SEPULUH

648 58 3
                                    

DISCLAIMER
Cerita ini hanya fiksi dan tidak ada kesamaan terhadap karakter aslinya. Terdapat kata kasar dan beberapa ejaan yang tidak baku. Harap bijaksana dalam membaca dan dan jangan lupa tinggalkan pesan terbaik kalian.
Terimakasih

 Terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagian 9

'Hal terberat dalam hidup itu adalah berusaha menerima sesuatu yang harus menghilang padahal kita sadar karena hal itulah kita ingin hidup.'

Antony dan kedua orangtuanya berjalan dengan panik memasuki rumah sakit yang terletak di sebelah kampus milik Antony.

Setengah jam yang lalu, Antony baru mendapat telepon dari orang tak dikenal yang mengatakan jika adiknya sedang berada di rumah sakit akibat kecelakaan.

Dengan tergesa, Antony membuka pintu ruangan di mana Raquinn berada. Di dalam sana rupanya sudah ada beberapa orang sedang mengelilingi Raquinn yang tampak duduk terdiam di atas ranjang rumah sakit.

"Kok bisa sih Quinn."

Tersenyum masam, Raquinn mengatakan jika ia baik-baik saja. Di sana, seorang ibu-ibu sedang menjelaskan bagaimana kronologi yang membuat Raquinn akhirnya harus mendapat penanganan medis. Antony melirik kondisi Raquinn sambil terus mendengarkan penjelasan ibu tadi yang juga berkali-kali mengatakan maaf dan terimakasih karena berkat Raquinn, anaknya selamat.

"Maafkan saya ya nak, karena cucu saya.. adek ini harus dirawat di sini."

"Nggak papa bu. Gak ada yang serius kok, saya juga baik-baik aja." sahut Raquinn.

Antony menghela nafas lega. Memang tidak terlihat seserius itu, Raquinn hanya mengalami luka di beberapa bagian pelipis dan goresan akibat aspal di siku tangan kanannya.

Ibu tersebut kini melangkah menemui kedua orang tua Raquinn. Mungkin beliau juga harus menyampaian maaf akibat kelalaian cucunya.

"Lo yakin gak papa?." Antony menyeret kursi kosong di sebelah ranjang Raquinn, menarik lebih dekat dengan posisi adiknya. Raquinn hanya mengangguk pelan.

"Gak ada yang perlu kita periksa?. Cek rontgen ya." Antony tampak khawatir. Wajah lelahnya membuat Raquinn tersenyum haru. Sifat ini sangat bertolak belakang dengan sifat seorang kakak yang setiap hari hanya menjailinya.

"Enggak perlu kak. Gak papa kok. Aku pengen cepet pulang, kasur di sini rasanya gak enak banget."

Antony mengangguk paham, rumah sakit memang bukan tempat yang menyenangkan. Lelaki itu mengusap puncak kepala Raquinn sayang. Ini pertama kalinya dia melihat Raquinn berani mengambil tindakan di luar batas bahkan sampai melupakan keselamatan dirinya sendiri. Apakah adiknya memang sudah tumbuh dewasa sekarang?.

Flashback will continued soon..

••••

Alpha : Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang