04: Arya Candra Dewananda

43 26 93
                                    

Siang hari yang cerah, terik matahari menyinari bumi, panas terasa, yang menyebabkan seseorang ingin meminum es.

Itulah yang di rasakan oleh Gendhis, ia sekarang sedang membeli es jeruk di warung dekat rumah nya bersama ketiga temannya yaitu, Dwi, Ratih, dan juga Wati, mereka meminum es jeruk padahal sudah tahu sekarang adalah musim sakit karena saat siang hari panas saat sore hari hujan.

"Hmmm, segarnya," celetuk Ratih

"Iya kan tih, seger banget, apalagi cuacanya lagi panas gini," sahut Wati

"Kalian ini ngajak aku minum es, padahal aku lagi batuk," gerutu Dwi

"Sabar ya Dwi, memang mereka berdua ini suka cari masalah, padahal udah tahu lagi musim sakit," balas Gendhis

"Iya ndhis, ini aku sudah sabar sepenuh hati jiwa dan raga kok, tenang saja," ucap Dwi

"Halah, kalian berdua ngomong gitu tapi akhirnya juga tetap minum kan,"sindir Ratih

"Ya mau gak minum gimana, orang kalian kalau minum itu bikin orang pingin," kesal Gendhis

"Yasudah gak usah marah dan nyalahin kita," ucap Ratih

"Ya ya, tih, sudah, aku lagi males berantem," jawab Gendhis

Tiba-tiba ada seorang pria yang duduk di samping Gendhis," Bu, saya beli gorengan nya kayak biasanya mama saya beli sama es teh nya 5"

"Oh, anaknya bu Gayatri ya?," tanya ibu penjual

"Iya bu," jawab pria itu

"Yasudah tunggu sebentar, ini masih di goreng, soalnya tadi habis," ucap ibu penjual

Gendhis menengok ke samping dan melihat wajah pria tersebut, alangkah terkejutnya Gendhis melihat wajah pria tersebut yang sangat mirip seseorang.

"Ndhis...," panggil Ratih

"Apa?," tanya Gendhis

"Samping mu mirip sama seseorang," bisik Ratih

"Iya...," jawab Gendhis

"Mas, maaf mau tanya, kamu anaknya bu Gayatri yang rumahnya cat putih tingkat itu?," tanya Wati

"Iya," jawab pria itu singkat

"Masa dia Arya, cowo yang pernah ibu bahas sama bu Gayatri," gumam Gendhis yang di dengar oleh pria itu

"Iya saya Arya yang kamu maksud itu, Arya Candra Dewananda, kamu Gendhis kan?," tanya Arya

"Kok kamu tau?,"

"Kamu lupa, dulu waktu kamu ke rumah nenek mu sewaktu umur 5 tahun dan saya 10 tahun, kamu pernah masuk got dan akhirnya saya tolongin?," tanya Arya

"Kamu mas Ar?," tanya Gendhis

"Iya, saya mas Ar yang kamu maksud itu," jawab Arya

"Wah, sudah lama gak ketemu mas, gimana kabar mu?," tanya Gendhis

"Ya seperti yang kamu lihat," balas Arya

"Jadi kalian teman?," tanya Ratih

"Iya, mas Arya ini teman ku waktu kecil dulu, waktu orang tua ku bangkrut aku tinggal di rumah nenekku karena rumah orang tuaku di jual untuk membayar hutang, tapi beneran mas Arya berubah, dulu perasaan gak kayak gini," ungkap Gendhis

"Ya kan sekarang saya sudah dewasa, banyak perubahan," jawab Arya

Tiba-tiba ibu Gendhis datang, " ndhis itu mbak Sarah datang ke rumah."

"Beneran bu?,"

"Iya, ini makannya ibu belikan gorengan, sana, mbak Sarah kangen sama kamu," tutur ibu

Gendhis beranjak dari tempat duduknya, "yasudah teman-teman aku pulang dulu, ibu tolong bayarin es ku ya..."

"Hmm, iya, nanti ibu bayarkan," ucap ibu

Gendhis pun pulang ke rumah nya, sesampai nya di rumah ia melihat mbak Sarah yang sedang duduk dan ada seorang anak kecil berumur lima tahun siapa lagi kalau bukan anak mbak Sarah yang bernama Hima.

"Aaaa, Hima kita udah lama gak ketemu," tegur Gendhis sambil menggendong Hima

"Ihhh, lepasin Hima," rengek bocah cilik laki-laki itu

"Udahlah ndhis, Hima emang gak suka di peluk apalagi di gendong sama kamu," tutur Sarah

"Apa kabar mbak?," tanya Gendhis

"Baik ndhis, kamu sendiri gimana?," tanya Sarah

"Baik juga mbak, mbak ayo kita jalan jalan lagi, udah lama kita gak jalan-jalan bareng," ucap Gendhis

"Kapan-kapan aja mbak ajak kamu ke bukit," jawab Sarah

"Oh ya mbak, kesini cuman sama Hima doang?," tanya Gendhis

"Iya, mau sama siapa lagi, orang mas Bintara gak dapat cuti," jawab Sarah

"Ante Gendhis, ayo main sama Hima," ucap Hima

"Main apa Hima?," tanya Gendhis

"Main kejar-kejaran," jawab Hima

"Gak Hima, ante capek, habis jalan jauh," tolak Gendhis

"Kamu habis darimana sih ndhis?," tanya Sarah

"Dari warung habis beli es," jawab Gendhis

"Warung dekat sini itu?,"

"Iya,"

***
Author lagi banyak tugas, jadi maklum saja kalau ceritanya kurang

Cinta GendhisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang