Risalah Hati yang dinyanyikan oleh Mahadewi menjadi pengantar mereka di perjalanan menuju kediaman Karuna yang kini sudah Mada hapal di luar kepala. Sesekali melirik ke arah Karuna yang sibuk tersenyum sendiri sembari menciumi buket bunga mawar yang ia berikan.
'Manis banget, yailah,' batin Mada menjerit gemas. Meremat stir mobil cukup kuat kala Karuna terkikik geli sendiri, begitu pelan, yang Karuna pikir mungkin Mada tidak akan mendengarnya, padahal aslinya Mada dengan jelas mendengarnya.
"Diliatin mulu bunganya, nanti insecure mereka," Kata Mada tiba-tiba, beralih menatap Karuna dengan senyum hangat saat mobil mereka berhenti di lampu merah.
"Huh? Maksudnya?" Beo Karuna tak mengerti.
Mada terkekeh gemas, mengusak-usak manja rambut hitam legam si Ketua Osis, "Iya, soalnya yang liatin mereka lebih cantik," Ujarnya, seperempatnya bercanda, selebihnya menyebutkan fakta.
Karuna terdiam beberapa saat, ketika lampu merah berubah menjadi kuning lalu hijau dan Mada segera melajukan mobilnya kembali, barulah ia sadar dengan kalimat Mada barusan, "Ih! Mada! Apaan, sih..." Rengeknya sebal, tapi lagi-lagi dan lagi, tidak dapat menutupi senyum lebar nan manis juga pipi meronanya.
"Haha, beneran gua, Kak."
"Ish..."
Skip time,
"Makasih udah anterin, ya..." Kata Karuna, masih menatapi bunga mawarnya dengan senyuman berseri-seri.
"Iya. Sini gua bantuin bawa barang-barang lu ke dalem, Kak," Tawar Mada, kemudian melepas seatbelt-nya dan ke luar dari dalam mobil, berlari kecil memutari mobilnya untuk membukakan pintu penumpang.
Setelahnya, Mada membuka pintu belakang, mengambil tas dan beruang besar yang kini sudah menjadi milik Karuna.
"Mama!! Aru pulang!!" Sapa Karuna di depan pintu, membukanya perlahan dan mempersilahkan Mada masuk, "Masuk aja, Mada."
"Halo, sayangnya Mama!! Kok kamu udah pulang?? Mas Ji sama Caca aja belum sampe."
Seorang wanita dewasa dan cantik menyapa Karuna, memeluk tubuh anaknya begitu hangat setelah Karuna mengecup tangannya. Mada yang berdiri di belakang Karuna tersenyum tipis melihatnya.
"Oh my God... Cantik banget bunganyaa~ oh, iya, hari ini 'kan valentine, yaaa~~ dari siapa ini, sayang???" Tanya sang ibu menggoda, mengerling jahil pada sang anak yang hanya menunduk demi menutupi pipi merahnya, buat sang ibu terkekeh gemas. Tidak lama, sampai kemudian Shinta menoleh ke belakang, baru menyadari keberadaan Mada di sana, "Eh? Ya, ampun! Mama nggak liat ada temennya Aru. Sini-sini duduk, sayang. Maaf, yaa, Mama nggak liat ada kamu," Tuturnya merasa bersalah, mengajak Mada untuk duduk di sofa.
Mada menggeleng kecil sembari tersenyum sopan, ia melangkah mengikuti Shinta dan Karuna yang duduk di sofa, ikut duduk di hadapan mereka berdua, "Nggak apa-apa, Tante."
"Mama aja. Panggilnya Mama aja. Semua temennya Aru, Caca sama mas Ji panggilnya Mama, hihi." Kikik Shinta gemas, kemudian tanpa sadar ia mencubit pipi Mada, "Kamu kok ganteng banget, sih? Mau jadi pacarnya Aru, nggak?" Tanya Shinta tiba-tiba.
Buat Karuna yang mendengarnya membola lucu sembari merengek manja, ia menghentakkan kakinya kecil tanpa sadar, "Mamaaa~~ udah, ih."
Sedangkan Mada sendiri hanya terkekeh geli, "Boleh kalo diizinin, Ma," Katanya, sembari melirik Karuna menggoda, mengerlingkan matanya pada sang bulan cinta.
"Ih, apa, sih..." Gumamnya pelan, malu digoda begini oleh orang yang diam-diam Karuna impikan setiap malamnya.
"Haha~ yaudah, Mama buatin minum dulu buat ini siapa namanya, ya? Mama lupa nanya 'kan, tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MOON
Roman d'amour"Cantik, ya?" "Apanya?" "Bulannya." "It is. The moon is beautiful." COMPLETED • • • • 16+ NIKWON/WONKI au, BXB! Harsh words & curses. Be aware. DON'T LIKE DON'T READ.