Cemburu tapi bukan cemburu 2

1.6K 142 7
                                    

Baru pukul 10 pagi. Dua jam setelah sasuke sampai dikantor. Moodnya sudah tidak karu-karuan. Rasanya ingin meledak. Ingin mengamuk, mengacak-acak sekolah sarada. Apalagi melihat tampang jelek pacar anaknya. Cihh.. padahal sasuke lebih dari segalanya dari bocah gembrot itu.

Sasuke juga sejak tadi marah-marah membuat sekretarisnya ketakutan. Karin-sekretaris sasuke sudah mengadu pada sakura sejak sejam yang lalu meminta agar nyonya uchiha itu segera datang dan mengatasi uchiha sasuke yang seperti kerasukan setan.

"Selamat pagi bu.. hehe maaf mengganggu lagi. Ibu sudah dimana ya? Saya jemput aja ya bu? Ini bapak dari tadi moodnya jelek banget. Padahal sudah saya pesankan jus tomat dari langganan ibu. Tapi bapak malah ngamuk minta di telponin ibu buat kesini."

Karin tidak bisa mengabaikan tangannya yang gemetar. Ya meskipun sudah menjadi sekretaris sasuke sudah lama tapi kalau sudah seperti ini yang bisa diandalkan hanya ibu saja. Sudah lima tahun ia bekerja di perusahaan uchiha. Dan selama 5 tahun yang bisa meredam keganasan pak sasuke cuman si ibu. Karin tidak mau apes seharian dimarahi. Yang ada ia stres berat, sedangkan tahun ini ia dan calon suaminya berencana akan menikah. Jika resign sekarang bisa-bisa pernikahannya bubar karena biaya biaya nikahan  kurang.

"Astaga... maaf ya nak karin. Ini saya sudah hampir sampai. Bapakmu itu memang bawel sekali, cuman karna anaknya punya pacar. Uring-uringan kayak anak perempuannya mau nikah besok. Bapakmu ini memang gak profesional sekali kalau kerja. Eh iya kamu sudah makan toh? Tadi ibu masak banyak. Nanti makan siang bareng saya sama bapak ya."

"Hehe saya gak berani ibu. Nanti saya makan di ruangan saya aja bu bareng asisten pribadi bapak."

"Halah kamu ini bilang saja mau pacaran. Yasudah ini ibu sudah di perempatan kantor. Kamu tungguin saya dilobby ya."

"Siap ibu. Meluncur."

Setelah mendapati telepon dimatikan. Karin bergegas ke lift untuk menjemput sakura. Karin sangat menyayangi sakura selayaknya ibunya. Apalagi sakura sangat memperhatikannya. Terkadang karin merasa bahwa ibu sakura begitu sempurna untuk pak sasuke yang menyeramkan. Tetapi setelah berada dibawah naungan pak sasuke selama 5 tahun. Hanya ibu sakura yang bisa mengontrol pak sasuke dengan baik.

Diumur ibu sakura yang sudah 45. Wajahnya masih seperti gadis belia padahal sudah kepala empat. Ibu sakura sangat cantik. Tampilannya juga anggun dan modis. Ibu sakura defenisi wanita sempurna bagi karin kadang karin yang barusia 26 merasa insecure di samping ibu sakura.

"Aduhh bu belanjanya kayak buat satu kampung." Karin membawa banyak paperbag berisi minuman premium. Tidak ada yang meragukan bagaimana ibu sakura memannjakan karyawan sang suami. Mungkin ini juga yang membuat keluarga uchiha tetap tajir melintir. Uang mengalir seperti sungai. Nyonya uchiha saya memperlakukan karyawan suaminya dengan sangat baik.

"Kamu ini. Ini untuk satu kantor toh biar pada seger pagi-pagi minum kopi. Kamu bagi-bagiin ya. Saya mau ke ruangan bapak."

Karin mengangguk antusias. Lega sekali tidak ikut keruangan pak sasuke yang mencekam.

Disepanjang jalan sakura mendapatkan sapaan dan ucapan terimakasih dari karyawan sasuke. Mereka nampak lebih bersemangat. Kapan lagi coba dapat traktiran kopi mahal dan sarapan enak gratis.

"Ini kalo semua perusahaan punya istri kayak ibu sakura dijamin sejahtera dah karyawannya." Ucap karyawan A.

"Iya kan? Ah gila sih ibu sakura paket kompit. Udah cantik, ramah, gak pelit. Pak sasuke juga ngasih bonus tiap tahun. Nikmat apalagi yang kau dustakan Tuhan."

"Seratus tahun jadi karyawan pak sasuke juga gue jabanin dah kalau jadi karyawan aja dimanjain gini ya gak?"

Karin dan karyawan lain mengangguk mengiyakan. Kapan lagi dapat istri bos yang royal coba?

"Paa.."

Sakura menutup pintu ruangn sasuke pelan. Dimejanya ssuke dengan wajah tertekn merentangkan tangannya ingin segera dipeluk istrinya.

"Ma. Kayaknya aku gak sanggup deh kalau sarada punya pacar. Bocah ingusan itu berani-beraninya deketin anak gadis kita. Aku gak terima."

Sakura mengelus surai rambut suaminya lembut. Ia tau bahwa sasuke tidak rela terlebih mereka sudah menanti kehadiran sarada selama 10 tahun. Saat ini sarada berusia 8 tahun. Sedangkan shin dan shun 18 tahun.

"Sarada bakal tetap anak gadis kita pa. Sarada juga masih kecil. Masih banyak waktu buat tumbuh kembang sarada. Kamu ini terlalu khawatir. Lagian yang kemarin-kemarin bilang anak hanyalah titipan siapa ya? Giliran anaknya punya dunia sendiri gak rela."

Sakura terkekeh pelan sembari menciumi wajah sasuke yang cemberut.

Sasuke mengerucutkan bibirnya. Memeluk istrinya. Suasana hatinya yang meledak-ledak langsung membaik. Apalagi dengan kelembutan istrinya. Meskipun sakura sering meledeknya karena posesif pada anak-anaknya. Hanya sakuralah yang mengerti kekhawatirannya.

"Aku lagi sedih gini kamu ejekin terus."

"Siapa yang ngejek? Emang kenyataankan?"

"Lama-lama mulutmu makin tajam aja ya sayang."

"Aku bisa hidup anak-anak kita. Aku cuman khawatir sama masa depan mereka. Tapi gak apa-apa lagi kamu masih sama aku. Aku baik-baik aja."

"Jangan tinggalin aku ya sayang. Sebenarnya aku gak takut anak kita makin dewasa. Aku cuman takut semakin mereka dewasa, semakin tua kita. Aku takut kamu tinggalin aku saat anak-anak udah punya kehidupan sendiri. Kalau kamu pergi, jangan pergi sendiri ya ma. Bawa aku juga."

Sakura terkejut dengan ucapan sasuke. Memang diantara mereka berdua. Sakura memiliki riwayat keesehatan yang menurun tiap tahun. Tubuhnya gampang lelah. Ia selalu mendapatkan suport penuh dari suami dan anak-anaknya. Ia pikir sasuke tidak sampai sebegitunya akan hidup sakura. Memang setiap malam sasuke selalu memeluknya erat. Bahkan selalu mengajaknya berbicara lebih lama. Atau diam-diamm berkencan tanpa ketiga anaknya.

"Aku gak pergi kemana-mana pa. Aku bakal bareng kamu terus. Kita udah janji bakal lihat cucu kita bareng-barengkan pa?"

"Aku tau. Jangan sakit lagi sayang. Aku takut kamu kenapa-napa."

"Itu udah sebulan yang lalu pa. Masih aja di ingat."

"Kamu sadar gak sih itu pertama kali kamu sakit setelah lahirin sarada. Kamu tiga hari di rumah sakit. Tiga hari rasanya tiga tahun. Aku ngelihat kamu demam aja rasanya mau mati apalagi dirawat dirumah sakit. Jantungku rasanya merosot ke perut."

Sakura tertawa terbahak-bahak dengan pengandaian sasuke. Suaminya itu meskipun dingin kadang candaannya khas bapak-bapak sekali.

"Iya sayang. Aku udah jauh lebih fit tau. Jangan khawatir berlelbihan lagi."

"Kamu harus tau sebesar itu pengaruh kamu dihidupku sakura. Demi Tuhan kamu harus nepatin janji sehidup semati bareng aku."

Sakura mengangguk lalu mengulangi ucapan sasuke. "Iya mas sasuke. Aku janji sehidup semati bareng kamu."

Dengn begitu terangkaat sudah ke khawatiran sasuke. Ini bukan hanya sekedar cemburu karena tau anaknya memiliki pacar tapi tentang rasa cinta sasuke yang semakin dalam seiring bertumbuhnya buah cinta mereka.

End

Sasusaku Sweet StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang