on duties part one

2.6K 201 15
                                    

Suara Bruno Major mengalun indah menemani dua insan manusia yang baru dapat terlelap ketika matahari perlahan menampakkan wujudnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara Bruno Major mengalun indah menemani dua insan manusia yang baru dapat terlelap ketika matahari perlahan menampakkan wujudnya.

Semilir angin masuk melalui celah jendela yang sengaja dibiarkan terbuka. Kemudian, menggelitik kulit polos mereka dengan lembut. Yang saat ini, tidak ditutupi oleh sehelai benang pun dibawah selimut. Sebab, seluruh pakaian mereka terongok di lantai dengan mengenaskan, setelah pertarungan hebat tadi malam.

Suara kicauan burung dan kokokan ayam ikut menghiasi pagi mereka yang dingin. Walaupun sepertinya, mereka masih enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Dilihat dari jarak yang tidak tersisa diantara keduanya. Dengan lengan yang mendekap erat satu sama lain.

Kath menjadi yang pertama bangun. Sebab, dingin nya udara benar-benar menusuk kulitnya. Berbeda dengan lelaki yang saat ini sedang berada di peluknya. Hela napasnya teratur. Sepertinya, ia baru mulai terlelap dalam di tidurnya.

Melihatnya, membuat Kath menarik senyum lebar. Apalagi, ketika lelaki itu menggeliat untuk mengubah posisi tidurnya, mencari nyaman disetiap lekukan tubuh miliknya.

Tangan mungil Kath pun terulur untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah tampan lelakinya, sekaligus suaminya.

Setelah tahun-tahun penuh kerikil yang harus Kath lewati. Akhirnya, dirinya dapat memetik indah yang selama ini selalu menjadi angannya. Rasanya, semuanya masih tidak nyata. Bagaimana seorang Edriel Birru dapat berbaring disebelah dirinya sebagai suaminya.

Iya, Edriel Birru adalah suaminya.

Sudah terhitung lebih dari tiga tahun usia pernikahan mereka. Sejak pertama kali lelaki itu meminta Kath untuk membersamai dirinya untuk selamanya di depan makam Khaisar, Ayahnya.

Mungkin, tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Kath kala itu. Apalagi, usia mereka yang terbilang masih sangat muda untuk menikah. Namun, satu hal yang pasti adalah Kath benar-benar berbahagia hari itu.

Menghabiskan hari bersama luka dan lara. Seringkali, membuat Kath menjadi lupa. Lupa, bagaimana caranya berbahagia. Juga, lupa bagaimana rasanya dirayakan untuk menjemput indah.

Saat itu, Edriel Birru menawarkan dirinya sebuah ikatan takdir cinta yang paling mulia, yaitu pernikahan. Bersama kesungguhan dan ketulusan yang ia miliki. Tentu saja, tidak ada alasan untuk Kath menolak hal baik yang datang kepadanya.

Rasanya, Kath seolah kembali hidup. Sebab, sepi tak perlu lagi ia ratapi. Riuh meriah pun ikut menghampiri. Kerena, kepadanya Kath jatuh cinta berjuta kali. Dengannya, Kath menanamkan harapan abadi.

Serupa rumah yang hangat dengan temaram lampu yang lembut. —Kath kembali menyambut bahagia.

Jemari Kath mengusap lembut wajah suaminya. Mengabsen setiap ukiran indah yang sudah Tuhan ciptakan. Mulai, dari alis tebal lelaki itu. Lalu, turun ke hidung mancung miliknya. Berakhir, di bibir ranum Edriel yang selalu menjadi bagian favorite untuk Kath kecup.

Bluesy: On DutiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang