Bab-1🍷

1.5K 55 0
                                    

●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●

"Gue bakal cari tau orangnya."

"Lo tenang aja serahin semua sama gue," lanjut Nadela memberi ketenangan kepada Inora.

"Gue gak tau sekarang mau ngapain, masa depan gue hancur gara-gara orang itu, gue bahkan gak inget mukanya gue gak inget semuanya," Inora mencengkram kasur Nadela dengan kuat perasaan kecewa terus menghatui dirinya.

Sekarang kedua gadis itu sedang berada dirumah Nadela, karena Nadela tidak akan membiarkan Inora pulang kerumahnya dengan kondisi yang berantakan seperti ini, lagi pula kedua orang tua Nadela juga tengah berada diluar negri.

"Inora gue mohon lo tenang jangan kaya gini, gue tau lo sedih, lo kecewa tapi satu hal yang harus lo inget, masa depan lo masih panjang," ujar Nadela sambil memeluk sahabatnya yang sekarang begitu rapuh.

"Tapi gue udah gak perawan del," Inora histeris menjambak rambutnya.

"Inora stop jangan lukain diri lo," Nadela memegang kedua tangan Inora yang masih menjambak rambutnya.

Tok tok tok

Ketukan pintu terdengar kemudian orang dibalik pintu berujar "non ini makanannya."

Nadela dengan segera membukakan pintu untuk pembantunya, Nadela memang sudah menyuruh pembatunya membawakan makanan untuk Inora karena gadis itu belum makan sedari ia menjemputnya dari club.

"Makasih bi," ucap nadela saat menerima makanan itu, kemudian ia menghampiri Inora yang masih menangis di kasur kamar tidurnya.

"Lo makan dulu," Nadela meletakan nampan yang berisi makanan dihadapan inora.

"Buat apa gue makan, kalo gue udah gak punya semangat untuk hidup."

"Rasanya gue lebih baik mati," lanjut Inora dengan tatapan lurus kedepan.

Nadela melototkan kedua matanya mendengar hal itu, "lo gila, inget Blackpink mau combeack coy masa lo lupa."

"Blackpink aja mau bubar, buat apa gue hidup," ujar Inora masih dengan pandangan lurus kedepan.

"Lo harus inget masih banyak list drakor yang belum lo tonton Inora."

"Gak lucu del, gue tetep gak ada semangat buat hidup," Inora berujar dengan mata yang tertutup, kepalanya ia sembunyikan dibantal.

Hening beberapa saat, tidak ada pembicaraan antara dua gadis tersebut, ditengah keheningan itu tak terasa air mata  Inora jatuh, Inora menangis dengan diam, Nadela pun diam sibuk berfikir dengan pikirannya sendiri.

TingTangTing... TingTangTing...

Dering hp Nadela berbunyi, dengan cepat Nadela mengangkat telfonnya.

" Iya kenapa."

..........

"Kerja bagus, cepat kirim vidio itu."

..........

I N O R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang