PERASAAN

1.4K 154 3
                                    

.

.

Dering bunyi alarm menggema sedari tadi, namun adel tetap tak beranjak dari dekapan selimut itu.

ia sudah terbangun sedari tadi namun entah mengapa hari ini ia merasa begitu malas,

bahkan sekedar beranjak untuk mematikan alarm pun dirinya enggan.

bayang bayang di GOR sekolah kemarin masih saja menghantuinya, seolah olah energi kehidupanya telah terkuras habis.

BRAAAKKK…BRAAKK….BRRAAAKK….BRRAAK

pintu kamar adel di gedor dengan keras

“WOOOYYY DEEEELL BANGUN WOOOYYY DEEELLL SEKOLAH DEL WOOOY BANGUN WOOOYYY DEEELLL SEKOLAH DEELL” suara lelaki berteriak dari balik pintu, cukup untuk mengusik pikiran adel yang sedang kacau itu.

“IYAAA UDAH BANGUN INI” teriak adel

“buruan turun sarapan”tak terdengar suara lagi setelah itu,
suasana kini kembali hening.

dengan sekuat tenaga adel berusaha bangkit dari ranjangnya, langkahnya terseok seok menuju kamar mandi.

duapuluh menit kemudian adel telah keluar dari kamarnya. seragam yang ia kenakan terlihat begitu rapi namun tidak dengan wajahnya yang terlihat begitu kusut.

ia kembali menyeret kakinya turun ke ruang makan,

disana sudah ada sang kakak yang tengah menyantap sarapanya.

adel mendudukkan dirinya di samping sang kakak

tak lama maminya datang menyodorkan sepiring english breakfast di hadapan adel.

sebenarnya adel begitu malas untuk menyantap sarapanya itu.

Namun mau tak mau ia harus memakanya, ia tau tubuhnya membutuhkan tenaga untuk menghadapi kenyataan.

“bang gua nebeng ya” ucap adel sembari mengunyah sarapanya

“tumben, lu gapapa kan” aldo kini memandangi adel

“gapapa lagi males aja”

“yaudah buruan habisin makan lo” aldo beranjak dari sana

adel buru buru menghabiskan sarapanya, kemudian segera menyusul sang kakak

“ADEL BERANGKAT MAAA” teriak adel sembari berjalan keluar 

“IYA HATI HATI” terdengar balasan dari dalam

sesampainya di luar adel melihat kakaknya yang sudah menunggu di balik kemudi.

ia buru buru masuk ke mobil itu dan kakanya segera menjalankan mobil itu.

.

.

.

di dalam kelas, sepanjang jam pelajaran adel hanya menyandarkan tubuh dan kepalanya pada tembok, ia tak memperhatikan sedikitpun.

olla yang melihat sahabatnya itu pun hanya diam, ia tak banyak omong pagi ini seakan tahu teman sebangkunya itu sedang butuh ketenangan.

.

.

berpindah di kantin sekolah sikap adel tetap sama,

ia duduk lesu di sana dengan satu tangan menopang kepalanya,

bahkan makanan di hadapanya tak ia habiskan.

“kenapa nih anak” oniel heran melihat adel sepperti itu

Kontroversi Hati  (FreDel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang