03: Tamu

46 25 103
                                    

Sore hari tiba, Gendhis sedang berbincang-bincang dengan mbok di ruang tamu dan sambil meminum segelas teh hangatnya serta gorengan bersamaan dengan hujan yang turun.

"Mbok, cerita tentang hal yang pernah buat mbok malu dong," ucap Gendhis

"Eumm, apa ya, oh iya, dulu mbok pernah waktu belanja di pasar sama ibu mu, mbok itu kepedean mbok kira ada yang manggil mbok, mana orangnya udah dada dada ke mbok, pas mbok dada balik lha kok ternyata orang itu manggil orang yang ada di belakang mbok, sampai sekarang mbok masih malu sih," jawab mbok

"kalau kamu apa ndhis?," lanjut mbok

"sebenarnya ga malu malu banget tapi, Gendhis pernah nunggu kembalian beras waktu di suruh ibu beli beras dulu waktu masih kecil," ujar gendhis 

"Hahahaha, terus habis itu kamu langsung lari gitu?," tanya mbok

"Iya habis di kasih tahu kalau gak ada kembaliannya Gendhis langsung lari tapi habis itu Gendhis jatuh sekalian sama berasnya, berasnya jatuh ke jalanan semua, pulang pulang aku di omelin sama ibu," ucap Gendhis

"Hahaha, udah apes ketambahan apes lagi," tawa mbok

Hujan semakin deras, petir menyambar dan angin pun berhembus kencang, tiba-tiba ada seseorang yang datang.

"Assalamualaikum," orang itu masuk kedalam rumah dan ternyata Bima

"Waalaikumsalam, ada apa Bim kok datang ke sini?," jawab Gendhis

"Ini kemarin mbok pesan manggis ke aku, terus waktu ke sini lhakok hujan mana aku gak bawa jas hujan jadi basah," ucap Bima

"Yasudah sebentar ku ambilkan handuk biar kamu gak kedinginan," ucap Gendhis dan ia beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil handuk

"Eh, gak usah ndhis, habis ini aku mau pulang kok," tolak Bima

"Hujan nya deras Bim, nanti kalau kamu terobos kamu sakit, udahlah tunggu aja sampai hujannya reda," saran Gendhis

"Nanti ngerepotin ndhis, aku pulang aja,"

"Nak Bima, di sini saja dulu, tunggu hujannya reda, sudah duduk dulu, mbok bikinin kopi," sahut mbok

Bima pun duduk di sofa dan Gendhis memberikan handuk untuk Bima, mereka berdua berbincang-bincang bersama.

"Kamu kesini ngapain ndhis?," tanya Bima

"Tadi ada pembeli ke sini jadi sekalian aja," jawab Gendhis

"Oalah, ndhis kamu nanti langsung pulang ke kota mu atau nginep di sini dulu?," tanya Bima

"Langsung pulang kayaknya aku Bim, memangnya kenapa?,"

"Nggak papa, cuman tanya doang," jawab Bima dan ia menunduk sambil memainkan handuk yang ia pegang

"Beneran gak ada apa-apa Bim?," tanya Gendhis untuk memastikan

"Iya, aku cuman tanya doang," jawab Bima

"Bim, kamu selama ini ketemu sama mamanya mas Jefano gak?," tanya Gendhis

"Gak pernah sih ndhis, selama ini gak pernah, semenjak Jefano gak ada, aku gak pernah ketemu sama mamanya,"

"Aku ketemu sama mamanya mas Jefano Bim, sekitar lima bulan yang lalu," tutur Gendhis

"Terus, gimana kabar mamanya Jefano?,"

"Nggak tahu aku Bim, waktu itu aku mau negur mamanya mas Jefano, waktu aku mau manggil orangnya lihat ke aku terus langsung pergi,"

"Mungkin orangnya lagi buru-buru," ucap Bima

"Mungkin aja,"

"Ngomong-ngomong soal mas Jefano, aku masih-" ucap Gendhis yang di potong oleh Bima

"Ssstt, gak usah bahas itu lagi, masa lalu ya masa lalu, udah gak usah di ingat lagi, ingat aja yang bikin kamu bahagia, ndhis, orang di sekitar mu pingin lihat kamu bahagia, gak kepikiran terus kayak gini, waktu sudah berlalu ndhis...," potong Bima

"Tapi Bim...,"rengek Gendhis

"Ndhis, ayolah, lupakan masa lalu, lihat masa depan, masih banyak hal yang harus kamu lakukan, mau sampai kapan kamu kayak gini ndhis," desak Bima

"Bim, kenapa gak ada laki-laki selain bapak ku yang kayak ngasih perhatian terus nerima dan ngedengerin semua cerita ku terus ngasih aku saran, baik ke aku,"

"Terus selama ini kamu menganggap aku apa ndhis?," gumam Bima dengan suara kecil

"Apa Bim?," tanya Gendhis karena ia tidak mendengar gumaman Bima

Keheningan mulai melanda, canggung antara keduanya membuat suasana menjadi hening dan senyap.

"eh nak Bima, ini kopinya sudah jadi, di minum, tapi tunggu sebentar soalnya masih panas," celetuk mbok, dan mbok pun memberikan secangkir kopi ke Bima

"Iya, mbok, makasih," ucap Bima dan ia menyeruput kopi panas itu yang menyebabkan mulutnya kepanasan

"Eh Bim, tunggu rada dingin dulu, main seruput aja," ucap Gendhis

"Aduh," rintih Bima karena bibir dan lidahnya terasa terbakar

"Sukurin, salah sendiri udah di bilang sama mbok hati-hati masih panas, malah langsung kamu seruput," cibir Gendhis

"Kamu ini ndhis, aku lagi kesakitan bukannya di bantu malah di ejek," keluh Bima

"Ya maaf, soalnya kamu sih, udah di bilangin malah ngeyel,"

"Nyenyenye, sudahlah, aku malas sama kamu," gerutu Bima

"Eh, jangan marah dong Bim, nanti aku kalau mau curhat ke siapa, kalau bukan ke kamu," ucap Gendhis

"Ya ya, aku gak marah, tadi cuman ngerjain kamu, sudahlah,"

***

Halo semuanya, semoga kalian suka yaa

Buat yang lupa sama character Bima

Buat yang lupa sama character Bima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Abimanyu bratadikara

Cinta GendhisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang