Ayana's POV.
Hari ini, hari ke dua puluh delapan oktober. Tidak, aku bukan mau mengingatkan kalau hari ini sumpah pemuda. Memang bertepatan dengan peringatan itu, tapi disini lebih memaksudkan pada perpindahanku ke Bandung. Aku pindah ke rumah baru di salah satu perumahan yang cukup elit disana, satu komplek beda blok dengan Dekha, sepupuku. Perpindahanku membuat aku harus move on, melupakan semua yang harus dilupakan. Terutama tentang seseorang yang kisahnya masih membekas di Medan. Ya Medan-Bandung bukan jarak yang dekat. Aku harap dengan perpindahan ku ini mendukung rencanaku untuk move on dari Razkah seseorang yang pernah mengisi masa kecilku.
Di Bandung aku harus satu sekolah dengan Dekha, itu keputusan kedua orang tuaku. Sebagai anak yang penurut aku hanya bisa mengiyakannya saja. Aku masuk ke sekolah Dekha pada saat pergantian semester, aku di masukkan di kelas yang berbeda dengan Dekha. Aku di kelas 11 ips 2 sementara Dekha di kelas 11 ipa 5. Ku akui Dekha memang memiliki tingkat kepintaran sedikit lebih tinggi, makanya ia lebih memilih untuk menjadi anak ipa.
Berbicara tentang Dekha, ia saat ini menjadi senior di tim futsal tapi ia junior di tim basket, entah kenapa bisa begitu. Kalau dari curhatannya selama ini ia selalu bilang kalau tim basket sekolah masih di kuasai oleh anak kelas 12. Dia juga tidak terlalu suka dengan ketua basketnya. Ngomong-ngomong basket, aku juga masuk kedalam tim basket putri di sekolahku yang dulu. Dan sekarang keinginan untuk masuk ke ekskul basket disini juga mulai muncul. Aku meminta Dekha mengambilkan formulir pendaftaran masuk ekskul basket untukku. Tapi Dekha menolaknya karena ia akhir-akhir ini disibukkan dengan pertandingan futsal yang akan ia dan tim futsalnya jalani. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengambil formulir itu sendiri sesuai dengan arahan Dekha, setiap Jum'at siang akan ada senior basket yang selalu berjaga sambil latihan di lapangan basket indoor sekolah dan aku bisa meminta formulirnya disana.
Di lapangan basket indoor sekarang ini aku melihat ada seorang lelaki yang sedang memantul-mantulkan bola basket dan sesekali memasukkannya ke dalam ring basket itu dengan sangat cekatan. Sebenarnya segan sekali rasanya untuk mengganggu latihannya saat ini, tapi aku harus memberanikan diri. Seperti sadar akan kehadiranku, ia menghentikan aktivitasnya dan melihat ke arahku. Canggung. Ini pertama kalinya aku akan berbicara dengan senior di sekolah ini. Padahal di sekolahku yang lama berkomunikasi dengan senior biasa saja bagiku, tapi ini begitu canggung. Aku takut kalau yang di depan ku ini adalah senior yang dimaksud oleh Dekha, yang terlalu berkuasa dengan jabatannya sebagai ketua basket.
"Hey, ngapain disini?" suara gagah seorang lelaki menyadarkanku yang ternyata sudah melamun tadi.
"Eh, itu, emm.. mau masuk basket kak, boleh saya minta formulirnya?" kataku dengan suara tercekat pada awalnya.
"Ooh. Untuk sekarang ini masuk basket nggak perlu pakai formulir. Karena ini bukan masanya penerimaan murid baru. Kalau kamu mau bisa langsung ikut latihan besok," kata lelaki itu.
"Oh iya saya Putra, ketua basket di sekolah ini," pernyataannya yang membuatku terdiam sebentar. Cukup ramah menurutku dan dari wajahnya juga menunjukkan kalau dia orang yang baik. Dan aku mulai tidak percaya dengan perkataan Dekha yang selalu mengatakan hal buruk tentangnya.
"Ohh saya Ayana kak," sahutku membalas perkenalannya.
"Kalau boleh tau, nggak ada persyaratan apa-apa kak?" lanjutku, bertanya untuk memastikan.
"Ada. Syaratnya itu kamu harus buat name tag yang bertulisan JUNIOR di capslock, terus harus di pakai selama latihan dalam sebulan"
-
Aku baru saja membuka hp dan terlihat disana ada line dari kak Putra yang menyuruhku untuk datang latihan hari ini karena ia akan menguji kemampuan basketku. Sadar dari kebingunganku memikirkan bagaimana bisa kak putra mendapatkan id line ku, baru ingat kalau semalam ia memintanya agar aku bisa langsung di masukkan ke dalam grup tim basket di line. Dan yang aku bingungkan lagi kenapa sampai sekarang aku malah belum di undang untuk masuk ke grup itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, My Mochalatte
Novela JuvenilTentang seorang gadis yang masih penasaran dengan teman masa kecilnya.