Siang itu Shua kembali ke rumah kontrakan kecilnya, memutar kunci kemudian menurunkan gagang pintu yang agak sedikit keras dan perlu diminyaki. Suara krek kencang terdengar saat pintu terbuka. Ia tidak perlu menyalakan lampu karena tempat itu masih cukup terang di siang hari; efek dari banyaknya ventilasi yang ada di bagian atas dinding.
"Shua? Kok ga bilang kalo lo pulang cepet? Gue belum masak!" suara Jeonghan menyambutnya, membuat Shua diam seribu bahasa, tertegun di depan pintu.
Itu Jeonghan; Jeonghannya, sedang memandanginya dengan kebingungan karena Shua hanya diam saja, alih-alih menjawab pertanyaannya. Jeonghan mendekat ke arahnya, menggoyangkan tangan di depan Shua dengan wajah kebingungan.
"Shua? Lo sakit? Shua?"
"Han..." berbisik lembut, Shua memeluk erat-erat kakak kembarnya itu, merasakan Jeonghan yang begitu nyata dan dapat ia sentuh, bahkan memeluknya erat seperti ini.
"Kenapa sih, Shua? Hahaha... hari ini capek, ya? Ada apa di kerjaan sampai jam segini kok lo udah pulang?"
"Enggak, ga ada apa-apa. Han... jangan kemana-mana lagi, ya? Please... gue bakal kerja lebih keras lagi supaya lo bisa sembuh lebih cepet."
"Ngomong apa sih?" Jeonghan tersenyum, lantas mengelus-elus rambut Shua dengan lembut, jemari lentiknya menyusup ke antara helai rambut Shua, "Maaf ya... karena aku pergi jauh tanpa bisa Shua lihat lagi."
"Han?"
"Shua baik-baik ya sama Dokyeom. Shua harus bahagia."
"Enggak, gue bahagia sama lo! Gue bahagia! Han jangan pergi lagi... please, gue mohon, gue mohon, Jeonghan..."
Pelukan itu semakin erat, Shua tidak ingin melepaskan dan melonggarkannya meski hanya beberapa mili saja; ia takut jika ia lepaskan sebentar, Jeonghan akan pergi jauh dan tidak bisa ia kejar lagi. Tapi ternyata Jeonghan menghilang dalam peluknya, hanya menyisakan kaos berwarna gelap kebesaran yang biasa ia gunakan. Menghilang begitu saja tanpa sempat Shua tahan lagi.
"JEONGHAN!"
Dan kemudian Shua terbangun dengan keringat membanjiri dahinya.
↫ pockyjeruk ↬
TWO SIDES, SAME COIN
sebelas: about the twin↫ pockyjeruk ↬
"Kenapa? Biar kamu lebih leluasa ngumpetin pacar kamu di sini?"
Hening. Dokyeom meremas gagang pintu, sedikit gemetar. Entah bagaimana, sang ibu tahu mengenai keberadaan Shua di sana. Dan yang lebih buruk lagi untuk Dokyeom; hanya berselang beberapa menit sejak ia mengobrol dengan ibunya di depan pintu, ayahnya datang menyusul.
"Ma... Pa... Kyeom bisa jelasin..."
"Mana anaknya? Mama mau lihat."
"Ma... sebentar..."
Wanita paruh baya itu masuk ke dalam kamar kost Dokyeom, matanya langsung tertuju ke arah dua pemuda yang berdiri tidak jauh dari sofa. Satu orang sudah ia kenali sebagai Mingyu, teman karib Dokyeom sejak mulai berkuliah, sementara pemuda asing lainnya dengan wajah manis bersembunyi di balik punggung Mingyu.
"Kamu?"
Tidak ada yang menjawab, Shua gemetar ketakutan di belakang punggung Mingyu, takut akan dipukul dan ditarik paksa untuk keluar dari sana. Tapi Ibu Dokyeom tidak hanya bertanya, tangannya terulur ke arah Shua, sementara Mingyu berusaha menghalangi.
"Jangan, Tante!"
"Apaan, sih? Sini!" Ibu Dokyeom menepis tangan Mingyu, mendekat ke arah Shua dan menarik tangannya, melihat ke arah pemuda dengan rambut panjang setengkuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides, Same Coin [SEOKSOO AU]
Fanfiction⚠️ WARNING ⚠️ Story contains: mpreg, prostitution, sexual intercourse Please proceed at your own risk. Don't like, don't read (DLDR). Urgensinya untuk segera mengoperasi kembarannya membuat Shua dengan terpaksa mengambil jalan pintas dengan menjual...