pukul 3 sore.
Adel telah berada di depan pintu rumah ashel. segera ia menekan bel rumah itu.
sesaat kemudian pintu terbuka, muncul art dari balik pintu itu.“eh, non adel… nyari non ashel ya?” ucap art dengan ramah.
“iya bi”
“aduh non ashelnya belum pulang, mari masuk non tunggu di dalem aja” art itu membuka pintunya lebih lebar.
“gausah bi, saya tunggu di sini aja” adel memilih duduk di kursi yang berada di teras rumah itu.
“kalau gitu saya buatkan minum dulu ya non”
“iya bi makasih”
art itu menutup pintunya kembali. adel mengeluarkan hpnya dari dalam tas, ia mencoba menghubungi ashel namun nomornya masih tak kunjung aktif.
dua jam berlalu. minuman di gelas adel juga sudah habis. namun yang di tunggu-tunggu tak kunjung datang.
ia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dan nanti malam akan datang kembali. ia beranjak dari kursi dan berjalan ke motornya.ketika ia hendak menaiki motor, datanglah mobil yang sangat ia kenali masuk ke halaman rumah itu dan berhenti di sebelah motornya.
sesaat kemudian ashel keluar dari mobil itu dan langsung menghampiri adel. belum sempat ashel menyapa, adel sudah lebih dulu memeluknya.“kamu dari mana aja?, aku khawatir banget tau!” adel semakin mengeratkan pelukanya.
“maaf” lirih ashel sembari mengelus punggung adel.
Ashel membawa adel masuk kerumahnya.
di tengah ruang tamu yang sunyi Ashel dan Adel duduk berdampingan di atas sofa yang nyaman. namun suasana di antara mereka penuh kecemasan dan ketegangan.
cahaya keemasan yang menyeruak masuk melalui sela-sela gorden pun menambah kesan dramatis pada momen ini.
“udah lama?” ashel memecah keheningan sembari menatap lekat wajah adel yang masih menampilkan raut kecemasan.
adel menggeleng kemudian balik bertanya “kamu kenapa ga ngabarin aku dari semalem?, aku ada salah?” tatapan adel berubah sendu.
Ashel menatap adel dengan mata berkaca kaca
"maaf aku-" ashel tercekat ucapanya terhenti.kekhawatiran adel semakin besar, berharap bukan hal buruk yang akan di dengarnya.
“ak..aku ma..mau pindah ke aussie” sambung ashel dengan suara yang bergetar menahan tangis.
Adel terdiam matanya mencerminkan kebingungan dan kesedihan “gi,... gimana?” adel masih tak percaya dengan pendengaranya.
Ashel menelan ludahnya, mencoba menjelaskan situasi “orang tuaku memutuskan menetap di sana, a,..aku harus menyusul mereka, aku gamau mereka terus mengkhawatirkanku” ungkapnya dengan suara yang hampir terputus oleh rasa sedih “maaf ga memberitahumu lebih cepat, ak..aku gatau gimana bilangnya.”
Adel menutup matanya, mencoba menahan air mata yang hendak mengalir “berapa lama kamu pergi?” bisiknya dengan penuh kepedihan.
Ashel menunduk, merasa remuk dengan keputusan yang di ambilnya. ”mungkin…aku gak akan pernah kembali ke negara ini” jawabnya dengan suara yang rapuh. tangis ashel pun pecah.
ngiiiingggg….
seketika telinga adel berdenging. ruangan itu serasa berputar. otot di sekitar matanya menegang. dadanya tersasa sesak, setiap tarikan nafasnya begitu berat dan menyakitkan menahan gejolak emosi. lagi lagi sebuah perasaan yang belum pernah adel rasakan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontroversi Hati (FreDel)
Novela JuvenilDisclaimer 01. Cerita ini 100% fiksi. 02. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, latar, typo, dll. 03. Semua foto diambil dari Twitter, Instagram, pin. 04. Bebas memberikan kritik/saran. Petualang seoarang anak remaja yang baru saja n...