Halaman : 05

1.3K 120 5
                                    

HEMBUSAN angin pantai yang dingin tak membuat dirinya pergi dari sana.

Zayyan kini membiarkan tubuhnya terduduk pada tepian bebatuan pantai, menatap matahari yang hampir menghilang pada penghujung laut

Warna jingga menghiasi langit yang hampir menggelap, Zayyan menyukainya, berkali-kali selalu menyukai bagaimana cara matahari terbenam pada ufuk barat menyisakan sebuah memori manis ketika takjub akan keindahan nya setelah senja menghilang.

Zayyan ingin seperti itu.

Buku novel berisikan tentang lautan berada dalam genggaman nya, tertutup rapih setelah ia baca tadi

Mata cantik itu terpejam menikmati suara debur ombak lautan yang selalu berhasil memenangkan perasaan nya yang gundah

"Zayyan! " Suara panggilan yang nyaring itu jelas terdengar olehnya, dan si manis sangat mengenali siapa sosok sang pemilik suara, maka ketika ia membuka matanya dan menoleh, wajah terkejut itu tercetak jelas disana ketika melihat Sing yang tengah berjalan cepat ke arah nya dengan wajah penuh kekhawatiran

"Sing? " Ia berseru lirih, bagaimana bisa Sing sampai disini? Mengapa bisa kekasihnya tahu bahwa dirinya sedang berada disini? Tetapi perasaan hangat yang menyusup pada relung hatinya tak bisa di bohongi, bagaimana raut wajah khawatir Sing yang terlihat jelas membuat ia menarik segaris senyum nya. Ia senang jika pada akhirnya Sing memberikan perhatian kepada dirinya

Tanpa banyak kata Sing segera melepaskan jaket yang tengah ia kenakan, memakai kan nya pada tubuh kecil Zayyan hingga si manis tenggelam di dalam nya

"Kenapa kamu ada di sini? " Zayyan lah yang bertanya pertama kali kala keduanya tengah bertatapan

"Seharusnya aku yang bertanya mengapa dirimu tidak masuk sekolah? Kamu bahkan tidak memberikan kabar, lantas mengapa kamu berada di sini seharian penuh? " Zayyan sedikit terkejut mengetahui bahwa Sing tahu dirinya berada di pantai sejak pagi, ia memilih mengalihkan pandangan nya kembali pada sisa sisa cahaya senja di penghujung laut itu

"Maaf ya.... " Bukan sebuah kata-kata panjang atau penjelasan tentang yang terjadi dengan nya, tetapi sebuah kata maaf lah yang terucap tanpa memberitahukan Sing apa maksud dari maaf tersebut

Pemuda tampan itu kembali menelan kata-kata nya yang akan keluar ketika melihat bagaimana mata cantik itu yang terlihat begitu lelah.

Ada apa? Apa yang terjadi pada dirimu? Mengapa wajah mu terlihat begitu lelah? Apa terjadi sesuatu yang buruk? Dan semua pertanyaan itu hanya dapat terputar dalam kepalanya tanpa bisa ia ucapkan secara lantang. Sing dan sikap pengecut nya masih ada.

Baru saja dirinya ingin mengatakan sesuatu, suara Leo yang memanggil nama pemuda manis itu mengalihkan atensi kedua nya, Zayyan lagi-lagi sedikit terkejut bahwa Leo pun sampai berada disini. Si manis tak dapat memberikan reaksi apapun ketika Leo sudah berada di depan tubuhnya, menangkup kedua pipinya dengan penuh kekhawatiran, dan iris-coklat tua itu membesar saat melihat sebuah luka memar pada sisi kepalanya.

Zayyan akui dirinya tengah mendumal di dalam hatinya karena melihat Leo menyadari luka itu

"Kepala mu terluka? Apa yang terjadi? Luka ini masih baru dan ini cukup parah! "

Jika Leo tak menyadari nya, mungkin Sing yang terlihat seperti orang bodoh sekarang pun tak akan menyadari nya, pemuda tampan itu mendekat untuk melihat lebih jelas. Dan dirinya kini termenung menatap luka memar dengan sisa bercak darah terlihat jelas pada sisi kepala kekasih kecilnya itu, meski rambut itu mencoba menutupinya, namun luka yang cukup parah seperti itu tentu saja akan tetap terlihat

"Aku hanya terjatuh." Si manis melarikan pandangannya dari keduanya yang masih memandangi dirinya dengan intens, dengan pelan ia melepaskan tangan Leo yang masih berada di kedua pipinya, lalu sebisa mungkin menarik sudut bibirnya untuk membentuk lengkungan senyum

Still A Chance [SingZay] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang