Delapan

192 21 0
                                    

"Abhi," Panggil Karuna pelan, setelah Mada selesai membantunya melepaskan helmnya.

"Apa, cantik?" Tanya Mada balik.

"Ih..." Keluh Karuna, tersipu, ia memukul pelan lengan atas Mada. Masih tidak terbiasa dengan segala macam panggilan sayang yang Mada berikan padanya.

Mada tertawa gemas, sembari mengkaitkan helm milik Karuna di atas spion motornya. Kemudian, tangannya bergerak mencubit sayang pipi gembul Karuna, "Kenapaaa?" Tanyanya lagi, tersenyum hangat menatap Karuna penuh cinta.

"Itu... Aku kayaknya bakal sibuk banget mulai hari ini sampai dua minggu ke depan, termasuk Sabtu-Minggu. Soalnya 'kan udah mau mulai festival sekolahnya. Aku mau ngasih tau kamu dari awal, supaya kamu nggak kesusahan cari aku nanti. Maaf, kalo aku jadi susah dihubungi juga, ya?"

Mada mengangguk, "Oh, kirain kenapa," Kemudian ia bergerak turun dari atas motornya, berdiri menghadap Karuna, "Ngerti, kok. Nggak perlu minta maaf, Bulan Cinta," Katanya lembut, merapihkan surai hitam Karuna yang berantakan setelah memakai helm.

"Okay."

"Masuk, gih. Lu 'kan ada jadwal jaga gerbang hari ini, 'kan? Gua mau ke warung Abah dulu, kepagian kalo gua langsung naik ke kelas sekarang."

Karuna mengangguk mengerti, "Iya. Jangan ngerokok, lho. Kalo kamu atau temen-temenmu ada yang simpen rokok di tas, kasih tau ke mereka, hari ini ada razia cek barang di depan gerbang, suruh dibuang atau di simpen dulu di warung Abah. Sama seragamnya yang lengkap," Titahnya, kemudian mencubit pelan pipi Mada, memperingati kekasihnya agar tidak melanggar peraturan hari ini.

Mada tertawa lagi, "Haha, oke, pak Ketos. Titah anda akan saya laksanakan segera," Katanya, setengah meledek, setengah bercanda. Dalam hati berterima kasih karena sekarang ia adalah kekasih dari seorang Ketua OSIS, di mana ia jadi mendapatkan privilege perihal kegiatan organisasi yang dipimpin langsung oleh kekasihnya itu.

Karuna mendelik sebal, "Udah, sana, ah. Makasih udah dianter, ya? Aku masuk ke dalem duluan, dah~" Pamit Karuna, berjinjit mengecup pipi Mada sekali, kemudian berlari cepat masuk ke dalam gedung sekolah.

"Dih, heh! Kok, kabur!!" Teriak Mada, tersenyum lebar kala Karuna meninggalkannya setelah berani menciumnya. Dibilang juga apa, ia masih malu dengan statusnya yang kini sudah menjadi kekasih seorang Madanapala, adik kelasnya yang selalu buat masalah dengannya.

Mada menggeleng pelan melihat tingkah remaja yang kini telah menjadi kekasihnya itu, kemudian beranjak dari parkiran menuju warung abah. Lebih tepatnya bernama, abah Siam, Seorang pria lanjut usia yang memiliki warung kopi kecil di belakang parkiran. Tempat di mana biasanya anak-anak berkumpul di sana, merokok, main game, atau bahkan bolos sekolah. Padahal, jarak dari gedung sekolah dengan warung abah tidak terlalu jauh. Kadang, kalau sedang rajin, anggota OSIS akan melakukan razia besar-besaran sampai masuk ke dalam warung abah dan sekitarannya. Tapi, memang jarang, makanya anak-anak makin jadi bandelnya.

Sampai di warung abah, Mada melangkah masuk ke dalam, duduk di kursi panjang yang ada di pelataran warung. Menatap abah yang rupanya masih siap-siap untuk membuka warungnya.

"Eh? Mada? Pagi bener lu nyampe sini?" Tanya abah Siam padanya, bingung karena Mada datang ke warungnya pagi-pagi sekali. Biasanya anak remaja itu akan datang setiap dua puluh menit sebelum bel masuk. Malah sengaja datang ke warungnya terlebih dahulu dan berakhir telat masuk ke kelasnya.

Mada terkekeh pelan, mengangguk sembari satu tangannya mencomot gorengan yang ada di atas meja, "Abis nganter Bulan Cinta, Bah. Makanya dateng pagi, pacar saya mau jaga gerbang, soalnya."

"Lah? Udah pacaran lu sama si Karuna? Kapan jadiannya??" Tanya abah lagi, jadi berhenti menyiapkan dagangannya dan malah duduk di hadapan Mada, buatnya menggeleng geli dengan sifat kepo-an si abah.

LOVE MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang