Cw/Time skip; Mada dan Karuna di sini udah kuliah, ya.
Mada, Fakultas Teknik Arsitektur, semester dua. Karuna, Fakultas Ilmu Komunikasi, semester empat.
Cw/Tw; Mature and explicit contents ahead.
MINOR DO NOT INTERACT. PLEASE, BE A WISE READER.
Anyway, di sini berarti umur Mada udah 21, ya. Bukan minor lagi. Mada di sini, nggak ada sangkut pautnya sama Ni-ki di real life-nya. Aku hanya pakai Ni-ki untuk face claim aja. Selebihnya, imajinasi semata. Jangan sangkut pautkan apapun yang ada di dalam diri Ni-ki dengan Mada, begitupun sebaliknya. Karna sejatinya mereka adalah dua orang yang berbeda, dipisahkan antara dunia nyata dan fiksi semata. Walau memang pada dasarnya wajah mereka secara figuratively the same.
Jadi, aku mohon kebijakan kalian semua sebagai pembaca.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Balik, lo?"
Yang bertanya barusan adalah Deran. Deransyah Putra. Salah satu kawan baik Mada di kampusnya. Mereka kenal karena satu kelompok saat ospek kampus tempo hari dan memang kebetulan satu Fakultas Teknik juga. Dan, jadilah mereka berteman cukup dekat hingga saat ini.
"Yoi, jemput Karuna dulu gua. Ini flashdisk lu simpen aja, rapihin dulu bagian lu itu. Ntar kalo udah, besok kabarin gua, biar gua kerjain sisanya," Katanya sembari kedua tangannya sibuk merapihkan barang-barangnya ke dalam tas yang ia bawa. Sekilas menatap ponselnya yang menyala karena notifikasi masuk.
"Sip, 'dah," Balas Deran sambil mengangkat satu ibu jarinya, mengerti. Sebenarnya, tugas mereka ini dikerjakan oleh lima orang, tapi tiga orang kawan mereka lebih dulu pulang tadi setelah menyelesaikan bagian masing-masing. Sedangkan, Mada dan Deran setelah selesai malah sibuk main games dan kartu remi berdua tadi. Hingga kini jam sudah hampir menyentuh angka dua belas malam. Tidak sadar waktu berjalan sudah begitu larut.
"Btw, emang laki lu ngapain gini hari masih di luar?" Tanya Deran penasaran sembari menghisap vape-nya.
"Pulang dia ke rumah ortunya, tapi nggak mau nginep. Makanya, minta gua jemput nanti tengah malem. Paling cuma bertiga aja dia di rumah, bareng Caca sama bang Jian," Tutur Mada menjelaskan.
"Owh," Deran mengangguk, "Bang Jian, tuh, cowoknya bang Allen alumni, ya?" Tanyanya.
Sembari mengalungkan tas selempangnya, Mada mengangguk, "Iya," Tangannya terulur pada Deran, mengajak bersalaman ala laki-laki jantan.
Deran menyambut uluran tangan Mada, "Terus Caca? Kembarannya kak Aru, 'kan? Yang beda kampus sama kita itu?" Tanyanya lagi, untuk kesekian kalinya.
Lagi, Mada mengangguk sambil melangkah menuju pintu depan apartemen Deran, duduk di sana sembari mengenakan sepatunya, "Iyeee. Kepo amat, mau ngapain lu?" Godanya.