on duties part thirteen

797 91 11
                                    

Sentuhan lembut jemari Edriel yang mengandeng tangannya membuat Kath tersentak. Ia menoleh dan mendapati suaminya menarik senyum tipis. Seolah menyiratkan jika semuanya akan baik-baik saja.

Kalau dipikir-pikir, untuk apa dirinya harus takut bertemu lagi dengan Jeje? Ia tidak melakukan kesalahan. Begitupun, dengan suaminya, Edriel. Menurut Kath mereka sudah hidup sesuai dengan jalan yang dipilih masing-masing.

Kath menarik napas dalam, berusaha untuk rileks. Jari tangannya sibuk merapikan kemeja dan rok yang ia pakai. Kath ingin menciptakan first impression yang baik dihadapan seseorang dari masa lalunya. Terlebih, orang itu adalah Jeje yang memiliki memori yang tidak cukup baik dengannya.

"You look great, sayang."

Kath tersenyum manis. Perkataan hangat suaminya tidak pernah gagal untuk selalu menenangkannya. "Ayo."

Mereka berjalan pelan dengan bergandeng tangan ke arah Lobby. Jeje terlihat masih berdiri disana. Perempuan itu mengenakan dress terusan hitam tanpa tali. Rambut cokelat terang miliknya ia biarkan tergerai menutupi leher jenjangnya yang polos. Stilettò merah yang ia pakai pun terlihat menyilaukan mata.

"Apa kabar?"

Kath tertegun sejenak. Tidak menyangka jika Jeje langsung menyapa mereka. Perempuan itu masih terlihat sama seperti beberapa tahun silam. Namun, entah mengapa kali ini ia terlihat lebih hidup. Matanya berbinar terang. Dia pun terlihat sangat bahagia.

"Baik. Lo sendiri apa kabar?" balas Kath cepat dengan mengulum senyumnya tipis hampir tidak terlihat.

"I am good. I would've never pictured my life the way it is now. And—thanks to you that I could appreciate myself more."

Kath tidak dapat menahan senyuman di wajahnya kali ini. Matanya pun agak sedikit berair. Ia tidak menyangka jika mereka benar-benar sudah sampai di titik ini—berdamai dengan keadaan.

"I'm glad to hear that."

"By the way, kamu jadi plus one Edriel?"

Kath menggeleng. "I am not. Gue disini gantiin sekretarisnya Birru."

Sedari awal, Edriel mengajaknya untuk menggantikan peran seorang Kaveenka Hazza yang sedang semaput di Villa mereka. Alasan lain, mungkin Edriel ingin terlihat professional ketika bertemu clients nya nanti.

Jeje hanya manggut-manggut mendengar balasan yang diberikan Kath. Suasana pun seketika canggung. Untung saja Edriel dengan cepat mengambil alih. Lelaki itu berpamitan dengan Jeje secara singkat. Lalu, bergegas ke dalam untuk menghadiri Rapat.

"She's pretty." Kath berbisik pelan saat mereka sudah berada di dalam lift.

"You are prettier, the prettiest."

Kath menyipitkan matanya, memandang suaminya curiga. "Yang bener?!"

Tawa renyah milik Edriel tiba-tiba menggelegar memenuhi seisi lift. Beberapa orang yang ada disana menatap mereka aneh. Membuat Kath yang melihat hanya dapat tersenyum kikuk tidak enak hati.

"Mas—jangan malu-maluin." bisik Kath pelan dengan matanya yang melotot tajam menatap Edriel yang masih terkikik geli disampingnya.

Bluesy: On DutiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang