Tak Sengaja

36 16 5
                                    

Mohon maaf ya, kalau masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penggunaan kata atau kalimat yang salah, serta typo bertebaran atau kesalahan yang lainnya..

***

Happy Reading

Jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan si gadis, menunjukan pukul 18:30 WIB.

Seorang gadis sedang menunggu angkutan umum untuk berangkat ke tempat kerjanya. Dia yang tak lain adalah Cici.

Ya, Cici bekerja paruh waktu, banting tulang untuk mencukupi kebutuhannya dan ibunya untuk sehari-hari. Rina, ibu tiri Cici hanya bisa meminta uang kepada Cici, dia selalu menggunakan uang pemberian Cici untuk berpoya-poya dengan hal yang tidak berguna.

Dulu Rina tak seperti itu, dia sangat menyayangi Cici. Tapi semenjak ayah Cici meninggal, Rina berubah drastis.

"Aduh gimana nih? Gue takut telat. Mana nih angkot kok gak ada yang muncul-muncul lagi!" gumamnya resah sambil terus melirik jalan dan jam tangan secara bergantian.

Cici pun memutuskan untuk berjalan kaki, menuju tempat kerjanya sambil menunggu angkutan lewat.

Tin! Tin! Tin!

Cici kaget dan langsung mendongak melihat siapa yang mengklakson dirinya, dan tanpa diduga itu ternyata teman sekelasnya.

"Ke--kevin ...?!" ucapnya kaget bahwa tau siapa orang yang mengklaksonnya.

"Cici?! Apa yang kamu lakukan dijalan malam-malam begini?" tanyanya yang mengamati penampilan Cici dari atas sampai bawah.

Kevin merasa aneh melihat pakaian yang dipakai oleh Cici, seperti ... pakaian seorang pelayan.

"Emm ... gu--gue mau ke cafe!" jawabnya terbata.

"Oh ... kenapa jalan kaki? Sendiri lagi?" tanyanya lagi.

"Emm ... itu tadi gue nunggu angkutan umum, tapi gak ada yang muncul dari tadi, ya ... terpaksa gue harus jalan kaki."

"Gue antar aja lo sampai tujuan, dari pada harus jalan kaki," tawarnya.

"Emm ... emang boleh?" tanyanya ragu.

"Ya, ya boleh lah, gue gak suka liat cewek jalan sendiri dan ini udah malam. Ayo! Masuk!" ajaknya

"Iya deh ... gue ikut. Thank Vin," ucapnya sambil memasuki mobil Kevin

"Iya sama-sama Ci, kayak kesiapa aja lo," Cici hanya bisa nyengir.

"Ini tujuannya kemana?"

"Cafe love, Vin!"

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, tidak ada obrolan diantara mereka. Sampai-sampai mobil yang mereka tumpangi pun sampai ditempat tujuan.

Di depan cafe, Kevin menghentikan mobilnya. Cici pun turun.

"Terima kasih Vin, udah mau anterin gue."

"Iya sama-sama. Lo kerja disini?" tanyanya ragu.

"Emm ... iya Vin," jawabnya ragu, karena Cici takut semua orang tau bahwa dia bekerja paruh waktu di cafe ini.

Cici Permana AtmajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang