Halaman : 01

2.9K 189 14
                                    

SOSOK tampan nan tinggi itu menghela nafasnya, iris-gelap itu kini tengah menatap seseorang yang berdiri tepat di hadapan nya, dengan senyuman lebar nya seolah tak bersalah sedikit pun

"Jadi? Kamu telat lagi? Ini sudah yang keberapa? " Sing membuka suara nya lebih dahulu, ada nada kesal terselip disana dan si manis menyadarinya, ia sedikit menunduk menghindari tatapan Sing kepadanya

"Kamu ngapain semalam? Begadang nonton drakor, iya? "

"Iya. . . . " Suara itu membalas nya dengan begitu pelan, bahkan terlihat Zayyan kini tengah memilin ujung jemarinya karena takut. Sing tetap senantiasa memperhatikan gerak-gerik si manis dan berakhir dirinya kembali menghela nafas dengan berat

"Hari ini hari senin loh Zay, kamu kan bisa begadang pas malam minggu, sekarang pas telat siapa juga yang susah"

Zayyan cemberut, ia mendongak untuk menatap kekasih tampan nya itu yang juga menjabat sebagai seorang ketua OSIS, dan akibat dirinya yang terlambat lagi di hari senin ini, Sing lah yang sampai turun tangan langsung

"Iya maaf, aku engga ulangin lagi. Janji"

"Janji atau janji? Aku inget kamu ngomong itu beberapa hari lalu, tapi di ulang lagi kan? "

Percayalah Sing dalam mode serius ketika menjadi ketua OSIS itu sangat tidak Zayyan sukai. Karena seolah mereka memiliki batas tinggi dimana Sing duduk bagai Raja yang tengah mengintimidasi rakyat nya yang melakukan kejahatan.

"Iya Sing, aku minta maaf. . . . " Pada akhirnya ucapan itu lah yang keluar dari bibir tipisnya, ia tak menyukai ketegangan emosi yang hadir di antara dirinya dan Sing, dan kembali Zayyan memilih untuk mengalah sekarang

Sing terdiam setelah Zayyan mengucapkan kata maaf itu, mata tajam nya tak henti memandangi si manis yang kini kembali menghindari tatapan nya, entahlah Sing merasa seperti ada yang mengganjal dalam hatinya. Apa dia menegur Zayyan terlalu tegas? Tetapi anak manis itu sudah terlalu sering terlambat jadi wajar bukan dirinya menjadi tegas dengan Zayyan dalam hal itu, apalagi dirinya seorang ketua OSIS, malu jika murid lain akan membicarakan

Tapi melihat sorot mata yang sedikit meredup itu entah mengapa membuat perasaan nya berdenyut tak senang

Sejak kapan binar cantik itu mulai meredup?

Zayyan terlihat lelah meski dia akan selalu bersikap seolah semuanya baik-baik saja, tetapi Sing sungkan untuk bertanya seolah lidah nya tak dapat mengucapkan kata apapun yang mengkhawatirkan kekasih kecilnya itu. Lebih tepatnya egonya terlalu tinggi untuk memperlihatkan seberapa khawatir nya ia pada si manis

Sing mengusap wajah nya sejenak, sebelum jemarinya terangkat untuk memberikan usapan halus pada kepala si manis

"Kembali ke kelas mu, aku tidak menghukum mu hari ini, tetapi aku harap kamu tidak berulah lagi Zay"

Zayyan mengangguk patuh, mata bulat itu sejenak menatap kekasih tampan nya begitu lamat, sebelum tergerak untuk berjinjit dan memberikan kecupan penuh cinta pada rahang tegas Sing.

"Aku mencintaimu hehe. . . " Ah senyuman lucu itu, sejak kapan Sing mulai mengkhawatirkan jika senyuman itu akan hilang ya?

Si tampan hanya dapat memegangi pipi nya yang baru saja di kecup dan menggeleng pelan, menatap si manis yang kini mulai berjalan menjauh darinya dengan sedikit berlari kecil di sertai lambaian tangan kearahnya.







"Leo bagaimana rasanya tenggelam di laut? " Si manis bertanya begitu random, dengan mulut kecilnya yang kini sibuk mengunyah permen jelly yang baru saja ia beli tadi, Leo mendongak dari buku yang tengah ia baca, menatap si manis dengan tanda tanya besar di kepalanya

Still A Chance [SingZay] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang