"Minggu depan udah mulai ujian, ya? Anjir, perasaan gue sekolah cuma kedip doang tiba-tiba udah masuk semester dua aja, gila," Keluh Juanda saat mata pelajaran Sejarah Wajib telah usai.
"Lu nggak pernah belajar, sih," Tukas Rian, kemudian berbalik badan menghadap Juanda dan Mada yang memang duduk berdua di belakang mejanya, ia merupakan salah satu kawan sekelas Juanda dan Mada.
"Enak aja, lo," Sergah Juanda cepat, hampir memukul kepala Rian yang untungnya sempat menghindar sambil tertawa, "Gue tuh rajin belajar ya, asu. Apalagi belajarnya bareng sama si Neng cantik."
"Yah, lo mah pacaran mulu, mana mungkin belajar. Nggak percaya gue. Eh, Pal, gimana itu pedekate lo sama si Ketos cantik?" Tanya Rian, mengalihkan amarah Juanda pada topik hangat yang sedang ramai dibincangkan di sekolah mereka.
Perihal Madanapala, siswa kelas satu yang seperti kulkas berjalan dengan beraninya mendekati si cantik Ketua Osis, yang terkenal dengan sebutan 'Si Cantik Tak Tersentuh', Karunasankara.
"Nggak gimana-gimana," Sahut Mada santai, ia tetap fokus memainkan permainan yang ada di ponselnya saat ini. Ia dengar apa yang tengah Rian dan Juanda perbincangkan, namun seperti biasanya ia memilih acuh.
Juanda mendelik mendengar jawaban Mada barusan, "Dih, serius nggak, sih? Lo beneran demen sama dia, apa mau main-main aja?" Tanyanya, ia menatap Mada skeptis.
"Kepo lu, ah," Balas Mada, kemudian lelaki enam belas tahun itu tiba-tiba bangkit berdiri setelah melongok sekilas ke arah jendela bertepatan dengan seseorang lewat di depan kelasnya bersama seorang guru perempuan, meninggalkan Juanda dan Rian tanpa kata apa-apa lagi.
"Kalo nggak serius mah, nggak bakal sadar dia kak Aru lewat tadi. Dia 'kan kalo udah fokus sama sesuatu nggak bakal inget dunia dan seisinya," Ledek Rian, terkekeh geli saat melihat Mada berlari ke luar kelas demi mengejar Karuna yang kebetulan lewat di depan kelas mereka.
"Kak Aru? Dia lewat tadi?? Depan kelas kita ini??" Tanya Juanda, menatap punggung Mada yang berdiri di balik pintu kelas, namun kepalanya melongok ke luar kelas, memanggil-manggil nama Karuna yang tengah berkunjung ke kelas sebelahnya.
"He'em. Tuh, lo liat aja tingkah temen lo itu jadi aneh begitu. Apaan lagi kalo bukan karna liat 'kagem'nya. Kak Aru," Jawan Rian, setengah serius, setengah bercanda.
"Kagem apaan, anjing?"
"Kakak gemes, lah. Apaan lagi, hahaha."
Di luar kelas,
"Karuna, makasih sudah bantu Ibu bawa barang-barang Ibu, ya. Kamu boleh langsung kembali lagi ke kelas," Tutur bu Ratna, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Karuna mengangguk dan tersenyum sopan, "Iya, Bu. Sama-sama. Saya izin kembali ke kelas kalo begitu. Permisi, bu Ratna," Pamitnya setelah mencium punggung tangan bu Ratna.
Saat membuka pintu kelas dan hendak menutupnya kembali, Karuna dikejutkan dengan keberadaan Mada yang tengah mengintip ke arah kelas yang barusan ia sambangi. "Mada? Ngapain? Pintunya jangan dibuka lama-lama itu, sayang ac-nya keluar," Katanya, sembari menatap Mada heran.
Mada menggeleng, kemudian melangkah keluar kelasnya, menutup pintunya kilat kemudian berdiri mendekat pada Karuna, dengan dagunya ia menunjuk kelas yang berada di sebelah kelasnya itu, "Abis ngapain, Kak?" Tanyanya balik.
Karuna menghela napas pelan, "Abis nganter barang guru. Masuk lagi ke kelas sana, pelajaran siapa abis ini? Belum dateng gurunya? Kenapa nggak dipanggil aja? Kamu 'kan Ketua Kelasnya," Ujar Karuna, memberondong Mada dengan beberapa pertanyaan sekaligus.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MOON
Romansa"Cantik, ya?" "Apanya?" "Bulannya." "It is. The moon is beautiful." COMPLETED • • • • 16+ NIKWON/WONKI au, BXB! Harsh words & curses. Be aware. DON'T LIKE DON'T READ. February, 2024. pj_enthu.