on duties part four

1.3K 147 18
                                    

"Kamu hari ini jadi nggak nyalon sama geng cewek-cewek?" Edriel bertanya dengan kedua tangannya yang cekatan menggoreng telur mata sapi untuk sarapan mereka pagi ini.

Rumah mereka masih sunyi. Sebab, Iyya dan Iyyo masih terlelap di tidur mereka. Mungkin setelah Edriel berangkat ke kantor keduanya baru akan bangun dan memulai aktifitas bersama istrinya.

Kath tampak ragu membalas. "Nggak tahu, jujur. Soalnya aku binggung anak-anak harus dititip sama siapa. Ibuku lagi ada di Bandung sedangkan Mami kamu lagi nggak enak badan."

Ah ya, Kath dan Edriel memang tidak menggunakan jasa baby sitter untuk mengurus kedua anak mereka. Sejak Iyya dan Iyyo newborn Kath dan Edriel sepakat untuk mengurus semua kebutuhan buah hati mereka sendiri. Sedikit dibantu Mami Edriel dan Ibunya. Walaupun, hampir 90 persen mereka mengatur semuanya secara mandiri.

Kath memastikan jika kedua anaknya akan tumbuh dan besar dibawah asuhan nya tanpa peran orang ketiga. Karena, Kath tidak begitu mempercayai orang lain yang akan merawat buah hatinya. Lagipula, Kath tidak memiliki kesibukan lain setelah ia memutuskan untuk berhenti menjadi seorang public figure.

Untuk urusan rumah tangga barulah Kath dibantu oleh helper atau asisten rumah tangga yang direkomendasi oleh Naje dari sebuah Yayasan kenalan Ayahnya. Edriel memaksa agar setidaknya mereka mempunyai satu asisten Rumah Tangga untuk meringankan beban Kath dan membantu dirinya untuk mengurus pekerjaan rumah.

Asisten rumah tangga mereka pun tidak datang setiap hari. Melainkan satu minggu sekali untuk membantu Kath membereskan pekerjaan rumah yang sebenarnya tidak begitu banyak.

Rumah yang mereka huni saat ini tidak begitu besar. Namun, memiliki halaman yang luas dengan satu kolam renang di bagian belakang.

Setelah menikah, mereka sebenarnya masih tinggal di Apartment. Namun, sejak Kath mengandung Iyya dan Iyyo, Edriel memutuskan untuk tinggal di Rumah yang memiliki halaman luas. Agar kedua anak mereka dapat leluasa berlari kesana kemari dengan bebas.

"Aku bawa Iyya dan Iyyo ke kantor aja gimana?" usul Edriel yang membuat Kath hampir tersedak oleh potongan Apel yang memenuhi mulutnya.

"Yang bener aja kamu? Nggak rela aku kalau anakku harus diurus sekretaris kamu yang ganjen ituuuu."

Edriel meringis mendengar Kath yang selalu membahas ketidaksukaan dirinya akan Abby di  setiap pembicaraan mereka sejak pertemuan pertama mereka di Rumah Makan Padang.

"Sayaaang, kamu beneran nggak suka ya sama si Abby?" Edriel bertanya lembut dan sangat berhati-hati, sambil meletakkan satu toast egg di hadapan istrinya.

"Dihhhhh pake nanya." Kath membalas jengkel, mulutnya pun berhenti mengunyah apel dan menatap Edriel serius. "Aku punya feeling jelek sama wanita itu. Jangan maksa aku buat suka sama dia ya. Lagipula—"

Edriel menghela napas dan mencuri kecupan singkat di bibir istrinya, memotong rentetan kalimat yang akan Kath keluarkan untuk menceramahi nya.

"Dihhhhh?!" Kath protes.

"Kamu nggak berhenti ngoceh kalau nggak aku cium. Aku—"

Edriel melotot ketika Kath kembali menarik wajahnya, dan mengikis jarak mereka untuk melanjutkan kecupan singkat yang barusan ia berikan.

"I want more..." Kath melingkarkan kedua tangannya di leher Edriel yang saat ini mengulum senyumnya. Kemudian, ikut memeriahkan permainan dengan menangkup wajah kecil Kath agar mempermudah wanitanya untuk menjelajah lebih jauh.

"Maaaas—" Kath melenguh, sedikit kesusahan menyesuaikan tempo permainan Edriel yang tiba-tiba memburu.

Edriel tidak membalas. Lelaki itu dengan mahir menjamah setiap inci kulit wanitanya yang saat ini sudah terekspos. Sebab, kain yang awalnya menutupi asset indah Istrinya entah sejak kapan sudah terlepas.

Bluesy: On DutiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang