Baby 9

14.2K 1.1K 49
                                    

Sudah hampir siang namun Bungsu Delhatore sedikitpun tidak ingin jauh dari dekapan sang ibu, sejak saat terbangun subuh tadi. Bayi Seline itu terus menangis tanpa henti, Seline tampak kewalahan sedangkan empat pria dewasa juga tak kalah kelimpungan karena sang bayi sedikitpun tidak ada yang mau ikut mereka padahal Seline pagi tadi juga tampak sibuk menenangkan sih bayi, membuat kan makanan untuk sang anak dan juga memandikan anak itu. Namun setelah nya tetap saja Ael tak mau lepas dari nya.

Mulut yang tersumpal pacifier dengan tangan kiri yang sibuk memeluk perut Seline. Sesenggukan masih terdengar jelas dari bibir Mungil yang tersumpal pacifier itu. Pipi yang menggelembung dan memerah itu terlihat jelas.

"Sayang sama yang lain dulu nya, Mom mau bersih bersih badan mom sebentar," Seline melepaskan pelan pelukan Ael dari perutnya.

Namun seketika itu balita itu menangis keras dan mendusel duselkan. Wajahnya di perut sang ibu. "G-gak hiks.. Ael gak mau Amy pelgi," Tangisan semakin kencang dengan air mata yang mengalir deras. Seline menghela nafas. Wanita itu berdiri dengan mengendong sang anak ala koala lalu membawa bayi nya keluar dari kamar yang entah kemana tapi yang pasti keempat pria itu mengekori dari belakang.

Seline membawa Ael ke halaman depan Mansion. Angin sejuk pagi menerpa wajah mereka terutama pada sih bayi Seline yang kini duduk di kedua bahu Seline, surai lembut itu tampak berterbangan karena tertiup angin.

"Ada apa sayang, mengapa tadi Ael rewel hm? Apa badan Ael ada yang sakit sehingga begitu rewel." Seline berusaha bertanya pada sang anak karena sedari tadi hanya menangis saja.

Ael menunduk menatap wajah Seline dari atas. "Tulun~" Gumam anak itu, Seline langsung menurunkan sang anak dengan hati hati. Lalu kembali mengendong sang anak ala koala. Si usap nya punggung sang anak sehingga membuat Ael merasa tenang.

Selama hampir setengah jam, Seline menunduk guna melihat wajah sih bungsu yang terlihat yang terlihat mengantuk itu. Mata nya yang sayup, dengan perlahan dia menyerahkan sang anak ke William, dengan sigap dan lembut William mengambil alih sang adik dengan hati hati William menimang Ael layaknya bayi baru lahir.

"Mommy titip adik kamu dulu," William mengangguk karena hanya ada William yang masih setia mengikuti Seline dan Ael. Sedangkan Vander dan kedua putranya yang lain sedang pergi karena ada urusan mendesak.

"Bayi ada apa dengan mu, mengapa terus menangis," William berujar lembut. Dengan jempol tangan yang mengusap dahi sang adik. Mata sayup itu tampak terbuka lebar lalu menatap lamat wajah kakak sulungnya.

"Kakak~" Cicit nya pelan. Berusaha mengawai wajah tegas sang kakak membuat William menundukkan Kepala nya lalu mendekatkan hidung mereka berdua hingga tertempel satu sama lain. William mengecup pelan bibir sang adik lalu kembali mendekap erat badan Ael.

"Tidur dengan kakak hm," Bisik William membuat Ael mencari posisi nyaman di dada nya. William membawa sang adik ke kamar nya. Dirinya berbaring dan juga Ael juga ikut berbaring di samping nya dengan lengan William yang menjadi bantalan Ael.

William tak tidur namun hanya terus menerus memperhatikan wajah Ael. Balita itu belum tertidur namun lihatlah anak itu tak berhenti terus melihat wajah William dari bawah dengan mata sayup nya.

William mengelus pipi tembam itu hingga akhirnya mata itu tertutup sempurna menandakan sang adik tertidur lelap. Dirinya mengecup lamat seluruh inci wajah Ael. Hingga di rasa puas pemuda itu menjauhkan wajahnya dari sang adik.

"Bayi ku, kau adalah hidup ku dan segalanya. Tetap bersama kami, karena kau tidak kan bisa lepas dari kami terutama dari ku Ael." William berujar lirih dengan suara berat nya. Terus memperhatikan setiap lekuk wajah sih mungil sampai akhirnya dirinya tertidur dengan posisi mendekap erat badan Mungil itu.

Baby Delathore Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang