Mohon maaf, kalau masih banyak kesalahan dalam penggunaan kata, tanda baca, kalimat yang salah, serta typo yang bertebaran dimana-mana..
***
Happy Reading
_
_
_Drttt ... Drttt ...
"Papa!" ucap Dev membaca nama penelepon.
Telepon pun di angkat.
[Halo Dev?]
"Halo pa? Ada apa?!" jawabnya cuek memutar bola mata malas.
[Kamu dimana Dev? Udah jam segini kenapa kamu belum pulang juga?] tanyanya khawatir.
"Dev pulang ke apartemen!" jawabnya malas.
Tut!
Panggilan pun diakhiri oleh Dev.
Ya, Dev masih kesal kepada papanya atas kejadian tadi pagi sekaligus dia menenangkan diri dari sang papa.
Tadi seusai meeting dengan fatner kerjanya Dev memilih pulang ke apartemen miliknya, ketimpangan pulang ke mansionnya.
Sekarang Dev sedang duduk di lobby apartemen, menikmati secangkir kopi hangat yang menemani malamnya.
*****
"Aduh!" rintih Cici memegang kepalanya yang terasa sakit dan sedikit pusing.
"Ini dimana?!" gumamnya mengedarkan pandangannya.
"Ini seperti ... kamar apartemen!" tebaknya, ia pun melirik tubuhnya yang berada di atas ranjang dengan perasaan was-was.
"Aaaa ... apa ini?!" jeritnya melirik tubuhnya yang hanya menggunakan baju tipis. Reflek dia menutup tubuhnya dengan selimut.
Tubuh Cici terekpos dengan tampilan seperti itu. 'Seksi' kata itu yang menggambarkan keadaan Cici sekarang. Tubuh yang hanya terbalut kain tipis yaitu lingeria.
Pikiran Cici melayang kemana-mana, dia berpikir bagaimana bisa dia berada disini? Seingat dia, dia ada dirumah.
"Silahkan masuk Tuan! Anda pasti tidak akan menyesal mendapatkan wanita seperti itu!" ujar seorang wanita yang samar-samar terdengar oleh Cici.
"Saya sudah membayar anda mahal! Jadi jangan pernah mengecewakan saya!" sahut seorang pria, dibalik pintu.
"Iya Tuan! Tuan tidak akan kecewa, karena yang ada didalam masih tersegel. Saya pastikan itu Tuan!" jelas wanita yang tak lain adalah Rina ibu tiri Cici.
"Itu ... suara ibu! Ternyata ... ibu menjualku?!" gumam Cici tak percaya.
"Kalau begitu ... kita berdua pamit," ucap Madam Betty yang hanya mendapatkan anggukan dari sang Tuan.
Kedua wanita itu pun pergi meninggalkan ketiga pria itu disana.
"Kalian berdua jaga di luar! Jangan kemana-mana! Saya akan masuk!" ujarnya galak.
"Baik Tuan!" sahut kedua pria yang tak lain adalah anak buah Tuan Nicolas.
Cici mulai tak tenang. Dia takut jika pria yang terdengar barusan akan masuk, benar-benar akan masuk.
Cici mencari-cari bajunya dengan ekor matanya. Melirik kesana-kemari, tapi hasilnya nihil tidak ada sama sekali bajunya.
Cici takut kalau pria itu merenggut apa yang Cici jaga selama ini. Cici tak ada cara lain selain menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Ceklek!
Pintu terbuka. Tak berselang lama pintu pun ditutup kembali.
Terdengar derap langkah kaki yang mulai mendekati ranjang, ia berhenti tepat di depan ranjang yang Cici tempati.
Cici mulai was-was dengan keadaan seperti ini. Cici terus berpikir bagaimana caranya dia bisa keluar dari situasi ini.
"Sayang? Kenapa ditutup? Ayo kita bermain!" ujar bariton tersebut sedikit membungkuk.
"Apa? Sayang?! Matamu peang! Gue gak mau ...!" batin Cici menjerit
"Ayo! Apa kamu suka dipaksa sayang?!" tanyanya dengan nada menggoda.
"Oh ... kalau gak dijawab ... berarti kamu suka?" ucapnya lagi sambil mencoba menarik selimut yang menutupi tubuh Cici dengan perlahan.
Cici memberontak dan terus menarik selimutnya agar tidak lepas menutupi tubuhnya.
Terjadi tarik menarik selimut, Cici belum menampakan tubuhnya sedikit pun. Ia terus berusaha tapi tenaganya tak sebesar tenaga pria di dekatnya.
"Aku jadi suka yang seperti ini! Malu-malu tapi mau!" ucapnya sambil menarik selimut, "jadi ... lebih menantang!" lanjutnya tertawa.
"Malu-malu tapi mau katanya? Gue mah ogah kali!" batin Cici tak terima
Cici pun masih terus berusaha menutup tubuhnya yang hanya menggunakan lingeria dengan selimut.
Sekuat tenaga Cici bertahan, tetap saja dia kalah. Cici tak bisa lagi menutup tubuhnya dihadapan pria itu.
"Brengsek!" maki Cici kala selimut yang menutupi tubuhnya sudah dihempas kesembarang arah oleh si pria.
Tubuh Cici terekspos sempurna di depan pria itu.
Cici sudah tidak peduli lagi dengan pria di depannya itu, yang memandangnya bagai singa kelaparan. Cici hanya memikirkan bagaimana caranya dia bisa keluar dari si brengsek itu.
"Ternyata kamu itu sangat-sangat sempurna sayang!" ujar Nicolas sambil terus memandang Cici dengan pandangan tidak lepas dari seluruh tubuh Cici.
"Jangan mendekat!" teriak Cici kala pria itu ingin membelai wajah Cici yang sangat cantik itu.
"Jangan galak-galak sayang, kita ini akan bersenang-senang. Aku akan memberikan kenikmatan yang tak terlupakan!" ucapnya masih berusaha membelai wajah Cici.
"Cuih ... gue gak sudi disentuh lo! Dasar brengsek!" maki Cici meludahi pria itu. Mendorong pria itu agar lebih jauh, tetapi itu hanya sia-sia.
"Berani sekali kamu meludahi wajahku!"
"Kamu belum tau aku itu siapa, hah?!" tegasnya mencekal kedua tangan Cici dengan kuat, membuat Cici meringis.
"Lepas brengsek!" teriak Cici tak terima.
Nicolas mendorong tubuh Cici, sehingga tubuh Cici terbaring sempurna diatas ranjang. Nicolas menindih tubuh Cici.
Dicekalnya kuat kedua tangan Cici diatas kepala Cici oleh tangan kanannya, tangan kirinya pun tak tinggal diam menjamah setiap inci tubuh Cici.
"Tubuh kamu ini sayang kalau tak dinikmati," bisiknya, memdekatkan kepalanya di ceruk leher Cici.
Cici dapat merasakan hembusan napas si pria menyapu lehernya. Tubuh Cici merasakan ada jelenjar aneh kala mendapat sentuhan dari pria itu.
Sangat mustahil sekali Cici tidak merasakannya, tapi Cici terus berusaha tetap sadar akan kondisinya itu. Ini tidak benar!
Cici terus saja memberontak, tetapi tetap saja, yang Cici dapatkan hanya sia-sia. Cici berusaha mencari cara agar keluar dari jerat pria tersebut.
Sampai terlintas sebuah ide yang mana akan membuat dia terlepas dari jerat pria itu.
"Semoga saja berhasil!" Semangatnya dalam hati.
*****
"Rin, ternyata gadis itu sangat cantik. Pasti Tuan Nicolas puas mendapat wanita secantik itu!" ucap Madam Betty tersenyum miring.
"Pasti itu Madam! Pasti mereka saat ini sedang bersenang-senang!" ujar Rina.
"Itu pasti Rin! Semoga Tuan Nicolas senang atas pelayanannya dan terus membooking gadis itu!"
"Iya Madam, dan kita akan terus mendapatkan uang!" sambung Rina
Mereka pun tertawa di tempat itu, dimana tempat itu adalah bar milik Madam Betty.
Bersambung..
16, Januari, 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Cici Permana Atmaja
RomanceMenceritakan seorang gadis yang bernama Cici Permana Atmaja. Cici heran sendiri dengan tingkah guru-guru mudanya disekolah. Yang bisa dibilang terlalu berbeda sikapnya jika kepadanya ... entah apa maksudnya, Cici pun tak tahu! *** Gak banyak-banyak...