DELAPAN

676 52 4
                                    

DISCLAIMER
Hanya cerita fiksi. Seluruh karakter dalam cerita sangat berbeda dengan kehidupan asli oc. Terdapat banyak kata kasar, bahasa tidak baku dan adegan di atas usia legal. Cerita ini murni karya sendiri. Tolong bijak dalam membaca. Terimakasih.

 Terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagian 8.

'Penyembuhan luka yang sesungguhnya adalah berdamai dengan sendiri. Dan jika masih ada hal yang belum selesai, itu artinya kau memang belum sepenuhnya utuh—kepingan akibat lukamu..'

Nafas Raquinn memburu, perasaan emosional itu menguat ketika Alpha semakin mengurungnya. Lelaki itu benci cara Raquinn menyalahkan dirinya sendiri di masalalu. Baginya, gadis kecil itu adalah orang yang sangat berarti sekarang meskipun pada kenyataannya harus ia sesali dulu.

"Gue nggak suka lo jelek-jelekin dia."

Raquinn tergelak. Sebenarnya apa yang ada di pikiran Alpha. Kenapa lelaki itu berubah menjadi aneh sejak dia kembali kemari. Harusnya melihat bagaimana cara memperlakukan dirinya dulu, bukankah lebih baik menjadi seperti biasanya saja.

"Stop talkin' this shit." Raquinn mendorong tubuh Alpha, menjauhkan posisi mereka yang sudah terlalu dekat.

"Kenapa lo terus aja ganggu ketenangan gue."ujar Raquinn dengan putus asa. Dia butuh validasi Alpha.

Lelaki itu hanya menatapnya. Mulutnya kentara sekali ingin mengungkapkan sesuatu namun masih tertahan. Faktanya, gengsi itu masih ada. Alpha tidak mungkin mengatakan jika dia tidak suka kalau Raquinn telah melupakan dirinya.

"Gak bisa jawab kan?. I dont wanna play this game, Shawn. So please... can you stop it."

Tidak ada yang berani menyebutnya Shawn selain ibu kandungnya. Namun, Raquinn memang sering menyebut nama keramat itu dulu jika ia merengek terus agar bisa menempeli dirinya ke mana-mana.

Lelaki itu tersenyum samar. Bukannya benar-benar pergi, Alpha malah menarik Raquinn membuat tubuh gadis itu kini menempel pas dalam dekapannya.

"Ulangi lagi. Gue udah lama gak denger nama itu dari lo."

Jantung mana yang bisa baik-baik saja jika berada sedekat ini dengan orang seperti Alpha. Raquinn menggigit bibirnya gusar, dia telah melakukan kesalahan dengan menyebut nama itu tadi.

"Kak.. jangan gini,please."

Satu-satunya hal yang ia bisa memang hanya memohon. Kekalahan Raquinn sudah menjadi harga mati untuk Alpha, sekuat apapun ia berusaha.. lelaki itu selalu punya banyak cara untuk membuatnya kalah.

Di sisi lain, Alpha sendiri tengah gelisah. Ia berusaha mati-matian menahan dirinya sendiri. Situasi ini menyenangkan namun juga menyulitkannya. Berada di jarak sedekat ini, sebagai lelaki normal, Alpha jelas kewalahan.

Aroma wangi yang menguar dari Raquinn bisa membuatnya berubah gelap dibanding alkohol yang yang sering ia minum di bar Jonathan. Keinginan kuat untuk terus membuat gadis itu berada di sisinya semakin menjadi-jadi.

Alpha : Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang