"Bunganya udah siap, Ji?" Tanya Sadewa lewat sambungan panggilannya dengan Jiandra.
Jiandra di seberang sana tanpa sadar mengangguk, tapi kemudian menggeleng pelan kala sadar kalau nyatanya sang kawan tidak dapat melihatnya, "Iya, ini udah, kok. Gue sama kak Alleen lagi otw ke sana."
"Okay..." Balasnya, "Apa lagi yang kurang, ya..." Niat Sadewa, saat mengatakan kalimat terakhirnya itu hanya untuk berbisik pada dirinya sendiri saja, namun ternyata Jiandra mendengarnya.
Jiandra di seberang sana terkekeh, "Santai aja, Dew. Lo itu cuma mau nembak adek gue, bukan mau lamar dia. Anaknya juga baru naik kelas tiga SMA, KTP-nya aja baru jadi, haha~" Ledeknya. Buat Alleen yang tengah fokus membawa mobil ikut terkekeh geli.
"Yeee, gue juga tau, kali... Tapi, 'kan, gue mau ngasih yang terbaik buat cowok kesayangan gue," Katanya, "Eh, bentar, Mada nelpon gue. Gue matiin dulu bentar, Ji," Ucapnya tiba-tiba saat ponselnya bergetar tanda panggilan lain masuk.
"Okay, nanti gue kabarin kalo udah sampe sana, deh."
"Oke-oke." Kemudian Sadewa menutup panggilan mereka dan beralih mengangkat panggilan dari Mada.
"Halo, Pal? Kenapa?" Tanyanya terburu-buru. Benar-benar takut acara yang ia tunggu-tunggu akan gagal dan berantakan kalau ada satu saja hal yang tidak berjalan dengan baik.
Mada di seberang sana tertawa, "Yaelah, Bang. Panik amat, kenapa? Santai aja, lah... Kayak yang mau ngapain aja," Ledeknya.
"Eh, kurang ajar. Gue aduin Aru lo nanti, ya," Balas Sadewa.
"Lah, aduin aja. Aru juga bakal bilang hal yang sama kali. Btw, gua mau nanya. Ini cake sama light candle mau disusun kapan, jadinya?" Tanya Mada.
Sadewa seperti tersambar geluduk, ia tiba-tiba mencari-cari letak jam dinding yang ada di dalam kamarnya, "Owh, iya... Anjingg... Hampir aja gue lupa, sial... Untung lo ingetin, Pal!" Sentaknya cepat.
"Santai, sih, elah. Cepet, kapan mau disusun ini? Sekarang? Udah jam setengah lima, nih, Bang. Acaranya pas mau sunset, 'kan? Bentar lagi, nih," Balas Mada.
"Iya-iya, sekarang aja. Ini gue lagi siap-siap mau jemput Caca, nanti abis lo arrange cake sama lilinnya langsung balik terus kunci aja rooftop-nya, ya, Pal. Kuncinya kasih ke satpam di bawah, dia tau gue mau ngapain di atas, so... Paham, 'kan, ya?"
"Owh, iya. Paham-paham. 'Dah, gua matiin, yak?" Dan betul, bahkan sebelum Sadewa mengiyakan panggilan mereka terputus sepihak.
"Emang bener-bener, 'dah, tuh, bocah..." Gumamnya sebal, kemudian melempar ponselnya ke atas ranjang, dan mulai mengancingi kemeja hitamnya yang sedari tadi masih terbuka karena ia sibuk menerima panggilan dari kawan-kawannya yang akan membantunya menyiapkan acara kecilnya bersama Syanika nanti.
Seperti perkataan sang tercinta tempo hari—saat Mada memberikan hadiah valentine pada Karuna—Syanika hanya menginginkan acara kecil yang romantis dan intim antara ia dengan pasangannya kelak, karena menurut sang lelaki cantik, itu lebih manis dan bermakna untuknya. Jadi, tugas Sadewa adalah mewujudkannya.
"Hp," Sadewa berbisik untuk dirinya sendiri, sembari bergerak mengambil ponselnya yang barusan ia lempar ke atas ranjangnya, "Kunci mobil..." Kemudian ia mengambil kunci mobil yang ia gantung bersamaan dengan kunci-kunci lainnya di samping pintu kamarnya, "Dompet," Ia mengambil dompetnya di atas nakas di samping tempat tidur. Di rasa lengkap, Sadewa menyemprotkan sedikit parfum di kedua sisi lehernya, di pergelangan tangan lalu ia sapukan ke belakang telinga. Ia melipat kemeja hitamnya hingga siku-siku tangan, jadi memperlihatkan hasil workout-nya yang sangat afektif.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MOON
Romance"Cantik, ya?" "Apanya?" "Bulannya." "It is. The moon is beautiful." COMPLETED • • • • 16+ NIKWON/WONKI au, BXB! Harsh words & curses. Be aware. DON'T LIKE DON'T READ. February, 2024. pj_enthu.