SEMBILAN

718 52 6
                                    

DISCLAIMER
Cerita ini hanya fiksi dan tidak ada kesamaan terhadap karakter aslinya. Terdapat kata kasar dan beberapa ejaan yang tidak baku. Harap bijaksana dalam membaca dan dan jangan lupa tinggalkan pesan terbaik kalian.
Terimakasih

 Terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagian 8.

Raquinn tidak pernah segugup ini sebelumnya. Untuk gadis seusianya, bakat Raquinn memang sudah di atas rata-rata. Ia terkenal pandai memainkan instrumen hingga membuat para pendengarnya lupa jika pemainnya hanyalah gadis berusia belasan tahun.

Semuanya tidak akan menjadi begitu besar untuk Raquinn jika dia tidak mencintai musik yang menenangkan ini sebelumnya. Baginya, memainkan jari di atas tuts piano membuat hatinya tenang.

Kompetisi hari ini adalah awal dari segala pengharapan atas seluruh pencapaiannya. Raquinn memang belum dewasa, tetapi dia memiliki tekad yang kuat untuk menjadi seseorang yang pantas berdiri di atas podium. Ia ingin semua orang mengakui kemampuannya sebagai Gabriella.

Raquinn masih memiliki waktu sebelum gilirannya dimulai. Untuk mengatasi kegugupannya, ia mencari keberadaan Alpha. Lelaki itu kemarin bilang akan datang kemari, walau hanya sedikit kemungkinannya tapi Raquinn masih saja berharap. Karena mungkin saja dia akan mendapatkan support system ketika Alpha menampakan dirinya.

Tersenyum sebentar sebelum akhirnya pias dalam waktu bersamaan. Raquinn memang senang karena Alpha datang, lelaki itu selalu tampak menawan di matanya. Tetapi, dia tidak menyangka jika Alpha akan datang kemari bersama seorang perempuan yang malah membuat suasana hati Raquinn kian memburuk.

"Kenapa kamu ajak dia sih, kak." gerutu Raquinn.

"Permintaan lo cuman minta gue dateng. Urusan gue ke sini sama siapa, itu gak penting."

Jawaban Alpha semakin membuat Raquinn murung. Perasaan gelisah itu kian mengganggu konsentrasinya. Ditambah, rasa tidak nyaman itu menghadirkan kecemasan pada diri Raquinn.

"Gabriella Edwin. Sudah siap?." Raquinn mengangguk ragu. Dia harus menyelesaikan ini. Dia tidak boleh terpengaruh dengan kecemasan yang mengganggunya akhir-akhir ini. Mimpi ini terlalu indah jika ia harus terbangun dengan cara terjatuh.

"You will did well, Quinn."

Dengan penuh tekad Raquinn berjalan ke atas panggung. Walau harus ia awali dengan rasa takut, Raquinn tetap mencoba mengatasinya. Dia pasti bisa dan dia meyakini hal tersebut.

•••

Alpha bisa menyaksikan ada ketakutan di mata Raquinn saat jari gadis itu menyentuh tuts piano di awal. Terbersit rasa bersalah ketika dia mengingat bagaimana gadis itu tampak murung ketika dia datang bersama teman perempuannya.

Anak kecil itu kadang-kadang membuat ia gusar dengan sikap ajaibnya. Alpha sedikit takjub, ia tidak pernah melihat sinar mata penuh keseriusan di sana. Tapi sekarang, ia bisa melihat Raquinn di depan sana berbeda dengan adik Antony yang sering ia temui.

Alpha : Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang