Prolog

2.9K 71 4
                                    

●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●

Ditengah dentuman musik yg memanjakan telinga, terdapat dua gadis yang kebingungan mencari-cari pria yang sempat mereka ikuti.

"Lo serius liat bokap lo masuk tempat menjijikan ini?"

"Serius gue liat mereka masuk sini, coba lo pikir seorang pria dan wanita masuk ketempat ini tujuannya ngapain?" Tanya Inora kepada Nadela sahabatnya.

"Ya bercocok tanam lah."

"Pinter, duduk dulu deh cape kaki gue berdiri terus," Inora mendudukan tubuhnya kekursi yang memang disediakan untuk pengunjung, lalu Nadela pun ikut mendudukan tubuhnya didepan Inora.

Mereka sedang berada di salah satu club malam elit kota jakarta, mereka sebenarnya hanyalah gadis polos yang baru pertama kali menginjakan kakinya ke tempat terlarang tersebut. Hanya satu yang mereka cari yaitu pria dengan nama Robbi Abi Farenzo ayah dari Inora Ramesya Farenzo, Istri Robbi yang merupakan ibu dari Inora sudah meninggal sejak Inora duduk dibangku sekolah dasar.

Semenjak ibunya meninggal dunia sifat Robbi berubah 90°, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar rumah yang membuat Inora merasa kesepian. Saat Inora duduk di bangku smp ayahnya mulai sering pulang kerumah, namun dengan membawa wanita berpakaian seksi. Robbi tidak cukup dengan satu wanita, dalam seminggu ia bisa bergonta ganti wanita sampai tiga kali.

Wanita mana yang tidak mau bersama Robbi, semua wanita bahkan mengaguminya, Robbi seorang duda anak satu, CEO dari perusahaan tersohor diindonesia, lengkap sudah pesona Robbi.

"Gue ketoilet dulu ya kebelet, eh mas-mas toilet dimana ya?" Nadela bertanya kepada salah satu pelayan yang hendak mengantar minuman.

Pelayan itu menunjukkan arah toilet. "Toilet kesitu kak, terus belok kanan."

"Oke makasih, lo tunggu disini jangan kemana-mana, tungguin gue!" Setelah mengucapkan terimakasih kepada pelayan tersebut, Nadela berlari kecil kearah toilet, tak lupa sebelum ia pergi Nadela juga memberikan peringatan kepada sahabatnya, karna ia tau Inora gadis yang ceroboh dia bisa saja bertindak semaunya.

Selang beberapa saat setelah Nadela meninggalkan Inora tiba-tiba datang seorang pria membawa sebuah minuman.

"Hai, sendirian?"

"Engga," jawab Inora dengan tampang waspada.

"Nih gue bawain minum," pria itu menyodorkan minuman yang ia bawa kepada Inora.

"Tau aja gue lagi haus makasih ya," Inora dengan bodohnya meminum minuman yang pria itu berikan tanpa tau minuman apa yg dibawa pria tersebut. Dari rasa dan bentuknya minuman itu seperti jus jambu.

Tiba-tiba Inora merasa kantuk yang luar biasa, padahal tadi matanya masih seger dan bersemangat mencari keberadaan ayahnya. Tanpa ia sadari matanya terpejam sedikit demi sedikit.

●●●

Inora mengerjapkan matanya beberapa kali, ia melihat sekeliling dimana ia berada sekarang. "Gue dimana sih?" Tanyanya pada diri sendiri.

Inora mendudukan tubuhnya untuk mengamati dengan jelas dimana ia berada, namun dengan jantung yang berdebar mata yang membulat ia baru tersadar jam menunjukan pukul 07.00 dan yang lebih mengejutkan, dirinya tidak menggunakan sehelai benang apapun, terlihat bercak darah dibagian kasur yang Inora tiduri, tubuhnya hanya berbalut sebuah selimut tebal.

Mencoba mengingat apa yg terjadi pada dirinya, pikirannya tertuju pada malam tadi dimana dirinya sedang duduk dengan seorang pria asing yang mukanya samar-samar akibat cahaya club yang meremang. Sayangnya ia tidak mengingat hal yang terjadi setelah ia bertemu dengan pria tersebut.

Dengan segera Inora mencari tas yang dibawa tadi malam, ia mengambil hpnya lalu menelfon Nadela sahabatnya.

Tak butuh waktu lama Nadela mengangkat panggilan dari Inora. Dengan suara panik Nadela menanyakan keberadaan Inora, "lo dimana yaampun ra, gue bener-bener panik pas lo ilang Inoraaa."

Saat nadela kembali dari toilet nadela tidak menemukan keberadaan Inora, Nadela juga sempat menanyakan kebeberapa orang disekitar situ apakah melihat Inora atau tidak namun pada malam itu Nadela sama sekali tidak menemukan Inora.

Nadela tetap berada di club tersebut sampai jam menunjukan pukul 02.00 dan memutuskan untuk pulang, namun sebelum pulang kerumahnya Nadela sempat pergi kerumah Inora, menanyakan keberadaan sahabatnya, namun hasilnya pun nihil Inora belum pulang kerumah.

Sudah puluhan kali Nadela menelfon Inora namun tidak ada jawaban, tapi sukurlah Inora sudah menghubunginya.

"Gue masih di club, tolong jemput gue."

"Astaga Inora gue udah disekolah, lo masih diclub?"

Mendengar suara Nadela, Inora tak mampu membendung air matanya, air matanya mengalir dengan sendirinya.

"Tolong."

"Gue kesitu jangan kemana-mana."

●●●
🌹🌹🌹

Lanjut?

I N O R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang