Wilson's disease.
Shua masih ingat, kala itu mereka berusia enam belas tahun, Jeonghan memegangi kertas di tangannya dan tersenyum, tipis sekali. Tangannya gemetar; entah menahan tangis yang membuncah di dalam dada atau karena alasan lain. Satu hal yang pasti, ia tidak pernah melihat Jeonghan seperti itu. Malam sebelumnya, remaja kurus itu masih mengajaknya diam-diam berbuat curang di ujian praktek olahraga minggu depan, pura-pura sakit sementara mereka mencuri lembar soal di ruang guru.
Tapi siang itu, Jeonghan tiba-tiba tak sadarkan diri di sekolah. Meski sudah hampir setengah jam tidur di UKS, ia tidak ingin bangun, yang membuat sekolah pada akhirnya memutuskan membawa Jeonghan ke UGD. Malam harinya, sepulang dari rumah sakit, Jeonghan seperti tidak punya banyak tenaga untuk menjalankan niatnya.
"Han?"
"Satu dari tiga puluh ribu orang, Shua. Kenapa... aku? Aku segitu berdosanya ya di masa lalu?"
"Han..."
"Brengsek!" Jeonghan meremas kuat-kuat kertas diagnosa di tangannya dan melemparnya sembarang ke lantai.
↫ pockyjeruk ↬
TWO SIDES, SAME COIN
dua: behind the username
↫ pockyjeruk ↬
Surat peringatan pertama.
Shua tidak datang di shift kerjanya tanpa keterangan dan ketika shiftnya berakhir, ia tergopoh-gopoh berlari ke depan toko tempatnya bekerja. Hari itu, toko sepi karena ia tidak ada di sana untuk membagi-bagikan flyer dan itu sedikit membuat mood kepala toko berantakan.
Gajinya akan dipotong beberapa persen karena absennya itu dan mungkin ia akan diberikan silent treatment oleh kepala tokonya selama beberapa waktu. Seperti dulu saat ia mendapatkan teguran saat tidak masuk tanpa keterangan; mengantar Jeonghan ke rumah sakit karena tiba-tiba tubuhnya panas tinggi dan kejang.
Sekarang ia sendiri bingung mau beralasan apa selain bangun kesiangan. Ia tidak tega untuk menjadikan Jeonghan sebagai alasan, sementara kembarannya itu baik-baik saja.
Tidak apa, potongan gaji hari ini bisa ia atasi dengan live sekali lagi di malam ini.
Setelah itu sudah, Shua berjanji, ia tidak akan melakukannya lagi. Ia tidak akan menyentuh akunnya lagi dan tidak akan pernah melakukan live lagi di situs terkutuk itu.
"Emang semalam kamu minum? Kok bisa sih gak pulang dan gak ngabarin aku?"
Menyembunyikan surat peringatan yang tadi dibacanya ke dalam saku celana, Shua tersenyum lembut pada Jeonghan, "Ketiduran di ruang loker, kayaknya aku kecapekan aja sih."
Jeonghan mengernyit tidak terima. Tidak biasa-biasanya Shua begitu, apa dia kurang sehat? Tangan kurus itu terjulur untuk menyentuh dahi Shua dan memastikan bahwa adik kembarnya ini baik-baik saja.
"Pusing, gak? Istirahat aja hari ini."
Shua menggeleng, ia lagi-lagi tersenyum dan menaikkan ibu jarinya, tanda bahwa ia baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan; paling tidak untuk saat ini. Ia tidak tahu apakah ia bisa menyembunyikan tentang apa yang sedang dilakukannya saat ini dari Jeonghan dalam waktu lama. Satu hal yang Shua tahu, Jeonghan tidak perlu tahu. Ia hanya perlu sembuh.
"Jangan dipaksain. Kalo emang enggak kuat, nanti pulang aja. Soal biaya pengobatanku, maaf kalau bulan ini aku cuma bisa bantu sedik–" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Shua meletakkan telunjuknya di bibir Jeonghan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides, Same Coin [SEOKSOO AU]
Fanfic⚠️ WARNING ⚠️ Story contains: mpreg, prostitution, sexual intercourse Please proceed at your own risk. Don't like, don't read (DLDR). Urgensinya untuk segera mengoperasi kembarannya membuat Shua dengan terpaksa mengambil jalan pintas dengan menjual...