❗Dilarang mengcopy paste karya orang lain❗
Arenza, lelaki yang selalu merayakan seorang gadis bernama kayana si teman masa kecilnya. Membuat sebuah video-video tentang hidupnya dan beberapa hal tentang Kayana. Lelaki itu menghilang tanpa jejak, sepe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Radhika memainkan ponselnya sambil menunggu Rhita, sang pacar yang sedang berlatih vokal. Rhita yang melihat hal itu, langsung menghampiri pacarnya. Tindakan Rhita membuat Radhika terkejut dan langsung mematikan ponselnya.
"Kamu lihat apa? Sejak tadi kayak sibuk banget?"
"Eh enggak, Rhita. Dhika abis chatan sama anak tongkrongan"
"Begitu? Kalau gitu, aku boleh ikut party b'day Kayana?"
"Kamu kenal Kayana?"
"Kenal! Dia teman aku di les, boleh ya? Dia adik teman kamu itu kan? Siapa namanya? Di.. Dion!"
Radhika tersenyum manis melihat Rhita "Boleh, nanti aku juga ikut, kok"
"Asyik! Berangkat bareng ya?" senyum manis terukir di bibir Rhita.
"Iya, Rhita.."
Rhita terus menatap gerak-gerik Radhika yang begitu mengganjal dibenak pikirnya. Ia menaruh curiga, tapi dirinya tak bisa berkata apa pun.
"Aku akan percaya kamu. Tapi, apa kamu bisa memegang kepercayaan ku itu?"_Rhita
~🐰~
Enjian, anak kelas 12-s satu kelas dengan Kayana. Gadis yang cukup tempramental itu, menghampiri Kayana dengan penuh amarah yang meluap-luap.
Tanpa aba-aba, Enjian mendorong tubuh Kayana dan melemparinya dengan beberapa kertas hasil ujian. Kayana pun berusaha untuk bangkit. Tetapi Enjian mendorongnya kembali dan menaruh kakinya di betis Kayana.
"Heh, cewek murahan! Lo pikir, Lo siapa? Lo pikir kalau Lo memang anak keluarga Ginevra, Lo bisa seenak jidat menentukan nilai ujian? Gue tahu sekolah ini milik keluarga Ginevra, tapi! Lo cewek murahan, yang melakukan apa pun demi nilai, benarkan?"
Kayana bangkit. Enjian menarik kembali tubuh Kayana hingga terbentur dinding.
"Denger ya cewek murahan! Lo benar-benar bedebah gila, yang mengejar nilai! Lo beneran tidur dengan guru? Keren juga nyali Lo! Pantesan jarang masuk sekolah, jadi abis tidur sama guru mana lagi Lo?"
Ucapan yang terus dilontarkan oleh Enjian sangat lah menyakitkan. Karena itu bukanlah kenyataan. Ini benar-benar kado hari pertama kembali masuk sekolah yang sangat diluar nalar!.
Kayana, gadis itu mulai membela dirinya. Sekarang giliran ia yang memojokkan Enjian. Sangat menyebalkan, juga merepotkan.
"Lo bilang apa? Gue cewek murahan? Ga salah? Lo bilang apa lagi tadi?! Gue lakukan apa pun untuk nilai?" tawa terdengar dari bibir Kayana.
"Benar! Gue lakukan apa pun untuk nilai, tapi dengan usaha belajar! Bukan tidur dengan guru, apa lagi cari muka sana-sini buat dibela guru dan murid lain! Contohnya kayak Lo, ups!"
Enjian membalas perlakuan Kayana tersebut dengan menjambak rambutnya. Mereka saling menjatuhkan satu sama lain, sampai wajah mereka babak belur.
Naren yang melewati kelasnya langsung menghampiri. Setelah melihat bahwa temannya dan sang kekasih sedang bertengkar.
"Kayana berhenti!" teriak Naren.
Kayana dan Enjian masih terus bertengkar disana. Naren mendorong tubuh Kayana, melepaskannya dari Enjian.
"Gue bilang berhenti, ya berhenti! Kalian ga dengar?!" teriak Naren, meninggikan suaranya jauh dari yang tadi.
"Lo juga Kayana, Lo bukan orang yang begini. Kenapa Lo berantem sama Jian?! Dimana Kayana yang bodo amatan dengan permasalahan kanak-kanak itu?!"
Kayana tertawa "Lo bilang apa? Kanak-kanakan? Bodo amatan? Gue harus bodo amatan dengan ucapan cewek jalang ini? Lo pikir gue ga sakit hati dituduh dan direndahkan kayak gitu?! Kanak-kanakan? Dia yang berulah lebih dulu dan gue hanya membela diri apa gue salah?! Cewek goblok itu yang kayak bocah! Apa-apa disimpulkan dengan sebelah mata, tanpa melihat perjuangan orang lain! Dia yang salah, Naren! Gue korban?!"
"Kayana?!"
"APA?! LO BELA CEWEK INI KAN? GUE BELA DIRI SENDIRI SALAH?"
Karin yang melihat pertengkaran, langsung masuk kedalam dan memisahkan mereka.
"Cowok brengsek! Dasar bodoh! Buat Lo! Dasar go-" Karin menutup mulut Kayana dan membawanya ke UKS.
Karin mengobati luka yang didapatkan Kayana setelah bertengkar dengan Enjian. Amarah masih menyelimuti Kayana.
Wajar, jika seseorang marah akan perilaku orang lain yang begitu sok tahu menahu tentang hidup orang lain. Apa lagi, sampai berbicara seperti tadi.
"Gue beli minum dulu buat Lo, jangan kemana-mana, oke? Kalau bocah tengil itu datang, jangan ladeni. Cukup diam, seperti biasanya."
Karin pergi dari UKS untuk membelikan minum Kayana. Gadis itu pun menidurkan tubuhnya diatas kasur UKS. Tubuhnya butuh istirahat dan menenangkan pikiran dari ucapan jelek yang ia dengar tadi.
"Brengsek"
Kata-kata pembelaan Naren untuk Enjian masih terdengar jelas. Ia marah pada Enjian, tetapi ia lebih marah saat mendengar pembelaan bodoh dari temannya itu.
Pesan masuk membuat Kayana membuka hpnya. Dion memakinya, senyum tipis terukir di wajah Kayana. Ternyata tak hanya Naren yang membela gadis tadi, ternyata Dion juga. Kayana menjawab pesan Dion tanpa berpikir.
Tak lama dari itu, pesan masuk dari Karin tiba. Karin menjelaskan bahwa, gadis tengil tadi adalah orang yang ia maksud. Saat berkata bahwa, Naren berkencan dengan salah satu anak kelas Kayana di 12-s.
"Wajar? Iya, tapi kenapa gue yang sebagai korban ga dapat pembelaan?." gumamnya.
Pesan masuk dari Naren. Lelaki itu meminta maaf setelah apa yang terjadi. Meminta maaf? Apa harus dimaafkan?.
Kayana menjawab apa adanya, ia malas untuk mencari muka dan membela dirinya lagi. Toh, percuma membela diri kalau ujungnya Naren tetap membela Enjian, bukan?.
"Gue juga minta maaf ,mewakili Jian"
"Brengsek!"
"Setidak berdaya itu kah Enjian, sampai cowoknya yang harus minta maaf? Bodoh!"
Setelah menjawab pesan Naren, gadis tengil itu pun mengirimkan pesan padanya. Enjian memohon agar dia dan dirinya terlihat akrab dihadapan Naren, agar naren memaafkannya.
Apa dia harus setuju dan memaafkannya? Tentu tidak!. Enjian mencari celah agar dimaafkan, dengan membawa nama Arenza diantara perbincangan mereka.
Memang benar, Kayana mencari Arenza yang entah ada dimana. Tapi, apa dia harus membuat perjanjian dengan Enjian? Si penyihir jalang itu?. Kayana berpikir cukup lama untuk menyetujuinya.
Dengan berat hati dan terpaksa, ia pun memaafkan Enjian. Tidak! Bukan dimaafkan, tapi dimanfaatkan. Persetujuan telah terbuat dan akan dilaksanakan secepat mungkin.
"Apa aku akan bertemu dengan mu? Arenza, where are you?"