miss you

390 15 1
                                    

100% fiksi, bxb, pasutri, older doy, younger dam, use mas-adek, narasi kotor, kissing, boypussy, sex, frontal word, sit on face, licking, nipple play, 27222 + 1253 word, happy reading!

Kakinya melangkah santai, menuju kamar si kecil untuk membangunkannya agar segera bersiap ke sekolah. Dibukanya pintu kamar, dilihatnya si kecil yang meringkuk dibalik selimut tebal miliknya. 

"Niel, bangun yuk, cantik, kita sekolah— astaga! Sayang, kamu demam?" 

Ia panik, semua materi pertolongan pertama —yang selalu ia lakukan saat masih dibangku sekolah— hilang sejenak dari otaknya. 

Dengan pasti, ia menyeret kakinya menuju dapur. Mengambil baskom, diisi air dingin, lalu ditambahkan es batu. Kembali berjalan menuju kamar sang anak dengan handuk kecil yang menyampir pada pundak kirinya. 

Handuk kecil ia rendam sebentar, lalu diangkat dan diperas. Diletakkan pada kening sang anak yang terus menggigil kedinginan. 

Termometer didalam laci, ia temukan. Kembali berlari menuju kamar si kecil. Diselipkan diantara ketiak anaknya untuk mengecek suhu tubuh. 

Menelfon Dokter kenalannya, meminta tolong segera memeriksa anaknya. Suhu tubuhnya cukup tinggi, wajahnya pucat pasi. Tentunya, sebagai ibu, ia khawatir.

"Ayah," rintih Niel bersuara gemetar. 

Yedam menatap anaknya khawatir. Ia yakin, pasti bocah cantik itu merindukan Ayahnya. Sudah dua minggu pria itu pergi tanpa kabar sama sekali. 

Yedam sudah berkali-kali mencoba menelfon, namun selalu tak terjawab. Menghubungi teman-teman suaminya pun tak bisa. 

Dimana pria itu? 

"Ayah," 

Hati Yedam semakin mencelos. Ia tak bisa berbuat apapun sekarang. Anaknya hanya membutuhkan keberadaan sang Ayah. 

Niel memang hasil buah cinta mereka. Namun, anak itu lebih dekat dengan sang Ayah. Yedam sendiri masih menyesuaikan waktu untuk berkumpul bersama keluarganya. 

Kerjanya yang menjadi guru baru, membuatnya sulit mengatur waktu. Apalagi, ketika harus merekap nilai-nilai anak didiknya. 

Tangannya mengelus lembut pipi sang anak. Air matanya perlahan leleh. Tak tega melihat buah hatinya. "Semoga habis ini Ayah pulang, ya, Niel? Ibun juga kangen," 

Tak lama setelahnya, Yedam berlari untuk membuka pintu rumah. Dokter kenalannya telah datang. Niel diperiksa dan Yedam mendampingi. 

Resep dokter telah diterima. Tersisa obat yang harus ia tebus di apotek. Setelah mendengar nasihat yang diberikan sang Dokter, Yedam mengantar beliau hingga didepan pintu. "Terimakasih,"  ucapnya yang dibalas anggukan dan senyum ramah. 

Langkahnya ia bawa menuju dapur. Rencananya ialah memasak bubur. Namun stok bahan telah habis. Kemarin ia tak sempat untuk mengisi stok. Sebab, Niel terus merengek, mengajaknya untuk menemui sang Ayah.

Mau tak mau, Yedam membawa sang anak ke pantai guna menghiburnya, serta menjanjikan jika anak itu tak merengek lagi, maka sang Ayah akan lekas menemuinya.

Bingung. Tak mungkin pula Yedam meninggalkan Niel seorang diri didalam rumah, sedangkan si kecil membutuhkan dirinya. 

Beruntungnya, ponselnya berdering. Panggilan suara dari sepupu. Keduanya menyepakati jika si sepupu akan berkunjung dengan membawa bahan makanan serta obat-obatan yang dibutuhkan Niel. Yedam bisa bernafas lega. 

Tak lama, yang ditunggu datang. Yedam mengambil alih belanjaan dan meminta tolong pada si sepupu untuk menjaga anaknya yang terus merintih, menyebut sang Ayah yang tak kunjung pulang. 

a dodam fanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang