nightmare

384 13 3
                                    

yedam as ardian (26), doy as rafajar (35), swicth age, 1245 word, 100% fiksi, lowercase, ini aman, ngga hanya menjurus ke 'itu' ehehehehe, happy reading!

laki-laki bertubuh ramping itu tengah duduk di kursi belajarnya. dengan kepala yang bertumpu pada tangan kiri dan meja, serta tangan lainnya yang membuat pola abstrak di atas kertas ataupun memutar bolpoin dengan jemarinya. mencoba berfikir dengan keras, judul apa yang bisa di gunakan untuk skripsi?

hingga tak menyadari datangnya sang terkasih. fokus dengan kegiatan yang berujung menjadi lamunan jangka panjang.

"ngelamun, ya!"

tubuhnya terlonjak kaget, menoleh dengan spontan pada sumber suara. bibirnya dengan otomatis mengerucut gemas.

"Mas, ih! ngagetin tau."

si tua terkekeh, menunduk disamping kepala si muda untuk menilik apa yang tengah dilakukannya. "ngapain, sayang?"

si submisif—Ardian, bibirnya melengkung kebawah, memberi gambaran jika ia tengah sedih. "bingung mau pake judul apa buat skripsinya." ia menggerutu.

"lah, ini kok coret-coret?"

Ardian berdecak, "Mas Fajar, aku kan udah bilang kalo aku bingung nyari judul skripsi, makanya jadinya gini! pake nanya lagi."

"sensian, hamil kamu?" celetuk Rafajar yang dengan jelas mendapat geplakan sayang dari si manis.

"lambene!"

"ya, terus apa salahnya kalo kamu ham—"

"aku laki-laki, kalo Mas lupa!"

tawa pecah begitu saja. tentu saja Rafajar lah yang tertawa. masalahnya— tak ingatkah ia jika si kecil sering merengek untuk menyusu padanya? kadang saja Rafajar kuwalahan ketika si bayi terus menangis sedangkan si Mama sedang sibuk dan tak bisa diganggu.

bisa-bisanya Ardian mengungkap gendernya dengan lantang, sedangkan ia sendiri bisa dibuahi.

Ardian menggerutu lelah. dia tuh udah pusing mikirin skripsi, malah suaminya agak— ekhem aneh. bikin emosi aja.

dibuang aja apa ya? jangan deng, Ardian masih sayang. duitnya sih.

"Mas..." Ardian sedikit bergetar. kulit lehernya merasakan sesuatu yang basah membelai disana.

dibalik lidah yang bergerak menjilat kulit leher si manis, ia menyahut. "hm?"

"g-geli." tidak berbohong, Ardian merasa geli. namun, dalam hati ia merutuk, bukan kalimat itu yang harus keluar.

seharusnya, Ardian mengatakan jika ia harus selesai dengan bagian awal dari skripsinya, paling tidak judul. tetapi, sungguh ia tak mampu untuk mengatakan kalimat sepanjang itu.

tangan bangsat suaminya sudah mulai memasuki kaus tipis yang dikenakannya. mengelus sensual setiap jenjang kulit yang dilalui oleh jemari panjang Rafajar. ditambah lagi, lidah yang masih setia menggerayangi leher hingga telinganya.

aura dominasi Rafajar memang tidak main-main, apalagi jika pria itu sedang— ekhem, ingin.

"nghh!"

terkejut kala dada bengkaknya diremas kuat, bahkan air susu muncul dan membasahi kausnya. Rafajar hanya tersenyum menang. sangat mudah menguasai laki-laki mungil yang tengah ia lucuti pakaiannya ini.

dengan maniknya yang sayu, Ardian menatap setiap pergerakan sang suami. dimana justru itu yang membangkitkan gairah Rafajar lebih tinggi lagi.

"Mas udah rela nunggu kamu selama dua tahun setelah ngelahirin bayi. sekarang, Mas minta lagi dan kamu ngga boleh nolak."

a dodam fanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang