Retak

0 0 0
                                    

"Putra baik-baik aja kok, tapi kata dokter cedera di kakinya lumayan Ay jadi dia harus pakai tongkat untuk bantu jalan lagi selama waktu yang belum bisa ditentukan," jelas Rayan yang saat ini tengah menjemput Ayana di Bandara.

"Gue kepikiran pasti kak Putra kecewa banget karena nanti dia gabisa main futsal lagi padahal itu hobi sekaligus bakat dan keahliannya kan juga disana," ucap Ayana lirih

"Lo sayang banget ya sama Putra?" tanya Rayan tiba-tiba

"Ya, gue sayang-" belum sempat Ayana melanjutkan perkataannya. Ia bergegas membuka pintu mobil dan langsung turun karena sudah tiba di Rumah sakit tempat Putra dirawat.

-Ruang Tulip 04-

"KAK..." Ayana langsung mendekat ke samping tempat tidur putra dengan pecah tangis yang tak terbendung karena sudah ia tahan sejak tadi.

"Saya gapapa, kamu kok tiba-tiba disini? Bukannya ke Singapur?" tanya Putra dengan suara yang terdengar lemah

"Iya aku kepikiran kak Putra, makanya aku langsung dibawa kesini sama Ray," saat Ayana menoleh namun tidak menemukan Rayan disampingnya.

"Rayan? Mana dia?"

"Tadi ada kok bareng aku, mungkin ke toilet atau kemana gitu"

"Keluarga kakak ngga tau?" tanya Ayana dan dijawab oleh gelengan Putra

"Aku boleh kabarin Aira ngga?" tanya Ayana dengan wajah meminta

"Silahkan,"

Setelah mendapatkan persetujuan Putra, Ayana langsung mengetik pesan untuk Aira.

'Aira kamu bisa tolong jenguk kakak di RS Kalingga sekarang? Kamar Tulip 04, kakak dirawat disini'

Tidak lama dari pesan itu terkirim, balasan dari Aira muncul mengabulkan permintaan Ayana. Lalu ia izin keluar ruangan untuk mencari Rayan. Ternyata temannya itu duduk di bangku yang disediakan di samping pintu masuk ruangan.

"Lo kenapa ngga ikut masuk Yan?"

"Gamau ganggu," jawab Rayan dengan senyum tipis

"Gue bisa minta tolong lo buat jemput Aira ngga? Plis tolongin yaa," pinta Ayana memohon

Dengan cepat Rayan mengangguk lalu langsung pergi.

-

Mobil Rayan sudah sampai di depan rumah Aira untuk menjemputnya, namun Aira bingung karena Rayan tiba-tiba disana padahal Aira sudah memesan ojek online.

"Loh kak Rayan kesini buat jemput aku? Aku udah order ojek online nih kak,"

"Iya yaudah gapapa, kita tunggu mas ojeknya datang nanti kita tetap bayar tapi kamu perginya bareng aku aja," kata Rayan dengan lembut kepada adik Putra itu.

"Oh iya aku boleh nanya?" Rayan membuka obrolan saat mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

"Itukan udah nanya kak,"

"Iya juga ya. Tapi ini beneran, kamu kenapa pakai kacamata hitam kalua keluar? Eh tapi kalau gamau jawab juga gapapa Ra,"

"Aku pakai kacamata hitam gini bukan karena mau gaya, tapi mata aku yang sebelah itu ngga berfungsi lagi. Gabisa lihat dari aku kecil dan aku gamau orang-orang diluar tau kalau aku buta sebelah, aku malu kak"

"Tapi kalau boleh jujur, kamu cantik kalau kacamatanya dilepas deh. Aku pernah ngga sengaja nengok dari spion mobil pas abis anterin kamu sama Ayana dari toko buku waktu itu,"

"Kak, emangnya kak Aya sakit apa? Kok sampai dirawat di rumah sakit?" tanya Aira seolah mengalihkan topik pembicaraan

"Nanti tanya aja langsung ke orangnya ya,"

Saat pintu ruangan kamar Tulip 04 itu dibuka oleh Rayan dan mempersilahkan Aira masuk kedalamnya, wajah Aira sungguh kaget melihat yang terbaring di tempat tidur ruangan itu adalah kakaknya dan bukan Ayana.

"Aira, sorry banget ya kakak harus bohongin kamu. Kakak kamu pengen banget kabarin kamu tapi takut kamu ngga datang," jelas Ayana langsung

Aira mendekat ke tempat dimana Putra berbaring lemah.

"Kakak kenapa? Sakit apa?"

"Kakak kamu abis kecelakaan, jatuh dari motor sampai kakinya kirinya retak dan dokter menganjurkan untuk pakai tongkat selama pemulihan," jelas Rayan yang menjawab pertanyaan Aira

Raut wajah Aira sempat menunjukkan rasa khawatir, namun seketika berubah seakan bingung harus berekspresi seperti apa.

"Kapan kecelakaannya?" tanya Aira dengan nada masih sedikit cuek

"Tiga hari yang lalu," jawab Putra

"Cepat pulih ya kak, Aira mau cari kantin dulu lupa kalau tadi belum makan," ucap Aira seperti beralasan

"Itu ada roti dan cemilan tadi kak Aya bawa, kamu makan aja. Boleh kan Ay?" tanya Putra

"Engga usah, itukan buat kak Putra. Aku gamau makan itu. Aku keluar dulu ya," dengan tampak masih jutek Aira segera menjauh dari mereka

"Aku temenin ya Ra. Yan titip kak Putra sebentar," ucap Ayana dan langsung bergegas menyusul Aira

Aira kini benar sudah berada di kantin rumah sakit. Ayana pun ikut duduk di meja yang ditempati Aira.

"Kamu marah ya karena kakak udah bohong?"

Aira menggeleng.

"Kak Putra parah ya kecelakaannya?" tanya Aira

"Kakak juga gatau pasti. Rayan dan kak Putra juga ngga cerita soal itu,"

"Kata kak Rayan suruh tanya sama kakak. Kalau aku ngga dikasih tau buat apa aku datang kesini?"

"Tapi kakak beneran gatau. Yang kakak tau jelas, kak Putra pengen banget kamu datang untuk jenguk dia. Jadi kamu datang kesini ngga sia-sia,"

"Aku mau pulang aja. Makasih ya kak Aya undah kabari aku tentang ini,"

"Sebentar, aku telfon Rayan ya buat ngantar kamu pulang,"

"Ngga usah kak. Biar kakak sama kak Rayan jagain kak Putra aja, aku mau pesan ojek online. Salam buat kak Putra, dia gausah sedih kalau aku gabisa jenguk. Aku lagi fokus belajar,"

.



*Kekecewaan tidak harus selalu disimpan, karena bisa menyebabkan ada kesempatan yang akan terlewatkan*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, My MochalatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang