sembilan: between us

280 22 12
                                    

Shua meremas erat-erat test pack yang berada di tangannya. Ini sudah test pack ketiga yang ia beli sendiri sepulangnya dari kantor. Semuanya sama, menunjukkan dua garis yang begitu nyata; tanda bahwa di dalam perutnya sekarang, sedang tumbuh kehidupan kecil yang tercipta karena perbuatannya dengan Dokyeom. Ia tidak pernah tidur dengan orang lain dan ia tahu bahwa itu adalah anak mereka.

Tapi ia juga tidak bisa menghancurkan masa depan Dokyeom yang sudah dibangun dengan sangat baik oleh pemuda itu dan orang tuanya. Ia tidak bisa ikut membawa Dokyeom ke dalam kehidupannya yang bahkan tidak memberikan keuntungan apapun untuk pria itu.

Ia elus lembut perutnya yang masih rata, membiarkan tangisnya luruh menuruni pipinya.

Ini bukan pilihan; bayi ini harus ia gugurkan.

Jeonghan masih membutuhkannya untuk bekerja keras dan hamil di saat seperti ini bukanlah keputusan tepat.

↫ pockyjeruk ↬

TWO SIDES, SAME COIN
sembilan: between us

↫ pockyjeruk ↬

Hari Rabu adalah hari libur Shua dari tempat karaoke. Biasanya ia akan mencari pekerjaan tambahan atau justru meminta shift tambahan agar bisa mendapatkan uang lembur. Untuknya, beberapa belas ribu won itu sangat berarti untuk membantu membiayai pengobatan Jeonghan.

Tapi hari ini, karena Dokyeom berkata akan mem'bayar' tiga kali lipat dari uang lemburnya, Shua pada akhirnya setuju dan mengiyakan ajakan Dokyeom untuk makan di restoran bersama dengan Jeonghan. Dokyeom bilang, acara makan ini sebagai ucapan syukur karena tugas akhirnya telah diterima oleh dosen pembimbingnya. Setidaknya sebentar lagi, ia selangkah lebih dekat untuk menjadi seorang perawat.

Jadi, malam itu, Shua pulang ke rumah alih-alih berangkat ke karaoke tempatnya bekerja. Untuk pertama kalinya ia melihat matahari terbenam dalam perjalanannya menuju ke rumah. Santai kakinya melangkah menyusuri jalanan yang ramai dengan orang yang berlalu lalang; ada yang pulang ke rumah, mampir sebentar ke restoran atau hanya bercanda sambil duduk-duduk di kursi taman yang tersedia sepanjang jalan.

Shua baru tahu jika ia tidak sesibuk itu, jika ia bisa istirahat sejenak, ternyata dunia berputar lebih cepat daripada perkiraannya–ternyata dunia juga sama sibuknya, bahkan lebih sibuk dari dirinya. Dan orang yang bisa membuatnya merasakan ini adalah Dokyeom; seseorang yang telah menanamkan benih di perutnya.

Ini sudah tiga hari sejak ia tahu dirinya mengandung dan belum ada setitikpun keinginan untuk memberitahu Dokyeom. Ia juga belum menemui dokter kandungan ataupun dokter yang bisa membantunya menggugurkan kandungan.

Menarik nafas panjang, Shua membuka pintu rumahnya.

"Shua-ya~!" dengan gembira, Jeonghan berjalan ke arah pintu, menyambut saudara kembarnya dengan begitu gembira.

"Shua, selamat datang. Minum dulu, tadi kupinjam termosnya Mingyu buat bawa soda muscat kesukaan kamu!" ucap Dokyeom sambil menggoyang-goyangkan sebuah termos yang lengkap dengan tutupnya.

Shua tersenyum lembut, "Jadi ngerepotin. Dan... soda muscat?"

"Kapan terakhir lo minum itu?" tanya Jeonghan, ia kemudian mengajak Shua masuk ke dalam rumah dan meletakkan tas punggung yang dibawa oleh Shua ke pinggir ruangan.

Shua mengerjap, berpikir sejak kapan minuman itu menjadi favoritnya dan kapan terakhir kali ia meminumnya. Ah... ia ingat dulu sekali waktu masih berada di panti asuhan, ada anak kecil yang merayakan ulang tahunnya di sana dan menyediakan soda muscat sebagai minumannya. Karena rasanya sangat manis, Shua sampai menyimpannya berhari-hari di dalam kulkas dan meminumnya sedikit-sedikit. Ibu Panti pada akhirnya membuangnya setelah sisa sepertiga kaleng dan berbau asam karena sudah basi.

Two Sides, Same Coin [SEOKSOO AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang