meow boy

415 23 0
                                    

a hybird story, 100% fiksi, bullied(?), polos, anal sex, fingering, kissing 3409 + 961 word, happy reading!
jujurly, ail bingung sama judulnya :)

---

Jam dinding menunjukkan pukul 8 malam. Jam kerja telah usai sejak pukul 6 tadi. Alhasil, gedung kerja sudah tak berisi manusia— ah, tidak. Ada satu divisi yang masih yang masih duduk dikursi kebanggaan mereka. 

Kim Doyoung diam membisu. Menatap segelintir juniornya tanpa kalimat apapun. Yang ditatap hanya mampu diam, mencoba menginstropeksi diri masing-masing.

Mereka sadar, mereka salah.

Pria tampan itu tak bisa marah, ia hanya mampu menghela nafas. Sudut bibirnya tertarik sedikit membentuk senyum samar. 

“Pulanglah, saya akan menangani ini sendiri. Istirahatlah untuk presentasi besok. Kesehatan lebih penting ‘kan? Optimalkan stamina kalian. Kalian pasti mengerti bagaimana proyek yang kita tangani kali ini.”

Semuanya mengangguk mengerti. Bergegas membereskan barang-barang mereka, kemudian pamit undur diri. 

Satu junior cantik yang berbenah terakhir pun turut pamit. “Bapak juga harus menjaga kesehatan, jangan dipaksakan, Pak.”

Doyoung hanya mengangguk sebagai balasan. Lalu kembali memfokuskan perhatiannya pada layar monitor.

“Jika membutuhkan bantuan, saya siap kapanpun, Pak”

Lagi, Doyoung hanya merespon perhatian si junior dengan anggukan singkat. Pandangannya tak beralih sedikitpun. 

Si junior cantik tersenyum kecut. Sangat sulit membuat pria yang memiliki jabatan sebagai kepala divisi itu untuk meliriknya, barang sekali saja. Lantas, ia pergi darisana dengan perasaan kesal.

Lagi-lagi Doyoung menghela nafasnya. Tersenyum sedikit terpaksa, “cepat selesaikan ini, Kim!” Monolognya menyemangati diri sendiri.

Tangannya menari diatas keyboard. Mengisi monitor berdisplay kertas kosong dengan gambar dan huruf-huruf yang menyatu menjadi kata. Menyusun setiap kata menjadi rentetan kalimat. Sedikit bermain dengan si tikus ketika dibutuhkan. 

Menit demi menit terlewati. Jarum jam terus berjalan meskipun perlahan. Dan Kim Doyoung tak akan beranjak dari posisinya hingga pekerjaannya tuntas. 

Tepat pukul 10 lewat 12 menit, monitornya tak lagi membiaskan radiasi. Doyoung pun bergegas untuk kembali pulang. 

Namun, sebelum itu ia harus menghubungi juniornya lebih dahulu. Meminta tolong kepada Park Jeongwoo untuk memberikan bentuk fisiknya esok pagi. 

Baru saja menyentuh tombol lift, ponselnya bergetar. Alunan musik sebagai dering notifikasi khusus terputar. Tergopoh Doyoung mengambil ponselnya dari saku. Ikon hijau ia geser kekiri untuk menerima panggilan. 

“Halo, manis?” Menyapa dengan lembut setelah ponsel menempel pada telinga dan sekitarnya. 

Dahi pria Kim itu mengkerut ketika mendengar rengekan dari si penelepon. “Ada apa, sayang? Kenapa belum tidur?”

Rengekan manja kembali terdengar, “Kak Doyie belum pulang,”

Mendengarnya Doyoung terkekeh. Ia bisa membayangkan bagaimana wajah si penelepon ketika merengek seperti itu. Pasti bibirnya maju lebih dari satu senti dengan melengkung kebawah. 

“Sebentar, ya. Ini mau pulang, kok. Mau nitip sesuatu?”

Bukannya mendengar jawaban dari tawarannya. Justru ia mendengar suara teriakan dari seberang telepon. 

“Sayang?”

Tak kunjung mendapat respon. Namun, suara teriakan yang memekakkan telinga masih terdengar.

a dodam fanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang