Helaan nafas, Shua memandangi mobile banking di ponsel usangnya, sejenak meratap. Sedikit lagi, tinggal dua ratus ribu won lagi dan ia bisa membawa Jeonghan ke rumah sakit untuk terapi. Bulan ini karena sakit selama dua hari, gajinya sebagai asisten karaoke dipotong cukup banyak. Meski mendapat tips besar dari seorang langganan, ternyata belum cukup untuk menutupi biaya terapi saudara kembarnya.
"Murung banget? Kenapa?" suara Minghao yang baru saja masuk ke dalam ruang ganti untuk mengambil barang-barangnya di loker membuyarkan lamunan Shua.
Oh astaga, ini sudah jam setengah 3 pagi, ia harus buru-buru pulang agar punya waktu satu atau dua jam untuk tidur dan bangun subuh, membagikan flyer sebagai badut kelinci, maskot salah satu minimarket tempat ia bekerja.
Menggeleng, Shua kemudian tersenyum lebar. Tapi sayangnya, rekan kerjanya itu sangat jeli melihat layar ponsel yang tengah Shua pegang. Pria itu memandangi saldo rekeningnya nanar, berarti ada masalah keuangan yang harus diselesaikan.
"Butuh duit, ya? Kenapa enggak coba jadi NPC aja?" tanya Minghao sambil menenggak minuman dari botol minumnya, duduk di samping Shua yang wajahnya masih tampak kusut.
"NPC?" membeo, Shua menutup layar ponselnya.
"Iya, jadi NPC, kerjanya cuma live, terus kalo ada yang gift, tinggal ngomong 'am nyam nyam mm~ kenyang!' gitu loh."
Mengernyit, Shua masih tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh rekannya. Memangnya mereka tinggal di dunia MMORPG atau game-game petualangan lain, apa? Masa bisa-bisanya menyuruh Shua menjadi NPC di saat ia lagi butuh uang?
"Ini ini," membuka ponselnya, pria berperawakan jangkung itu kemudian menunjukkan kepada Shua, video apa yang ia maksud barusan.
Mengernyit lagi, Shua kembali termangu melihat tiga orang wanita muda tengah melakukan gerakan berulang disertai dengan kalimat yang berulang. Benar, seperti tadi: 'Am nyam nyam, emm~ kenyang!' atau 'Rosie rosie umm~ wangi!'. Oh yang benar saja?
"Denger-denger, kayak begini bisa hasilin puluhan sampai ratusan ribu won per hari."
Tertawa, Shua mengibaskan tangan, "Tapi buat sampai ke sana pasti butuh waktu, kan? Aku yakin awal-awal memulai begini, yang nonton pasti sedikit. Kebetulan... sekarang lagi butuh uang cepat."
"Jual barang."
Apa yang mau dijual? Satu-satunya barang berharga yang ada di rumah mungkin cuma laptop lama, radio, dan tempat tidur. Itupun kalau laku dijual, pasti tidak lebih dari beberapa ribu won saja. Shua mengangkat kedua bahunya dan menghela nafas.
"Jual diri," celetuk Minghao lagi, meletakkan botol minumnya di atas kursi.
Kali ini mau tak mau kedua mata sang adam membelalak, tergelak setelahnya. Ia tahu pekerjaannya sebagai pemandu karaoke ini cepat atau lambat akan menariknya lebih dalam untuk masuk ke dunia seperti itu. Tapi ia tidak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut Minghao semudah ia bernafas; tanpa berpikir apapun.
"Aku serius. Kalau butuh banget, jual diri aja. Beberapa situs live stream porno katanya bisa tarik duit cepet. Tinggal live aja, pakai topeng, enggak akan ada yang tau kalo itu kamu. Denger-denger pemula aja bisa dapat lima puluh ribu won di hari pertama streaming."
Oke, kenapa sekarang hal itu jadi terdengar menggiurkan? Shua meneguk ludah. Kalau satu hari ia bisa dapat lima puluh ribu won, berarti cukup streaming seminggu dan ia bisa membawa Jeonghan untuk terapi.
"Siapa tau mau nyoba, udah kukirimkan linknya di chat."
Wajah Shua memerah, ia mencicit, "Makasih."
↫ pockyjeruk ↬
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides, Same Coin [SEOKSOO AU]
Fanfiction⚠️ WARNING ⚠️ Story contains: mpreg, prostitution, sexual intercourse Please proceed at your own risk. Don't like, don't read (DLDR). Urgensinya untuk segera mengoperasi kembarannya membuat Shua dengan terpaksa mengambil jalan pintas dengan menjual...