kissing, boypussy, 100% fiksi, pasutri, mpreg, naskah jorok, blowjob/deepthroat, frontal word, use sex toy, 962 + 1,471 word, happy reading!
Yedam meletakkan alat makan yang telah digunakan ke dalam wastafel. Dia duduk kembali ke kursi dan memandangi suaminya.
Diseberang meja, ada Kim Doyoung yang fokus membaca komik dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Membiarkan hidangan makan malamnya tertiup angin.
Yang melihat menghembus nafas. "Doy," satu kali panggilan tak ada sahutan.
"Doyoung," dua kali.
"Dobby," tiga kali.
"Sayang," tetap sama. Yang dipanggil tetap acuh.
Yedam mengetuk meja didepan Doyoung. Dan si empu hanya melirik sekilas. "Sayang, kamu boleh marah sama aku, tapi please, makan dulu."
Yang diajak bicara hanya bungkam. Tak ingin menyuarakan bunyi. Hanya bergerak untuk pergi ke halaman selanjutnya.
Yedam menggigit bibir bawahnya. Tak menyadari jika bibirnya terluka.
Ini yang tak ia suka. Doyoung tak akan mengisi perutnya dengan apapun kecuali air putih selama ia marah. Padahal, laki-laki itu pernah menderita asam lambung.
"Dobby, makan dulu,"
Doyoung berdiri, mengambil sebotol air dari kulkas. Diteguknya setengah, lalu dikembalikan. Dan duduk ke tempat semula.
Yedam menarik nafas. Berusaha menahan agar pipinya tak terbasahi oleh air mata. Ini salahnya, dan ia tidak boleh menangis. Tentu saja agar tidak disebut manja.
"Dobby, aku minta maaf. Dan kamu makan dulu, please,"
Tetap saja. Laki-laki itu bebal. Makanannya sama sekali tak disentuh. Tetap membolak-balik halaman komik.
"Dobby, aku disini. Kamu boleh marah, tapi jangan lewatin makan. Aku—"
"Ngga makan sekali ga bikin mati."
Kali ini Yedam bungkam. Bibirnya sulit terbuka, lidahnya kelu mengucap kata selanjutnya, dan hatinya nyeri luar biasa.
Yedam mengaku ia bersalah. Harusnya, tepat pukul 7 malam, ia sudah berada di meja makan. Bukan didalam studio dan menyapa penggemarnya.
Tapi sungguh, ia juga merindukan suasana berinteraksi bersama penggemar lewat aplikasi ungu. Sangking serunya, ia lupa dengan janji makan malam bersama suaminya. Alhasil, pria itu memberikan silent treatment padanya.
Yedam paham, Doyoung juga tidak mau menunda jam makan. Apalagi, Yedam baru keluar dari studio tepat pukul 8 malam. Satu jam telah lewat.
Saat sadar, Yedam berjalan dengan langkah cepat menuju dapur. Didapatinya Doyoung yang duduk diam membaca komik disana. Seakan tak terganggu dengan apapun, Doyoung tak menoleh sama sekali meski ia tahu Yedam datang.
Mencoba mencairkan suasana, Yedam berkali-kali menyeletuk, melontar sedikit candaan yang berakhir tawa garing keluar dari dirinya sendiri.
"Maaf," suaranya begitu lirih serta sedikit bergetar. Tentu saja Doyoung tak mendengar. "Maaf," ulangnya setelah merasa suaranya terkontrol.
Doyoung mengangkat kepalanya. Menatap ke arah depan dimana kekasihnya berada. Lalu, kembali pada komiknya lagi.
Yedam menarik nafas, lalu dihembuskan dengan kasar. Jika seperti ini, tak ada lagi cara untuk membuat pria itu mau mendengarnya.
Memilih diam, dan menemani prianya membaca komik. Meskipun sebenarnya ia mulai mengantuk.
Yedam harus kuat, ia tak boleh menangis, ataupun tidur untuk saat ini. Yedam harus menahan kantuknya, seperti ia menahan beban berat alat gym.
KAMU SEDANG MEMBACA
a dodam fanfict
General Fictionberisi cerita singkat dodam yang di arsip dalam satu buku 100% fiksi, bxb, mostly 18+, ngga suka skip aja, doy-dom, dam-sub jangan salah lapak!