Galaksi 2

1.2K 112 9
                                    

Sakura menerawang. Tanpa menyadari bahwa sasuke sudah di depan pintu dapur mendengar segalanya.Pria itu menahan rasa gugup dengan meremas jaketnya. Wajah pria itu memerah karena tersipu.Ino tertawa dalam hati. Sejak mereka memasuki dapur ia sudah mengirim pesan lewat telepon bibi untuk mengajaknya makan malam. Dan membantu paman sasuke menghadapi bibinya. Meskipun ia tidak suka terhadap paman sasuke yang membosankan. Paman sasuke sangat baik seperti ayahnya! Jadi ia memutuskan membantunya.

"ekhem... Selamat malam." Suara berat itu memasuki ruangan. Sakura melompat dari kursinya dan memeluk sasuke yang membawa banyak makanan.

"Sayangggg kau disini?!"Sakura bertengger di gendongan sasuke. Sasuke berjalan ke meja bar tanpa melepaskan kaitan sakura di lehernya.

"Aku bawa makanan. Dan... Aku juga mencintaimu." bisik sasuke mengelus hidung sakura.Sakura terkikih. Lalu menggoyangkan kakinya yang bergelantungan.

"Benarkah?!"Sasuke mengangguk. Lalu berlalu membawa sakura kehalaman belakang meninggalkan ino yang tercengang. Dengan seorang anak laki-laki dibelakangnya.

"Hei ino! Bantu aku!"

Ino baru menyadari bahwa naruto berdiri di ambang pintu membawa empat kotak kue strawberry. Kue itu adalah kue kesukaan bibinya. Sudah ia katakan bahwa paman sasuke memanjakan bibinya.

"Merepotkan! Mengapa kau ada disini?" Ino memindahkan kotak itu ke meja. Lalu berkacak pinggang menatap naruto meneliti.

"Kau pikir aku mau menemuimu?! Salahkan pamanku! Dia menipuku! Kalau aku tau dia akan kesini aku tidak mau ikut!"

Keduanya berkelahi. Keduanya memang musuh bebuyutan di kelas. Terlebih lagi naruto adalah anak tetangga sasuke yang jahil.

Dibanding melerai kedua anak puber yang saling berteriak di dapur. Sasuke maupun sakura memilih untuk bermesraan saja di halaman belakang.

"Kau menyembunyikannya." ujar sasuke cemberut.

Sakura tersenyum genit. Lalu mencium bibir sasuke kilat. "Kau lucu!"

Sasuke terkesima tetapi menutupinya dengan dahi berkerut. "Apa menjadi lucu juga termasuk kriteriamu?"

Sakura mengangguk antusias. Semakin menggoyangkan kakinya, setuju. Gadis itu mengangguk seperti anjing. Sakura masih berada digendongan sasuke seperti anak kecil yang digendong ayahnya.

"Aku... Aku. Akan ku coba."

"Benarkahh?!!"

Sasuke mengangguk memerah. Wajahnya yang kaku berusaha berekspresi lucu dan itu menggemaskan bagi sakura.

Sakura mencubit pipi sasuke. Lalu memeluk leher pria itu.

"Sakura... Bisakah kita.. menikah besok?"

"Sayang! Kau terlalu terburu-buru!"

"Aku punya firasat kau akan kabur."

"Kau tau aku!"

"sebelum kau kabur. Kau harus menjadi istriku."

Sasuke menurunkan sakura keatas meja piknik. Lalu mengeluarkan cincin dari saku celananya. Lagi-lagi sakura tertawa dengan tingkah sasuke. Prianya itu selalu membawa cincin itu kemana-mana. Bahkan saat mandi pun pria bersurai raven itu terus membawanya.

Sasuke menyelipkan cincin sederhana dengan berlian kecil ditangan sakura.

"Sayang tidakkah menurutmu cincin ini mengundang perampok?"

Tetapi hal selanjutnya yang terjadi membuat sakura tercengang, tidak menyangka bahwa cincin itu tiba-tiba menghilang. Ketika ia merabanya cincin itu muncul. Super keren.

"Wow! Hebat!"

Sakura terperagah lalu memegang jarinya.

"Kau menyukainya?"

Lagi dan lagi sakura mengangguk. Mereka terus menjalani hubungan tanpa status. Lebih tepatnya sakura yang selalu menunda-nunda.

Namun yang tidak seorang pun tau bahwa sakura pernah mengatakan bahwa gadis itu ingin menjadi istri bukan pacar. Sakura adalah tipe gadis pencemburu. Jadi ketika kekasihnya dekat dengan wanita manapun ia tidak bisa menahan amarahnya. Karena itu ia membebaskan sasuke sebelum pria itu menjadi miliknya. Akan tetapi sakura tidak tau bahwa sasuke tidak pernah berurusan dengan wanita manapun. Bahkan di kantor sekalipun, ia melarang siapapun wanita yang menjadi kaki tangannya, sembarangan menemuinya. Bahkan beredar berita bahwa dirinya gay pun, sasuke tidak peduli.

"Sayang! Besok aku akan ke mars! Kau ingin kubawakan batu dari mars lagi?"

"Benarkah?" sasuke bertanya seantusias sakura meskipun tidak dengan nada ceria seperti kekasihnya.

"Uhum!"

Sasuke berpikir sejenak namun segera mencium pipi sakura. "Kembalilah dengan selamat. Itu sudah lebih dari cukup."

Mata sakura berair karena terharu. Lalu mengangguk. Gadis itu tidak pernah berkata tidak kepada sasuke kecuali tentang lamaran/pernikahan.

"Akan ku bawakan pasir saja."

Mereka saling menyayangi satu sama lain. Belum lagi dengan sakura yang genit pada sasuke.


***

Dilain sisi dua hari yang lalu di rumah sasuke...


"ARGH!"Naruto tersandung oleh bebatuan didalam kamar sasuke. Naruto mengusap jari kelingking kakinya yang berkedut memerah. Lalu ia berteriak keras lagi.

"Kakiku! Bisakah kau meletakkan batu itu dengan benar paman sasuke?!"

Sasuke keluar dari kamar mandi langsung menuju batu granit sebesar bola. Ia mengusapnya pelan. Sampai naruto terperagah karena sasuke malah mementingkan batu sialan itu.

"Paman! kakiku juga berharga!"

Lagi-lagi naruto terdiam karena sasuke mengabaikannya. Tak jauh dari sana naruto melenggos menuju sofa. Anak kecil itu meringis sembari mengusap jari kakinya. Ia menatap kamar paman sasuke yang dipenuhi benda-benda aneh. Batu, kayu, pasir bahkan panci. Dan ia tau bahwa semua itu adalah pemberian bibi sakura. Siapa yang tidak menyadari bahwa paman sasuke menggilai bibi sakura. Paman sasuke menyimpan benda-benda itu di kamarnya. Dan lagi batu yang menyandung kakinya sepertinya pemberian baru. Karena semua barang yang diberikan bibi sakura akan dipajang.

"Paman sasuke kamarmu ini tidak seperti kamar lagi! Ini museum!" celutuk naruto mencolek bebatuan mengapung di dalam air.

Sasuke mendelik sinis. Lalu memindahkan batu itu ke atas meja kerjanya.

"Hehe.. Aku bercanda paman! Mengapa kau serius sekali sih?"



End

Sasusaku Sweet StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang