Angkasa merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Aku sedikit banyak mengetahui Kakak Angkasa bernama Hirawan Eka Gunardi aka Mas Awan lewat adiknya. Angkasa tuh tipe adik yang mau-mau saja dan bahkan tak malu mengumbar kemesraan antar adik pada kakak. Berbanding terbalik dengan Mas Awan yang nampak cuek dan cenderung dingin pada Angkasa. Bukan dingin tidak peduli, hanya saja sikap lelaki yang 2 tahun lebih tua dari Angkasa itu memang seperti itu.
Semasa kecil, Angkasa menceritakan bahwa dirinya dan sang kakak pernah melukai satu sama lain dengan membuat sebelah tangan mereka cedera. Rentan waktunya memang tak bersamaan, namun hasilnya sama. Angkasa mengatakan bahwa di masa kecil, baik dirinya dan Mas Awan terbilang brutal dan berlebihan dalam bermain. Konteks berlebihan dan brutal disini ialah tak mau mengalah satu sama lain dan baru berhenti serta sadar setelah salah satu diantara mereka menangis atau terluka.
Kasihan Tante Windy. Pasti beliau capek urus dua anak buas.Seiring bertambah usia dan kesibukan sekolah, Mas Awan dan Angkasa tak pernah berbuat aneh lagi untuk bertahun-tahun. Mas Awan dengan serangkaian kegiatan OSIS serta bimbel begitupun Angkasa yang memilih tidur dan mendekam dikamar setelah otak dan energinya terkuras habis disekolah.
Boleh saja di weekdays Mas Awan dan Angkasa jarang berinteraksi, namun saat weekend, disitulah Angkasa beraksi. Bukan, bukan ajak main namun lebih quality time. Bantu Tante Windy masak, kadang membuat cemilan seperti bakwan, puding atau pancake instan hanya untuk Om Hendra dan Mas Awan, lalu nonton film berjam-jam atau main ps sampai ketiduran di sofa. Semua itu Angkasa lakukan agar Mas Awan keluar kamar. Soalnya kakaknya tuh setipe Angkasa yang suka mendekam dikamar nggak tau ngapain.
Selepas lulus S1 dan sempat bekerja diperusahaan milik orang Jerman,
Mas Awan memutuskan melanjutkan pendidikan di Manchester dan memulai karir disana empat tahun silam. Keputusan itu tentunya membuat orang rumah shock. Apalagi Angkasa. Pacarku bilang, dia nggak nafsu makan sampai nangis diam-diam dua malam berturut-turut karena hal tersebut. Pasalnya, Mas Awan nggak ada gelagat kearah sana. Memang sih, saat itu hubungan Angkasa dan Mas Awan sempat merenggang kala lagi-lagi Mas Awan cedera akibat perbuatan Angkasa yang memukul umpan bola kasti terlalu bersemangat dan justru menghantam keras pundak Mas Awan.
Tante Windy panik, Angkasa terguncang. Pokoknya suasana sangat menyeramkan menurut Angkasa.Sejak saat itu, Mas Awan menjaga jarak pada adiknya. Karena bukan kali pertama tangannya mesti dibantu gips akibat Angkasa. Meski bukan disengaja, tetap saja kalimat dokter yang mengatakan jika kejadian ini terulang kembali, maka bukan hal tak mungkin akan berakhir fatal.
Angkasa sedih kala dijauhi oleh Mas Awan. Satu-satunya saudara, teman dan segalanya baginya menjauh karena ulahnya sendiri.Kejadian tulang retak sekaligus keinginan Mas Awan lanjut studi diluar membuat hati Angkasa bagai dicabik-cabik harimau--perumpamaan yang Angkasa bilang kayak gitu. Angkasa yang saat itu duduk disebelah Om Hendra reflek berdiri seraya berteriak menentang keinginan Mas Awan. Bahkan air mata Angkasa turut serta saking ketidakinginannya jauh dari sang kakak. Ia juga melakukan pengampunan dosa sekali lagi pada Mas Awan didepan kedua orang-tuanya. Tapi, ya, tetap saja Mas Awan berangkat.
Di tahun-tahun pertama, Angkasa sering bolak-balik ke Manchester. Apalagi kalau bukan mendatangi Mas Awan. Memperbaiki hubungan dengan dalih jatuh cinta pada kota tersebut. Sampai aku berpikir sepertinya aku akan benar-benar menjalani hubungan jarak jauh dalam jangka waktu panjang sebab Angkasa tau seluk beluk, tips and tricks hidup disana hingga sisi gelap kota tersebut.
Usaha tak pernah mengkhianati hasil. Sering bolak-balik ke Manchester, hubungan kedua kakak beradik itu perlahan membaik. Sesekali Mas Awan nimbrung acara kencan kami berdua lewat panggilan video. Mas Awan juga membongkar aib Angkasa disana. Membuatku semakin paham sifat Angkasa yang ternyata sama clingynya padaku dan Mas Awan.
