatakan dengan lantang jika dia ingin menikahi Raquinne Edwin, adik dari sahabatnya sendiri. Tidak masuk akal dan di luar nalar, itulah persepsi yang Raquinn dapatkan setelah mendapati ide gila Alpha. Jadi, apakah keduan...